Hallo, apa kabar semuanya? Akhirnya setelah sekitar lima tahunan blog ini terbengkalai karena kesibukan sang blogger, hari ini aku kembali menyapa kalian. Jujur saja, aku butuh bantuan kalian untuk mengkoreksi naskahku.
Ini pertama kalinya sejak aku menulis
di Fizzo, naskahku gagal lolos peninjauan padahal aku merasa tidak ada yang
salah dengan bab ini, namun pihak Fizzo tidak bersedia meloloskannya dan selalu
menggagalkannya lagi dan lagi. Terhitung aku sudah melakukan lima kali Revisi
dengan menghapus, mengganti dengan bintang-bintang dan bahkan memperhalus kata
yang MUNGKIN dianggap sensitif bagi Fizzo tapi semua itu sia-sia saja. Aku juga
bahkan mengubah adegan yang mungkin dianggap “berbahaya bagi anak di bawah umur”
tapi semuanya sia-sia.
Putus asa. Itu sebabnya aku ingin
bertanya pada kalian, para penulis di luar sana, mohon bantu aku! Tolong
beritahu aku, di mana letak kesalahanku! Sebelumnya, aku ingin berterima kasih
pada kalian, para penulis atau mungkin pembaca juga tidak masalah, siapa pun
yang bisa memberitahuku letak kesalahan di bab ini. Terima kasih banyak
sebelumnya.
“Anastasia, The Princess
In Disguise : Season 2”
·
Versi Asli (TANPA REVISI sama sekali) :
Chapter
113 : You Are Mine! Forever Mine!
“Apa yang terjadi? Kenapa di sini
banyak pengawal Istana mondar-mandir?” tanya Anthony yang baru saja kembali.
Kebetulan dia melihat Alvan di sana, mondar-mandir di depan pintu, seolah
menunggu seseorang.
“Paman ini ke mana saja? Kenapa
Paman sampai tidak tahu apa yang terjadi di sini?” omel Alvan kesal pada
Pamannya.
“Jangan berdiri di tengah jalan,
bocah! Kau menghalangi mereka lewat,” ujar Anthony seraya menyeret keponakannya
ke bawah tangga.
“Ada apa sebenarnya?” tanya
Anthony penasaran, mengulangi pertanyaannya.
“Bukankah aku juga seharusnya
bertanya ada apa sebenarnya? Kenapa aku mencium bau alkohol dari mulut Paman?
Paman minum-minum di bar, ya?” omel Alvan gusar.
“Ya ampun, bujang lapuk ini
benar-benar tak punya hati! Di saat ada pembunuh menyusup masuk ke dalam sini
dan hampir membunuh Putri Letizia dan membuat Nicholas terluka cukup parah,
bisa-bisanya Paman minum-minum di bar?” lanjut Alvan, tetap mengomeli Pamannya
tak habis pikir.
“Kau bilang apa? Ada pembunuh
menyusup masuk kemari dan hampir membunuh Putri Letizia dan melukai Nicholas?
Apa mereka anggota Black Panther lagi?” tanya Anthony kaget.
“Aku ingat saat terakhir kali
sebelum aku terjebak di ruang rahasia itu, ada seorang anggota Black Panther
yang menyusup masuk ke dalam Istana dan hampir membunuh Putri Letizia.
Untunglah Putri Charlotte memergokinya hingga orang itu gagal melaksanakan
aksinya.” Lanjut Anthony dengan gaya mengingat, mengira bahwa penyusup itu
utusan Black Panther lagi.
“Ternyata sebenarnya pembunuh itu
ingin melenyapkan Lily karena Lily telah menggagalkan rencana mereka, namun
mereka salah sasaran karena Lily terlahir kembar dan mereka tidak bisa membedakan
kedua Putri. Apa mungkin sekarang salah sasaran juga?” tambah Anthony lagi.
“Bukan! Kali ini bukan Black
Panther dan sepertinya sasarannya benar.” Sahut Alvan yang tidak mengetahui
bahwa analisis Anthony ternyata benar.
Margareth sebenarnya ingin
membunuh Liana dan merusak wajah Mary namun semua rencananya gagal. Bukan hanya
pembunuh itu tidak menemukan Mary, namun juga justru pembunuh itu mati
mengenaskan di tangan Liana, di tangan orang yang sebenarnya ingin dia bunuh
sendiri.
“Pembunuh itu hanya satu orang,
dia dikirim oleh sepupu Lily yang jahat. Sepupunya itu sangat membenci Putri
Letizia dan berusaha membunuh Putri. Namun Nicholas melihatnya dan berusaha
menghentikannya, jadinya pembunuh itu menusuk punggung Nicholas setelah
memukuli Sang Putri,” sahut Alvan menjelaskan kronologinya.
“Sepupu Lily? Sepupu yang mana?
Master Julian? Master Thomas? Atau yang mana?” tanya Anthony ingin tahu karena
dia hanya mengenal “sepupu” tiri Liana yang dia temui saat mereka berada di
bumi perkemahan.
“Mana mungkin mereka? Justru
sepupu tiri Lily itu adalah anak-anak yang baik. Sepupu kandungnya yang justru
bagaikan Iblis.” Sahut Alvan kesal, tak habis pikir ada sepupu kandung yang
begitu jahat dan ingin menghabisi sepupunya sendiri.
“Lalu siapa?” desak Anthony
penasaran.
“Siapa lagi kalau bukan anaknya
Ratu Analiece? Keponakan Ratu Catherine yang bernama Margareth Emily! Kudengar
dari Louis, Margareth itu selalu menyakiti Letizia sejak kecil namun selalu
diampuni karena masih memandang orang tuanya. Namun tidak akan ada ampun lagi
kali ini!” sahut Alvan, ikut kesal.
“Raja William memutuskan untuk
mengusir si Margareth itu keluar dari Kerajaan Mendroza dan tidak diijinkan
menginjakkan kaki lagi di sini,” lanjut Alvan menjelaskan.
“Lalu di mana pembunuh itu
sekarang? Kalau kalian tahu semua itu berarti pembunuhnya sudah mengaku,
bukan?” tanya Anthony ingin tahu.
“Lily sudah mengirimnya ke
Neraka!” sahut Alvan santai.
“APA?” Anthony tampak shock
mendengarnya.
“Seperti yang Paman dengar, Lily
sudah membunuhnya dan mengirimnya ke Neraka! Dia sangat marah karena adik
kembarnya terluka,” sahut Alvan lugas.
“Kau serius?” Anthony masih
terlihat tak percaya.
“Tanya saja pada Alex. Lily
melemparkan sebilah pedang ke punggung pembunuh itu saat dia berusaha melarikan
diri. Pembunuh itu akhirnya meregang nyawa dan terjatuh dari balkon lantai dua
dan mati dengan mengenaskan,” ujar Alvan tanpa basa-basi.
“Wah, dia benar-benar sadis. Aku
tidak menyangka aku telah membesarkan mesin pembunuh berdarah dingin. Dia masih
kecil…Ah tidak, dia masih remaja, bukankah terlalu awal baginya untuk mencabut
nyawa seseorang?” ujar Anthony tak habis pikir.
“Itulah yang kupikirkan. Itu semua
salah Paman. Paman yang mengajarinya bagaimana cara menjadi Monster!” gerutu
Alvan, seraya menatap sinis Pamannya.
“Hei, mana Paman tahu kalau Lily
adalah Sang Putri Yang Hilang? Paman hanya berpikir kalau gadis kecil itu
sendirian dan sangat malang, jadi dia harus menjadi gadis yang kuat agar bisa
melindungi dirinya sendiri dari para penjahat.” Protes Anthony, membela diri.
“Sudahlah. Semoga saja ke
depannya, Lily tidak segampang itu mencabut nyawa orang. Jujur saja, aku juga
sedikit ngeri melihatnya. Aku saja belum pernah memotong jari orang, apalagi
mencabut nyawa seseorang. Tapi dia sudah melakukan itu semua, bahkan di usia
yang masih muda dan bahkan tanpa belas kasihan,” ujar Alvan, sedikit bergidik
ngeri setiap kali teringat bagaimana Lily kecil memotong kelima jari pria cabul
yang hampir melecehkannya.
“Jadi di mana dia sekarang?” tanya
Anthony seraya mengamati sekitarnya namun tidak melihat muridnya di mana-mana.
“Lily pergi bersama Alex untuk
menangkap sepupu jahat itu,” sahut Alvan singkat.
“Tapi Paman pergi ke mana sih
seharian ini? Kenapa baru kembali malam-malam begini dengan mulut bau alkohol?”
omel Alvan lagi.
“Apa lagi? Tentu saja untuk
merayakan kemenanganku, merayakan kembalinya reputasiku,” sahut Anthony santai.
“Bersama wanita?” tebak Alvan.
“Dari mana kau tahu?” tanya
Anthony curiga.
“Siapa? Apa Paman punya kenalan di
sini? Kupikir satu-satunya wanita kenalan Paman di sini selain Lily, hanyalah
Putri Charlotte.” Sahut Alvan penasaran.
“Haduh, mereka berdua itu bukan
wanita, tapi pembuat onar! Keponakan dan Bibi sama saja, sama-sama pembuat
onar!” sahut Anthony malas.
“Kupikir kalian berdua ada
hubungan khusus. Bukankah tadi pagi Paman dan Putri Charlotte tertangkap basah
berdua di atas ranjang? Kalian tidur bersama, bukan? Putri Charlotte tidak
mengenakan pakaian, jadi kupikir…” Alvan tidak sempat melanjutkan kalimatnya
karena Anthony sudah membekap mulutnya.
“TUTUP MULUTMU, BOCAH!” ujar
Anthony dengan nada intimidasi.
“Eeemmmphhh!” Alvan meronta ingin
dilepaskan.
“Aku sudah susah payah membuktikan
kalau aku tidak bersalah, jadi jangan sampai orang lain salah paham lagi jika
mendengar perkataanmu. Kau tahu sendiri bagaimana tidak enaknya difitnah,
bukan? Awas kalau kau sampai bicara sembarangan! Aku akan benar-benar
mengulitimu!” Ancam Anthony, masih membekap mulut Alvan.
Alvan mengangguk paham dan berusaha
melepaskan tangan Anthony di mulutnya.
“Baiklah. Aku berjanji.” Sahut
Alvan setelah bungkamannya terlepas.
“Jadi tidak ada apa pun di antara
kalian berdua?” tanya Alvan penuh harap.
“Tidak!” sahut Anthony singkat.
“Yah, sayang sekali. Kupikir Paman
akan melepaskan gelar bujang lapuk tahun ini, tapi sepertinya gelar itu akan
melekat seumur hidup pada Paman. Jangan khawatir! Aku akan menjaga Paman kalau
Paman tua nanti,” ujar Alvan, seolah-olah peduli walaupun sebenarnya sedang
menyindir.
“Kau sedang menyindirku, bocah?”
sergah Anthony tak kalah sinis.
“Tidak! Aku hanya menyayangkan
saja,” sangkal Alvan dengan santainya.
“Tenang saja! Aku akan melepaskan
gelar bujang lapukku tahun ini,” jawab Anthony dengan penuh percaya diri.
“Benarkah? Siapa calonnya? Apa
Putri Charlotte?” tanya Alvan dengan senyuman nakal ingin menjahili pamannya.
“Sudah kubilang aku tidak punya
hubungan apa pun dengannya!” sangkal Anthony tegas.
“Lalu? Siapa wanita yang begitu
sial akan menikahi bujang lapuk?” tanya Alvan dengan nada nyinyir.
“Sekarang aku tahu kenapa kau dan
Lily berjodoh. Karena jodoh itu cerminan diri. Lihat betapa tajamnya lidahmu!
Sama seperti si gadis nakal itu!” umpat Anthony kesal karena wanita yang akan
dia nikahi dikatai “sial” karena menikah dengannya.
“Benarkah? Jika jodoh itu cerminan
diri, bukankah seharusnya Paman menikah dengan perawan tua?” ledek Alvan dengan
senyuman nakal yang sukses mendapat hadiah jitakan dari Sang Paman.
“AAAWWW! Kenapa aku dijitak?”
protes Alvan kesal.
“Dasar bocah tengik menyebalkan!
Paman doakan semoga seumur hidupmu kau akan diomeli oleh istrimu dengan
mulutnya yang tajam itu!” ujar Anthony, menyumpahi Alvan.
“Paman sedang menyumpahiku?”
gerutu Alvan kesal.
“Kau cukup tunggu dan lihat saja!
Maksimal akhir tahun nanti, Paman tidak akan menjadi bujang lapuk lagi!” ujar
Anthony dengan percaya diri.
“Iya, tapi siapa calonnya? Aku kan
penasaran. Jangan bilang Paman akan menikahi Ralph!” ledek Alvan dengan
mencibir.
“Kau sudah gila? Paman ini masih
normal,” sangkal Anthony tegas dan tidak terima.
“Kalau begitu jawab saja!” tantang
Alvan dengan nada ingin tahu.
“Seorang wanita muda yang lemah
lembut, cantik, jago memasak. Seorang putri bangsawan yang direkomendasikan
oleh Raja William tadi siang. Paman menemuinya dan mengajaknya berkenalan. Dia
gadis yang cantik dan baik dan dia bilang Paman tampan,” sahut Anthony dengan
cekikikan.
Dia senang karena akhirnya ada
yang memujinya tampan.
“Oh astaga! Aku sudah kehabisan
akal dengan si bujang lapuk ini, dipuji tampan saja segitu bahagianya,” gumam
Alvan dengan nada meledek.
“Apa sebelumnya tak ada yang
memuji Paman tampan?” tanya Alvan dengan nada meremehkan.
“Ada. Hanya seorang gadis kecil
nakal berumur empat tahun yang mengatakan tidak mungkin Paman adalah penagih
hutang mengingat wajah Paman terlalu tampan untuk ukuran seorang penagih
hutang,” sahut Anthony pasrah, mengingat pertemuan pertamanya dengan Liana.
“Astaga, ironis sekali. Pantas
saja Paman haus pujian. Ternyata Paman hanya dipuji tampan oleh Lily kecil,”
ledek Alvan sambil tertawa mengejek.
“Terserah apa katamu, pokoknya
Paman akan mengakhiri gelar bujang lapuk ini paling lambat akhir tahun.” Ujar
Anthony cuek lalu mulai berjalan pergi.
“Paman mau ke mana?” tanya Alvan
saat Anthony akan pergi.
“Mencari tahu keadaan Nicholas. Di
kamar mana dia ditempatkan?” tanya Anthony khawatir.
“Di kamar atas, sisi kiri tangga.
Lucas dan Lexart sedang menjaganya.” Sahut Alvan menginformasikan.
“Lalu kenapa kau di sini? Sepupumu
sedang terluka.” Omel Anthony tak habis pikir.
“Aku ini menunggu dokternya
datang, Paman.” Jawab Alvan gemas.
“Baiklah. Paman lihat keadaan
Nicholas dulu,” sahut Anthony seraya berjalan naik. Tanpa dia tahu seseorang
segera bersembunyi saat melihatnya naik ke atas.
“Seorang wanita muda yang cantik,
anggun, lemah lembut dan jago memasak? Menikah akhir tahun ini? Jangan terlalu
yakin, Pangeran. Lihat bagaimana aku akan menghancurkan rencanamu!” seru
Charlotte dari balik pintu seraya mengintip Anthony yang berjalan ke arah kamar
Nicholas.
“Kau milikku, Pangeran! Selamanya
hanya milikku! Aku tidak akan membiarkan wanita lain merampasmu! Aku ingin kau
mengejarku, bukan mengejar wanita lain! Lihat saja! Akan kusingkirkan siapa pun
yang menghalangi jalanku!” ujar Charlotte dalam hati, penuh tekad.
To be continued…
*************
Author Note :
Hanya sekedar menginformasikan,
masa bandingku adalah 20 hari dan itu berarti tanggal 10 September 2023 adalah
batas bandingnya. Jika bandingku ditolak, cerita ini akan menghadapi dua
kemungkinan di masa depan :
A. Cerita ini dihentikan begitu
saja di Fizzo namun langsung diteruskan di platform lain, atau…
B. Cerita ini akan DIPAKSA TAMAT
dengan ENDING YANG MAKSA dan bikin nyesek. Namun di platform lain tetep akan
dilanjut dengan Ending yang sebenarnya. Jadi cerita ini akan memiliki dua
ending pada akhirnya. Yang Nyesek di Fizzo dan yang happy ending di platform
lain.
Ada yang mengusulkan, “Gak usah
dipaksakan ENDING MAKSA, langsung lanjut aja di platform lainnya.”
Jadi aku ingin jajak pendapat lagi
sekarang, pilih A atau B? Berikan pendapatmu, ya… Terima kasih.
Versi REVISI KE-5:
Chapter 113 : What Happened Here?
“Apa yang
terjadi? Kenapa di sini banyak pengawal Istana mondar-mandir?” tanya Anthony
yang baru saja kembali. Kebetulan dia melihat Alvan di sana, mondar-mandir di
depan pintu, seolah menunggu seseorang.
“Paman ini ke
mana saja? Kenapa Paman sampai tidak tahu apa yang terjadi di sini?” omel Alvan
kesal pada Pamannya.
“Jangan
berdiri di tengah jalan! Kau menghalangi mereka lewat,” ujar
Anthony seraya menyeret keponakannya ke bawah tangga.
“Ada apa
sebenarnya?” tanya Anthony penasaran, mengulangi pertanyaannya.
“Bukankah aku
juga seharusnya bertanya ada apa sebenarnya? Kenapa aku mencium bau minuman
dari mulut Paman? Paman minum-minum di bar, ya?” omel Alvan gusar.
“Ya ampun,
bujang lapuk ini benar-benar tak punya hati! Di saat ada penyusup
menyusup masuk ke dalam sini dan hampir melenyapkan Putri
Letizia dan membuat Nicholas terluka cukup parah, bisa-bisanya Paman
minum-minum di bar?” lanjut Alvan, tetap mengomeli Pamannya tak habis pikir.
“Kau bilang
apa? Ada penyusup menyusup masuk kemari dan hampir melenyapkan
Putri Letizia dan melukai Nicholas? Apa mereka anggota Black Panther lagi?”
tanya Anthony kaget.
“Aku ingat
saat terakhir kali sebelum aku terjebak di ruang rahasia itu, ada seorang
anggota Black Panther yang menyusup masuk ke dalam Istana dan hampir melenyapkan
Putri Letizia. Untunglah Putri Charlotte memergokinya hingga orang itu gagal
melaksanakan aksinya.” Lanjut Anthony dengan gaya mengingat, mengira bahwa
penyusup itu utusan Black Panther lagi.
“Ternyata
sebenarnya penyusup itu ingin melenyapkan Lily karena Lily
telah menggagalkan rencana mereka, namun mereka salah sasaran karena Lily
terlahir kembar dan mereka tidak bisa membedakan kedua Putri. Apa mungkin
sekarang salah sasaran juga?” tambah Anthony lagi.
“Bukan! Kali
ini bukan Black Panther dan sepertinya sasarannya benar.” Sahut Alvan yang
tidak mengetahui bahwa analisis Anthony ternyata benar.
Margareth
sebenarnya ingin melenyapkan Liana dan merusak wajah Mary
namun semua rencananya gagal. Bukan hanya penyusup itu
tidak menemukan Mary, namun juga justru penyusup itu mati dengan
menyedihkan di tangan Liana, di tangan orang yang sebenarnya ingin
dia lenyapkan sendiri.
“Penyusup
itu hanya satu orang, dia dikirim oleh sepupu Lily yang jahat. Sepupunya itu
sangat membenci Putri Letizia dan berusaha melenyapkan
Putri. Namun Nicholas melihatnya dan berusaha menghentikannya, jadinya penyusup
itu menusuk punggung Nicholas setelah memukuli Sang Putri,” sahut Alvan
menjelaskan kronologinya.
“Sepupu Lily?
Sepupu yang mana? Master Julian? Master Thomas? Atau yang mana?” tanya Anthony
ingin tahu karena dia hanya mengenal “sepupu” tiri Liana yang dia temui saat
mereka berada di bumi perkemahan.
“Mana mungkin
mereka? Justru sepupu tiri Lily itu adalah anak-anak yang baik. Sepupu
kandungnya yang justru bagaikan Iblis.” Sahut Alvan kesal, tak habis pikir ada
sepupu kandung yang begitu jahat dan ingin menghabisi sepupunya sendiri.
“Lalu siapa?”
desak Anthony penasaran.
“Siapa lagi
kalau bukan anaknya Ratu Analiece? Keponakan Ratu Catherine yang bernama
Margareth Emily! Kudengar dari Louis, Margareth itu selalu menyakiti Letizia
sejak kecil namun selalu diampuni karena masih memandang orang tuanya. Namun
tidak akan ada ampun lagi kali ini!” sahut Alvan, ikut kesal.
“Raja William
memutuskan untuk mengusir si Margareth itu keluar dari Kerajaan Mendroza dan
tidak diijinkan menginjakkan kaki lagi di sini,” lanjut Alvan menjelaskan.
“Lalu di mana penyusup
itu sekarang? Kalau kalian tahu semua itu berarti pelakunya
sudah mengaku, bukan?” tanya Anthony ingin tahu.
“Lily sudah
mengirimnya ke dunia lain!” sahut Alvan santai.
“APA?” Anthony
tampak shock mendengarnya.
“Seperti yang
Paman dengar, Lily sudah melenyapkannya dan mengirimnya ke
dunia lain! Dia sangat marah karena adik kembarnya
terluka,” sahut Alvan lugas.
“Kau serius?”
Anthony masih terlihat tak percaya.
“Tanya saja
pada Alex. Lily melemparkan sebilah pedang ke punggung penyusup
itu saat dia berusaha melarikan diri. Penyusup itu
akhirnya meregang nyawa dan terjatuh dari balkon lantai dua dan mati dengan
menyedihkan,” ujar Alvan tanpa basa-basi.
“Wah, dia
benar-benar s*dis. Aku tidak menyangka aku telah
membesarkan mesin pem*unuh berdarah dingin. Dia masih
muda, bukankah terlalu awal baginya untuk me*cabut
ny*wa seseorang?” ujar Anthony tak habis pikir.
“Itulah yang
kupikirkan. Itu semua salah Paman. Paman yang mengajarinya bagaimana cara
menjadi Monster!” gerutu Alvan, seraya menatap sinis Pamannya.
“Hei, mana
Paman tahu kalau Lily adalah Sang Putri Yang Hilang? Paman hanya berpikir kalau
gadis kecil itu sendirian dan sangat malang, jadi dia harus menjadi gadis yang
kuat agar bisa melindungi dirinya sendiri dari para penjahat.” Protes Anthony,
membela diri.
“Sudahlah.
Semoga saja ke depannya, Lily tidak segampang itu men*abut ny*wa
orang. Jujur saja, aku juga sedikit ngeri melihatnya. Aku saja belum pernah
memotong jari orang, apalagi men*abut ny*wa seseorang.
Tapi dia sudah melakukan itu semua, bahkan di usia yang masih muda dan bahkan
tanpa belas kasihan,” ujar Alvan, sedikit bergidik ngeri setiap kali teringat
bagaimana Lily kecil memotong kelima jari pria cabul yang hampir melecehkannya.
“Jadi di mana
dia sekarang?” tanya Anthony seraya mengamati sekitarnya namun tidak melihat
muridnya di mana-mana.
“Lily pergi
bersama Alex untuk menangkap sepupu jahat itu,” sahut Alvan singkat.
“Tapi Paman
pergi ke mana sih seharian ini? Kenapa baru kembali malam-malam begini dengan
mulut bau minuman?” omel Alvan lagi.
“Apa lagi?
Tentu saja untuk merayakan kemenanganku, merayakan kembalinya reputasiku,”
sahut Anthony santai.
“Bersama
wanita?” tebak Alvan.
“Dari mana kau
tahu?” tanya Anthony curiga.
“Siapa? Apa
Paman punya kenalan di sini? Kupikir satu-satunya wanita kenalan Paman di sini
selain Lily, hanyalah Putri Charlotte.” Sahut Alvan penasaran.
“Haduh, mereka
berdua itu bukan wanita, tapi pembuat onar! Keponakan dan Bibi sama saja,
sama-sama pembuat onar!” sahut Anthony malas.
“Kupikir
kalian berdua ada hubungan khusus. Bukankah tadi pagi Paman dan Putri Charlotte
tertangkap basah berdua di atas ranjang? Kalian tidur bersama, bukan? Putri
Charlotte tampak tidak mengenakan sehelai benang, jadi
kupikir…” Alvan tidak sempat melanjutkan kalimatnya karena Anthony sudah
membekap mulutnya.
“TUTUP MULUTMU!”
ujar Anthony dengan nada intimidasi.
“Aku sudah
susah payah membuktikan kalau aku tidak bersalah, jadi jangan sampai orang lain
salah paham lagi jika mendengar perkataanmu. Kau tahu sendiri bagaimana tidak
enaknya difitnah, bukan? Awas kalau kau sampai bicara sembarangan!” Ancam
Anthony.
“Baiklah. Aku
berjanji.” Sahut Alvan.
“Jadi tidak
ada apa pun di antara kalian berdua?” tanya Alvan penuh harap.
“Tidak!” sahut
Anthony singkat.
“Yah, sayang
sekali. Kupikir Paman akan melepaskan gelar bujang lapuk tahun ini, tapi
sepertinya gelar itu akan melekat seumur hidup pada Paman. Jangan khawatir! Aku
akan menjaga Paman kalau Paman tua nanti,” ujar Alvan, seolah-olah peduli
walaupun sebenarnya sedang menyindir.
“Kau sedang
menyindirku, hah?” sergah Anthony tak kalah sinis.
“Tidak! Aku
hanya menyayangkan saja,” sangkal Alvan dengan santainya.
“Tenang saja!
Aku akan melepaskan gelar bujang lapukku tahun ini,” jawab Anthony dengan penuh
percaya diri.
“Benarkah?
Siapa calonnya? Apa Putri Charlotte?” tanya Alvan dengan senyuman nakal ingin
menjahili pamannya.
“Sudah
kubilang aku tidak punya hubungan apa pun dengannya!” sangkal Anthony tegas.
“Lalu? Siapa
wanita yang begitu sial akan menikahi bujang lapuk?” tanya Alvan dengan nada
nyinyir.
“Sekarang aku
tahu kenapa kau dan Lily berjodoh. Karena jodoh itu cerminan diri. Lihat betapa
tajamnya lidahmu! Sama seperti si gadis nakal itu!” umpat Anthony kesal karena
wanita yang akan dia nikahi dikatai “sial” karena menikah dengannya.
“Benarkah?
Jika jodoh itu cerminan diri, bukankah seharusnya Paman menikah dengan perawan
tua?” ledek Alvan dengan senyuman nakal.
“Dasar menyebalkan!
Paman doakan semoga seumur hidupmu kau akan diomeli oleh istrimu dengan
mulutnya yang tajam itu!” ujar Anthony, menyumpahi Alvan.
“Paman sedang
menyumpahiku?” gerutu Alvan kesal.
“Kau cukup
tunggu dan lihat saja! Maksimal akhir tahun nanti, Paman tidak akan menjadi
bujang lapuk lagi!” ujar Anthony dengan percaya diri.
“Iya, tapi
siapa calonnya? Aku kan penasaran. Jangan bilang Paman akan menikahi Ralph!”
ledek Alvan dengan mencibir.
“Kau sudah
gila? Paman ini masih normal,” sangkal Anthony tegas dan tidak terima.
“Kalau begitu
jawab saja!” tantang Alvan dengan nada ingin tahu.
“Seorang
wanita muda yang lemah lembut, cantik, jago memasak. Seorang putri bangsawan
yang direkomendasikan oleh Raja William tadi siang. Paman menemuinya dan
mengajaknya berkenalan. Dia gadis yang cantik dan baik dan dia bilang Paman
tampan,” sahut Anthony dengan cekikikan.
Dia senang
karena akhirnya ada yang memujinya tampan.
“Oh astaga!
Aku sudah kehabisan akal dengan si bujang lapuk ini, dipuji tampan saja segitu
bahagianya,” gumam Alvan dengan nada meledek.
“Apa
sebelumnya tak ada yang memuji Paman tampan?” tanya Alvan dengan nada
meremehkan.
“Ada. Hanya
seorang gadis kecil nakal berumur empat tahun yang mengatakan tidak mungkin
Paman adalah penagih hutang mengingat wajah Paman terlalu tampan untuk ukuran
seorang penagih hutang,” sahut Anthony pasrah, mengingat pertemuan pertamanya
dengan Liana.
“Astaga,
ironis sekali. Pantas saja Paman haus pujian. Ternyata Paman hanya dipuji
tampan oleh Lily kecil,” ledek Alvan sambil tertawa mengejek.
“Terserah apa
katamu, pokoknya Paman akan mengakhiri gelar bujang lapuk ini paling lambat
akhir tahun.” Ujar Anthony cuek lalu mulai berjalan pergi.
“Paman mau ke
mana?” tanya Alvan saat Anthony akan pergi.
“Mencari tahu
keadaan Nicholas. Di kamar mana dia ditempatkan?” tanya Anthony khawatir.
“Di kamar
atas, sisi kiri tangga. Lucas dan Lexart sedang menjaganya.” Sahut Alvan
menginformasikan.
“Lalu kenapa
kau di sini? Sepupumu sedang terluka.” Omel Anthony tak habis pikir.
“Aku ini
menunggu dokternya datang, Paman.” Jawab Alvan gemas.
“Baiklah.
Paman lihat keadaan Nicholas dulu,” sahut Anthony seraya berjalan naik. Tanpa
dia tahu seseorang segera bersembunyi saat melihatnya naik ke atas.
“Seorang
wanita muda yang cantik, anggun, lemah lembut dan jago memasak? Menikah akhir
tahun ini? Jangan terlalu yakin, Pangeran. Lihat bagaimana aku akan
menghancurkan rencanamu!” seru Charlotte dari balik pintu seraya mengintip
Anthony yang berjalan ke arah kamar Nicholas.
“Kau milikku,
Pangeran! Selamanya hanya milikku! Aku tidak akan membiarkan wanita lain
merampasmu! Aku ingin kau mengejarku, bukan mengejar wanita lain! Lihat saja!
Akan kusingkirkan siapa pun yang menghalangi jalanku!” ujar Charlotte dalam
hati, penuh tekad.
To be
continued…
*************
Bagian yang DIHAPUS:
1. AUTHOR NOTE.
2. Semua kata “Bocah”.
3. Adegan saat
Anthony membekap mulut Alvan.
Adegan asli : “Eeemmmphhh!”
Alvan meronta ingin dilepaskan saat sang Paman membekap mulutnya.
4. Adegan saat
Anthony mengancam Alvan :
Adegan asli : “Aku
akan benar-benar mengulitimu!” Ancam Anthony, masih membekap mulut Alvan. Alvan
mengangguk paham dan berusaha melepaskan tangan Anthony di mulutnya.
5. Adegan
Anthony menjitak keponakannya yang nakal:
Adegan asli:
“Benarkah? Jika jodoh itu cerminan diri, bukankah seharusnya Paman menikah
dengan perawan tua?” ledek Alvan dengan senyuman nakal, yang sukses mendapat
hadiah jitakan dari Sang Paman.
“AAAWWW!
Kenapa aku dijitak?” protes Alvan kesal.
6. Adegan saat
Anthony meledek keponakannya dengan kalimat “Dasar bocah tengik menyebalkan!”
dihapus dan diganti “Dasar menyebalkan!”.
Kata yang diperhalus (bagian yang dipertebal, garis
bawah dan dicetak miring):
1. Membunuh
=> Melenyapkan.
2. Pembunuh
=> Penyusup.
3. Bunuh =>
Lenyapkan.
4. Mengenaskan
=> Dengan menyedihkan.
5. Alkohol
=> Minuman.
6. Neraka
=> Dunia lain.
7. Tampak tidak
mengenakan “Pakaian” => tampak tidak mengenakan “sehelai benang”.
8. Dia masih kecil => dia masih "muda".
Kata yang diganti bintang karena tidak tahu kata
lain untuk menggantikannya (bagian yang dipertebal, garis bawah dan dicetak miring):
1. Sadis =>
Sad*s
2. Mesin pembunuh
berdarah dingin => Mesin pem*unuh berdarah dingin.
3. Mencabut nyawa
=> Men*but ny*wa.
Jadi bagaimana
tanggapan kalian? Manakah bagian yang membuat bab ini SELALU GAGAL PENINJAUAN
FIZZO? Walau sudah melewati lima kali Revisi dan banyak bagian yang diubah,
diperhalus dan bahkan dihapuskan bahkan judul Chapter-pun sudah diubah dari “You
Are Mine! Forever Mine! Forever Mine!" menjadi “What Happened Here?”
Tolong bantu
aku katakan di mana letak kesalahannya hingga sampai tidak lolos sensor?
Apakah Fizzo sengaja menjegalku agar aku gagal daily dan royalti Retensiku
hangus???
Mohon bantuannya, terima kasih.
Liliana Tan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar