Rabu, 30 Agustus 2023

Anastasia S2 : What Happened With Chapter 113?

Hallo, apa kabar semuanya? Akhirnya setelah sekitar lima tahunan blog ini terbengkalai karena kesibukan sang blogger, hari ini aku kembali menyapa kalian. Jujur saja, aku butuh bantuan kalian untuk mengkoreksi naskahku.

Ini pertama kalinya sejak aku menulis di Fizzo, naskahku gagal lolos peninjauan padahal aku merasa tidak ada yang salah dengan bab ini, namun pihak Fizzo tidak bersedia meloloskannya dan selalu menggagalkannya lagi dan lagi. Terhitung aku sudah melakukan lima kali Revisi dengan menghapus, mengganti dengan bintang-bintang dan bahkan memperhalus kata yang MUNGKIN dianggap sensitif bagi Fizzo tapi semua itu sia-sia saja. Aku juga bahkan mengubah adegan yang mungkin dianggap “berbahaya bagi anak di bawah umur” tapi semuanya sia-sia.

Putus asa. Itu sebabnya aku ingin bertanya pada kalian, para penulis di luar sana, mohon bantu aku! Tolong beritahu aku, di mana letak kesalahanku! Sebelumnya, aku ingin berterima kasih pada kalian, para penulis atau mungkin pembaca juga tidak masalah, siapa pun yang bisa memberitahuku letak kesalahan di bab ini. Terima kasih banyak sebelumnya.

“Anastasia, The Princess In Disguise : Season 2”

 



Revisi ke-1 : 28 Agustus 2023 pukul 19.38

Revisi ke-2 : 28 Agustus 2023 pukul 21.22

Revisi ke-3 : 29 Agustus 2023 pukul 13.10

·       Versi Asli (TANPA REVISI sama sekali) :

Chapter 113 : You Are Mine! Forever Mine!

“Apa yang terjadi? Kenapa di sini banyak pengawal Istana mondar-mandir?” tanya Anthony yang baru saja kembali. Kebetulan dia melihat Alvan di sana, mondar-mandir di depan pintu, seolah menunggu seseorang.

“Paman ini ke mana saja? Kenapa Paman sampai tidak tahu apa yang terjadi di sini?” omel Alvan kesal pada Pamannya.

“Jangan berdiri di tengah jalan, bocah! Kau menghalangi mereka lewat,” ujar Anthony seraya menyeret keponakannya ke bawah tangga.

“Ada apa sebenarnya?” tanya Anthony penasaran, mengulangi pertanyaannya.

“Bukankah aku juga seharusnya bertanya ada apa sebenarnya? Kenapa aku mencium bau alkohol dari mulut Paman? Paman minum-minum di bar, ya?” omel Alvan gusar.

“Ya ampun, bujang lapuk ini benar-benar tak punya hati! Di saat ada pembunuh menyusup masuk ke dalam sini dan hampir membunuh Putri Letizia dan membuat Nicholas terluka cukup parah, bisa-bisanya Paman minum-minum di bar?” lanjut Alvan, tetap mengomeli Pamannya tak habis pikir.

“Kau bilang apa? Ada pembunuh menyusup masuk kemari dan hampir membunuh Putri Letizia dan melukai Nicholas? Apa mereka anggota Black Panther lagi?” tanya Anthony kaget.

“Aku ingat saat terakhir kali sebelum aku terjebak di ruang rahasia itu, ada seorang anggota Black Panther yang menyusup masuk ke dalam Istana dan hampir membunuh Putri Letizia. Untunglah Putri Charlotte memergokinya hingga orang itu gagal melaksanakan aksinya.” Lanjut Anthony dengan gaya mengingat, mengira bahwa penyusup itu utusan Black Panther lagi.

“Ternyata sebenarnya pembunuh itu ingin melenyapkan Lily karena Lily telah menggagalkan rencana mereka, namun mereka salah sasaran karena Lily terlahir kembar dan mereka tidak bisa membedakan kedua Putri. Apa mungkin sekarang salah sasaran juga?” tambah Anthony lagi.

“Bukan! Kali ini bukan Black Panther dan sepertinya sasarannya benar.” Sahut Alvan yang tidak mengetahui bahwa analisis Anthony ternyata benar.

Margareth sebenarnya ingin membunuh Liana dan merusak wajah Mary namun semua rencananya gagal. Bukan hanya pembunuh itu tidak menemukan Mary, namun juga justru pembunuh itu mati mengenaskan di tangan Liana, di tangan orang yang sebenarnya ingin dia bunuh sendiri.

“Pembunuh itu hanya satu orang, dia dikirim oleh sepupu Lily yang jahat. Sepupunya itu sangat membenci Putri Letizia dan berusaha membunuh Putri. Namun Nicholas melihatnya dan berusaha menghentikannya, jadinya pembunuh itu menusuk punggung Nicholas setelah memukuli Sang Putri,” sahut Alvan menjelaskan kronologinya.

“Sepupu Lily? Sepupu yang mana? Master Julian? Master Thomas? Atau yang mana?” tanya Anthony ingin tahu karena dia hanya mengenal “sepupu” tiri Liana yang dia temui saat mereka berada di bumi perkemahan.

“Mana mungkin mereka? Justru sepupu tiri Lily itu adalah anak-anak yang baik. Sepupu kandungnya yang justru bagaikan Iblis.” Sahut Alvan kesal, tak habis pikir ada sepupu kandung yang begitu jahat dan ingin menghabisi sepupunya sendiri.

“Lalu siapa?” desak Anthony penasaran.

“Siapa lagi kalau bukan anaknya Ratu Analiece? Keponakan Ratu Catherine yang bernama Margareth Emily! Kudengar dari Louis, Margareth itu selalu menyakiti Letizia sejak kecil namun selalu diampuni karena masih memandang orang tuanya. Namun tidak akan ada ampun lagi kali ini!” sahut Alvan, ikut kesal.

“Raja William memutuskan untuk mengusir si Margareth itu keluar dari Kerajaan Mendroza dan tidak diijinkan menginjakkan kaki lagi di sini,” lanjut Alvan menjelaskan.

“Lalu di mana pembunuh itu sekarang? Kalau kalian tahu semua itu berarti pembunuhnya sudah mengaku, bukan?” tanya Anthony ingin tahu.

“Lily sudah mengirimnya ke Neraka!” sahut Alvan santai.

“APA?” Anthony tampak shock mendengarnya.

“Seperti yang Paman dengar, Lily sudah membunuhnya dan mengirimnya ke Neraka! Dia sangat marah karena adik kembarnya terluka,” sahut Alvan lugas.

“Kau serius?” Anthony masih terlihat tak percaya.

“Tanya saja pada Alex. Lily melemparkan sebilah pedang ke punggung pembunuh itu saat dia berusaha melarikan diri. Pembunuh itu akhirnya meregang nyawa dan terjatuh dari balkon lantai dua dan mati dengan mengenaskan,” ujar Alvan tanpa basa-basi.

“Wah, dia benar-benar sadis. Aku tidak menyangka aku telah membesarkan mesin pembunuh berdarah dingin. Dia masih kecil…Ah tidak, dia masih remaja, bukankah terlalu awal baginya untuk mencabut nyawa seseorang?” ujar Anthony tak habis pikir.

“Itulah yang kupikirkan. Itu semua salah Paman. Paman yang mengajarinya bagaimana cara menjadi Monster!” gerutu Alvan, seraya menatap sinis Pamannya.

“Hei, mana Paman tahu kalau Lily adalah Sang Putri Yang Hilang? Paman hanya berpikir kalau gadis kecil itu sendirian dan sangat malang, jadi dia harus menjadi gadis yang kuat agar bisa melindungi dirinya sendiri dari para penjahat.” Protes Anthony, membela diri.

“Sudahlah. Semoga saja ke depannya, Lily tidak segampang itu mencabut nyawa orang. Jujur saja, aku juga sedikit ngeri melihatnya. Aku saja belum pernah memotong jari orang, apalagi mencabut nyawa seseorang. Tapi dia sudah melakukan itu semua, bahkan di usia yang masih muda dan bahkan tanpa belas kasihan,” ujar Alvan, sedikit bergidik ngeri setiap kali teringat bagaimana Lily kecil memotong kelima jari pria cabul yang hampir melecehkannya.

“Jadi di mana dia sekarang?” tanya Anthony seraya mengamati sekitarnya namun tidak melihat muridnya di mana-mana.

“Lily pergi bersama Alex untuk menangkap sepupu jahat itu,” sahut Alvan singkat.

“Tapi Paman pergi ke mana sih seharian ini? Kenapa baru kembali malam-malam begini dengan mulut bau alkohol?” omel Alvan lagi.

“Apa lagi? Tentu saja untuk merayakan kemenanganku, merayakan kembalinya reputasiku,” sahut Anthony santai.

“Bersama wanita?” tebak Alvan.

“Dari mana kau tahu?” tanya Anthony curiga.

“Siapa? Apa Paman punya kenalan di sini? Kupikir satu-satunya wanita kenalan Paman di sini selain Lily, hanyalah Putri Charlotte.” Sahut Alvan penasaran.

“Haduh, mereka berdua itu bukan wanita, tapi pembuat onar! Keponakan dan Bibi sama saja, sama-sama pembuat onar!” sahut Anthony malas.

“Kupikir kalian berdua ada hubungan khusus. Bukankah tadi pagi Paman dan Putri Charlotte tertangkap basah berdua di atas ranjang? Kalian tidur bersama, bukan? Putri Charlotte tidak mengenakan pakaian, jadi kupikir…” Alvan tidak sempat melanjutkan kalimatnya karena Anthony sudah membekap mulutnya.

“TUTUP MULUTMU, BOCAH!” ujar Anthony dengan nada intimidasi.

“Eeemmmphhh!” Alvan meronta ingin dilepaskan.

“Aku sudah susah payah membuktikan kalau aku tidak bersalah, jadi jangan sampai orang lain salah paham lagi jika mendengar perkataanmu. Kau tahu sendiri bagaimana tidak enaknya difitnah, bukan? Awas kalau kau sampai bicara sembarangan! Aku akan benar-benar mengulitimu!” Ancam Anthony, masih membekap mulut Alvan.

Alvan mengangguk paham dan berusaha melepaskan tangan Anthony di mulutnya.

“Baiklah. Aku berjanji.” Sahut Alvan setelah bungkamannya terlepas.

“Jadi tidak ada apa pun di antara kalian berdua?” tanya Alvan penuh harap.

“Tidak!” sahut Anthony singkat.

“Yah, sayang sekali. Kupikir Paman akan melepaskan gelar bujang lapuk tahun ini, tapi sepertinya gelar itu akan melekat seumur hidup pada Paman. Jangan khawatir! Aku akan menjaga Paman kalau Paman tua nanti,” ujar Alvan, seolah-olah peduli walaupun sebenarnya sedang menyindir.

“Kau sedang menyindirku, bocah?” sergah Anthony tak kalah sinis.

“Tidak! Aku hanya menyayangkan saja,” sangkal Alvan dengan santainya.

“Tenang saja! Aku akan melepaskan gelar bujang lapukku tahun ini,” jawab Anthony dengan penuh percaya diri.

“Benarkah? Siapa calonnya? Apa Putri Charlotte?” tanya Alvan dengan senyuman nakal ingin menjahili pamannya.

“Sudah kubilang aku tidak punya hubungan apa pun dengannya!” sangkal Anthony tegas.

“Lalu? Siapa wanita yang begitu sial akan menikahi bujang lapuk?” tanya Alvan dengan nada nyinyir.

“Sekarang aku tahu kenapa kau dan Lily berjodoh. Karena jodoh itu cerminan diri. Lihat betapa tajamnya lidahmu! Sama seperti si gadis nakal itu!” umpat Anthony kesal karena wanita yang akan dia nikahi dikatai “sial” karena menikah dengannya.

“Benarkah? Jika jodoh itu cerminan diri, bukankah seharusnya Paman menikah dengan perawan tua?” ledek Alvan dengan senyuman nakal yang sukses mendapat hadiah jitakan dari Sang Paman.

“AAAWWW! Kenapa aku dijitak?” protes Alvan kesal.

“Dasar bocah tengik menyebalkan! Paman doakan semoga seumur hidupmu kau akan diomeli oleh istrimu dengan mulutnya yang tajam itu!” ujar Anthony, menyumpahi Alvan.

“Paman sedang menyumpahiku?” gerutu Alvan kesal.

“Kau cukup tunggu dan lihat saja! Maksimal akhir tahun nanti, Paman tidak akan menjadi bujang lapuk lagi!” ujar Anthony dengan percaya diri.

“Iya, tapi siapa calonnya? Aku kan penasaran. Jangan bilang Paman akan menikahi Ralph!” ledek Alvan dengan mencibir.

“Kau sudah gila? Paman ini masih normal,” sangkal Anthony tegas dan tidak terima.

“Kalau begitu jawab saja!” tantang Alvan dengan nada ingin tahu.

“Seorang wanita muda yang lemah lembut, cantik, jago memasak. Seorang putri bangsawan yang direkomendasikan oleh Raja William tadi siang. Paman menemuinya dan mengajaknya berkenalan. Dia gadis yang cantik dan baik dan dia bilang Paman tampan,” sahut Anthony dengan cekikikan.

Dia senang karena akhirnya ada yang memujinya tampan.

“Oh astaga! Aku sudah kehabisan akal dengan si bujang lapuk ini, dipuji tampan saja segitu bahagianya,” gumam Alvan dengan nada meledek.

“Apa sebelumnya tak ada yang memuji Paman tampan?” tanya Alvan dengan nada meremehkan.

“Ada. Hanya seorang gadis kecil nakal berumur empat tahun yang mengatakan tidak mungkin Paman adalah penagih hutang mengingat wajah Paman terlalu tampan untuk ukuran seorang penagih hutang,” sahut Anthony pasrah, mengingat pertemuan pertamanya dengan Liana.

“Astaga, ironis sekali. Pantas saja Paman haus pujian. Ternyata Paman hanya dipuji tampan oleh Lily kecil,” ledek Alvan sambil tertawa mengejek.

“Terserah apa katamu, pokoknya Paman akan mengakhiri gelar bujang lapuk ini paling lambat akhir tahun.” Ujar Anthony cuek lalu mulai berjalan pergi.

“Paman mau ke mana?” tanya Alvan saat Anthony akan pergi.

“Mencari tahu keadaan Nicholas. Di kamar mana dia ditempatkan?” tanya Anthony khawatir.

“Di kamar atas, sisi kiri tangga. Lucas dan Lexart sedang menjaganya.” Sahut Alvan menginformasikan.

“Lalu kenapa kau di sini? Sepupumu sedang terluka.” Omel Anthony tak habis pikir.

“Aku ini menunggu dokternya datang, Paman.” Jawab Alvan gemas.

“Baiklah. Paman lihat keadaan Nicholas dulu,” sahut Anthony seraya berjalan naik. Tanpa dia tahu seseorang segera bersembunyi saat melihatnya naik ke atas.

“Seorang wanita muda yang cantik, anggun, lemah lembut dan jago memasak? Menikah akhir tahun ini? Jangan terlalu yakin, Pangeran. Lihat bagaimana aku akan menghancurkan rencanamu!” seru Charlotte dari balik pintu seraya mengintip Anthony yang berjalan ke arah kamar Nicholas.

“Kau milikku, Pangeran! Selamanya hanya milikku! Aku tidak akan membiarkan wanita lain merampasmu! Aku ingin kau mengejarku, bukan mengejar wanita lain! Lihat saja! Akan kusingkirkan siapa pun yang menghalangi jalanku!” ujar Charlotte dalam hati, penuh tekad.

To be continued…

*************

Author Note :

Hanya sekedar menginformasikan, masa bandingku adalah 20 hari dan itu berarti tanggal 10 September 2023 adalah batas bandingnya. Jika bandingku ditolak, cerita ini akan menghadapi dua kemungkinan di masa depan :

A. Cerita ini dihentikan begitu saja di Fizzo namun langsung diteruskan di platform lain, atau…

B. Cerita ini akan DIPAKSA TAMAT dengan ENDING YANG MAKSA dan bikin nyesek. Namun di platform lain tetep akan dilanjut dengan Ending yang sebenarnya. Jadi cerita ini akan memiliki dua ending pada akhirnya. Yang Nyesek di Fizzo dan yang happy ending di platform lain.

Ada yang mengusulkan, “Gak usah dipaksakan ENDING MAKSA, langsung lanjut aja di platform lainnya.”

Jadi aku ingin jajak pendapat lagi sekarang, pilih A atau B? Berikan pendapatmu, ya… Terima kasih.

Revisi ke-4 : 29 Agustus 2023 pukul 18.41

Revisi ke-5 : 29 Agustus 2023 puku; 20.25

Versi REVISI KE-5:

Chapter 113 : What Happened Here?

“Apa yang terjadi? Kenapa di sini banyak pengawal Istana mondar-mandir?” tanya Anthony yang baru saja kembali. Kebetulan dia melihat Alvan di sana, mondar-mandir di depan pintu, seolah menunggu seseorang.

“Paman ini ke mana saja? Kenapa Paman sampai tidak tahu apa yang terjadi di sini?” omel Alvan kesal pada Pamannya.

“Jangan berdiri di tengah jalan! Kau menghalangi mereka lewat,” ujar Anthony seraya menyeret keponakannya ke bawah tangga.

“Ada apa sebenarnya?” tanya Anthony penasaran, mengulangi pertanyaannya.

“Bukankah aku juga seharusnya bertanya ada apa sebenarnya? Kenapa aku mencium bau minuman dari mulut Paman? Paman minum-minum di bar, ya?” omel Alvan gusar.

“Ya ampun, bujang lapuk ini benar-benar tak punya hati! Di saat ada penyusup menyusup masuk ke dalam sini dan hampir melenyapkan Putri Letizia dan membuat Nicholas terluka cukup parah, bisa-bisanya Paman minum-minum di bar?” lanjut Alvan, tetap mengomeli Pamannya tak habis pikir.

“Kau bilang apa? Ada penyusup menyusup masuk kemari dan hampir melenyapkan Putri Letizia dan melukai Nicholas? Apa mereka anggota Black Panther lagi?” tanya Anthony kaget.

“Aku ingat saat terakhir kali sebelum aku terjebak di ruang rahasia itu, ada seorang anggota Black Panther yang menyusup masuk ke dalam Istana dan hampir melenyapkan Putri Letizia. Untunglah Putri Charlotte memergokinya hingga orang itu gagal melaksanakan aksinya.” Lanjut Anthony dengan gaya mengingat, mengira bahwa penyusup itu utusan Black Panther lagi.

“Ternyata sebenarnya penyusup itu ingin melenyapkan Lily karena Lily telah menggagalkan rencana mereka, namun mereka salah sasaran karena Lily terlahir kembar dan mereka tidak bisa membedakan kedua Putri. Apa mungkin sekarang salah sasaran juga?” tambah Anthony lagi.

“Bukan! Kali ini bukan Black Panther dan sepertinya sasarannya benar.” Sahut Alvan yang tidak mengetahui bahwa analisis Anthony ternyata benar.

Margareth sebenarnya ingin melenyapkan Liana dan merusak wajah Mary namun semua rencananya gagal. Bukan hanya penyusup itu tidak menemukan Mary, namun juga justru penyusup itu mati dengan menyedihkan di tangan Liana, di tangan orang yang sebenarnya ingin dia lenyapkan sendiri.

Penyusup itu hanya satu orang, dia dikirim oleh sepupu Lily yang jahat. Sepupunya itu sangat membenci Putri Letizia dan berusaha melenyapkan Putri. Namun Nicholas melihatnya dan berusaha menghentikannya, jadinya penyusup itu menusuk punggung Nicholas setelah memukuli Sang Putri,” sahut Alvan menjelaskan kronologinya.

“Sepupu Lily? Sepupu yang mana? Master Julian? Master Thomas? Atau yang mana?” tanya Anthony ingin tahu karena dia hanya mengenal “sepupu” tiri Liana yang dia temui saat mereka berada di bumi perkemahan.

“Mana mungkin mereka? Justru sepupu tiri Lily itu adalah anak-anak yang baik. Sepupu kandungnya yang justru bagaikan Iblis.” Sahut Alvan kesal, tak habis pikir ada sepupu kandung yang begitu jahat dan ingin menghabisi sepupunya sendiri.

“Lalu siapa?” desak Anthony penasaran.

“Siapa lagi kalau bukan anaknya Ratu Analiece? Keponakan Ratu Catherine yang bernama Margareth Emily! Kudengar dari Louis, Margareth itu selalu menyakiti Letizia sejak kecil namun selalu diampuni karena masih memandang orang tuanya. Namun tidak akan ada ampun lagi kali ini!” sahut Alvan, ikut kesal.

“Raja William memutuskan untuk mengusir si Margareth itu keluar dari Kerajaan Mendroza dan tidak diijinkan menginjakkan kaki lagi di sini,” lanjut Alvan menjelaskan.

“Lalu di mana penyusup itu sekarang? Kalau kalian tahu semua itu berarti pelakunya sudah mengaku, bukan?” tanya Anthony ingin tahu.

“Lily sudah mengirimnya ke dunia lain!” sahut Alvan santai.

“APA?” Anthony tampak shock mendengarnya.

“Seperti yang Paman dengar, Lily sudah melenyapkannya dan mengirimnya ke dunia lain! Dia sangat marah karena adik kembarnya terluka,” sahut Alvan lugas.

“Kau serius?” Anthony masih terlihat tak percaya.

“Tanya saja pada Alex. Lily melemparkan sebilah pedang ke punggung penyusup itu saat dia berusaha melarikan diri. Penyusup itu akhirnya meregang nyawa dan terjatuh dari balkon lantai dua dan mati dengan menyedihkan,” ujar Alvan tanpa basa-basi.

“Wah, dia benar-benar s*dis. Aku tidak menyangka aku telah membesarkan mesin pem*unuh berdarah dingin. Dia masih muda, bukankah terlalu awal baginya untuk me*cabut ny*wa seseorang?” ujar Anthony tak habis pikir.

“Itulah yang kupikirkan. Itu semua salah Paman. Paman yang mengajarinya bagaimana cara menjadi Monster!” gerutu Alvan, seraya menatap sinis Pamannya.

“Hei, mana Paman tahu kalau Lily adalah Sang Putri Yang Hilang? Paman hanya berpikir kalau gadis kecil itu sendirian dan sangat malang, jadi dia harus menjadi gadis yang kuat agar bisa melindungi dirinya sendiri dari para penjahat.” Protes Anthony, membela diri.

“Sudahlah. Semoga saja ke depannya, Lily tidak segampang itu men*abut ny*wa orang. Jujur saja, aku juga sedikit ngeri melihatnya. Aku saja belum pernah memotong jari orang, apalagi men*abut ny*wa seseorang. Tapi dia sudah melakukan itu semua, bahkan di usia yang masih muda dan bahkan tanpa belas kasihan,” ujar Alvan, sedikit bergidik ngeri setiap kali teringat bagaimana Lily kecil memotong kelima jari pria cabul yang hampir melecehkannya.

“Jadi di mana dia sekarang?” tanya Anthony seraya mengamati sekitarnya namun tidak melihat muridnya di mana-mana.

“Lily pergi bersama Alex untuk menangkap sepupu jahat itu,” sahut Alvan singkat.

“Tapi Paman pergi ke mana sih seharian ini? Kenapa baru kembali malam-malam begini dengan mulut bau minuman?” omel Alvan lagi.

“Apa lagi? Tentu saja untuk merayakan kemenanganku, merayakan kembalinya reputasiku,” sahut Anthony santai.

“Bersama wanita?” tebak Alvan.

“Dari mana kau tahu?” tanya Anthony curiga.

“Siapa? Apa Paman punya kenalan di sini? Kupikir satu-satunya wanita kenalan Paman di sini selain Lily, hanyalah Putri Charlotte.” Sahut Alvan penasaran.

“Haduh, mereka berdua itu bukan wanita, tapi pembuat onar! Keponakan dan Bibi sama saja, sama-sama pembuat onar!” sahut Anthony malas.

“Kupikir kalian berdua ada hubungan khusus. Bukankah tadi pagi Paman dan Putri Charlotte tertangkap basah berdua di atas ranjang? Kalian tidur bersama, bukan? Putri Charlotte tampak tidak mengenakan sehelai benang, jadi kupikir…” Alvan tidak sempat melanjutkan kalimatnya karena Anthony sudah membekap mulutnya.

“TUTUP MULUTMU!” ujar Anthony dengan nada intimidasi.

“Aku sudah susah payah membuktikan kalau aku tidak bersalah, jadi jangan sampai orang lain salah paham lagi jika mendengar perkataanmu. Kau tahu sendiri bagaimana tidak enaknya difitnah, bukan? Awas kalau kau sampai bicara sembarangan!” Ancam Anthony.

“Baiklah. Aku berjanji.” Sahut Alvan.

“Jadi tidak ada apa pun di antara kalian berdua?” tanya Alvan penuh harap.

“Tidak!” sahut Anthony singkat.

“Yah, sayang sekali. Kupikir Paman akan melepaskan gelar bujang lapuk tahun ini, tapi sepertinya gelar itu akan melekat seumur hidup pada Paman. Jangan khawatir! Aku akan menjaga Paman kalau Paman tua nanti,” ujar Alvan, seolah-olah peduli walaupun sebenarnya sedang menyindir.

“Kau sedang menyindirku, hah?” sergah Anthony tak kalah sinis.

“Tidak! Aku hanya menyayangkan saja,” sangkal Alvan dengan santainya.

“Tenang saja! Aku akan melepaskan gelar bujang lapukku tahun ini,” jawab Anthony dengan penuh percaya diri.

“Benarkah? Siapa calonnya? Apa Putri Charlotte?” tanya Alvan dengan senyuman nakal ingin menjahili pamannya.

“Sudah kubilang aku tidak punya hubungan apa pun dengannya!” sangkal Anthony tegas.

“Lalu? Siapa wanita yang begitu sial akan menikahi bujang lapuk?” tanya Alvan dengan nada nyinyir.

“Sekarang aku tahu kenapa kau dan Lily berjodoh. Karena jodoh itu cerminan diri. Lihat betapa tajamnya lidahmu! Sama seperti si gadis nakal itu!” umpat Anthony kesal karena wanita yang akan dia nikahi dikatai “sial” karena menikah dengannya.

“Benarkah? Jika jodoh itu cerminan diri, bukankah seharusnya Paman menikah dengan perawan tua?” ledek Alvan dengan senyuman nakal.

“Dasar menyebalkan! Paman doakan semoga seumur hidupmu kau akan diomeli oleh istrimu dengan mulutnya yang tajam itu!” ujar Anthony, menyumpahi Alvan.

“Paman sedang menyumpahiku?” gerutu Alvan kesal.

“Kau cukup tunggu dan lihat saja! Maksimal akhir tahun nanti, Paman tidak akan menjadi bujang lapuk lagi!” ujar Anthony dengan percaya diri.

“Iya, tapi siapa calonnya? Aku kan penasaran. Jangan bilang Paman akan menikahi Ralph!” ledek Alvan dengan mencibir.

“Kau sudah gila? Paman ini masih normal,” sangkal Anthony tegas dan tidak terima.

“Kalau begitu jawab saja!” tantang Alvan dengan nada ingin tahu.

“Seorang wanita muda yang lemah lembut, cantik, jago memasak. Seorang putri bangsawan yang direkomendasikan oleh Raja William tadi siang. Paman menemuinya dan mengajaknya berkenalan. Dia gadis yang cantik dan baik dan dia bilang Paman tampan,” sahut Anthony dengan cekikikan.

Dia senang karena akhirnya ada yang memujinya tampan.

“Oh astaga! Aku sudah kehabisan akal dengan si bujang lapuk ini, dipuji tampan saja segitu bahagianya,” gumam Alvan dengan nada meledek.

“Apa sebelumnya tak ada yang memuji Paman tampan?” tanya Alvan dengan nada meremehkan.

“Ada. Hanya seorang gadis kecil nakal berumur empat tahun yang mengatakan tidak mungkin Paman adalah penagih hutang mengingat wajah Paman terlalu tampan untuk ukuran seorang penagih hutang,” sahut Anthony pasrah, mengingat pertemuan pertamanya dengan Liana.

“Astaga, ironis sekali. Pantas saja Paman haus pujian. Ternyata Paman hanya dipuji tampan oleh Lily kecil,” ledek Alvan sambil tertawa mengejek.

“Terserah apa katamu, pokoknya Paman akan mengakhiri gelar bujang lapuk ini paling lambat akhir tahun.” Ujar Anthony cuek lalu mulai berjalan pergi.

“Paman mau ke mana?” tanya Alvan saat Anthony akan pergi.

“Mencari tahu keadaan Nicholas. Di kamar mana dia ditempatkan?” tanya Anthony khawatir.

“Di kamar atas, sisi kiri tangga. Lucas dan Lexart sedang menjaganya.” Sahut Alvan menginformasikan.

“Lalu kenapa kau di sini? Sepupumu sedang terluka.” Omel Anthony tak habis pikir.

“Aku ini menunggu dokternya datang, Paman.” Jawab Alvan gemas.

“Baiklah. Paman lihat keadaan Nicholas dulu,” sahut Anthony seraya berjalan naik. Tanpa dia tahu seseorang segera bersembunyi saat melihatnya naik ke atas.

“Seorang wanita muda yang cantik, anggun, lemah lembut dan jago memasak? Menikah akhir tahun ini? Jangan terlalu yakin, Pangeran. Lihat bagaimana aku akan menghancurkan rencanamu!” seru Charlotte dari balik pintu seraya mengintip Anthony yang berjalan ke arah kamar Nicholas.

“Kau milikku, Pangeran! Selamanya hanya milikku! Aku tidak akan membiarkan wanita lain merampasmu! Aku ingin kau mengejarku, bukan mengejar wanita lain! Lihat saja! Akan kusingkirkan siapa pun yang menghalangi jalanku!” ujar Charlotte dalam hati, penuh tekad.

To be continued…

*************

Bagian yang DIHAPUS:

1. AUTHOR NOTE.

2. Semua kata “Bocah”.

3. Adegan saat Anthony membekap mulut Alvan.

Adegan asli : “Eeemmmphhh!” Alvan meronta ingin dilepaskan saat sang Paman membekap mulutnya.

4. Adegan saat Anthony mengancam Alvan :

Adegan asli : “Aku akan benar-benar mengulitimu!” Ancam Anthony, masih membekap mulut Alvan. Alvan mengangguk paham dan berusaha melepaskan tangan Anthony di mulutnya.

5. Adegan Anthony menjitak keponakannya yang nakal:

Adegan asli: “Benarkah? Jika jodoh itu cerminan diri, bukankah seharusnya Paman menikah dengan perawan tua?” ledek Alvan dengan senyuman nakal, yang sukses mendapat hadiah jitakan dari Sang Paman.

“AAAWWW! Kenapa aku dijitak?” protes Alvan kesal.

6. Adegan saat Anthony meledek keponakannya dengan kalimat “Dasar bocah tengik menyebalkan!” dihapus dan diganti “Dasar menyebalkan!”.

 

Kata yang diperhalus (bagian yang dipertebal, garis bawah dan dicetak miring):

1. Membunuh => Melenyapkan.

2. Pembunuh => Penyusup.

3. Bunuh => Lenyapkan.

4. Mengenaskan => Dengan menyedihkan.

5. Alkohol => Minuman.

6. Neraka => Dunia lain.

7. Tampak tidak mengenakan “Pakaian” => tampak tidak mengenakan “sehelai benang”.

8. Dia masih kecil => dia masih "muda".

 

Kata yang diganti bintang karena tidak tahu kata lain untuk menggantikannya (bagian yang dipertebal, garis bawah dan dicetak miring):

1. Sadis => Sad*s

2. Mesin pembunuh berdarah dingin => Mesin pem*unuh berdarah dingin.

3. Mencabut nyawa => Men*but ny*wa.

 

Jadi bagaimana tanggapan kalian? Manakah bagian yang membuat bab ini SELALU GAGAL PENINJAUAN FIZZO? Walau sudah melewati lima kali Revisi dan banyak bagian yang diubah, diperhalus dan bahkan dihapuskan bahkan judul Chapter-pun sudah diubah dari “You Are Mine! Forever Mine! Forever Mine!" menjadi “What Happened Here?

Tolong bantu aku katakan di mana letak kesalahannya hingga sampai tidak lolos sensor? Apakah Fizzo sengaja menjegalku agar aku gagal daily dan royalti Retensiku hangus???

Mohon bantuannya, terima kasih. 

Liliana Tan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar