Dancing With the Prince. Siapa nih yang pengen berdansa
dengan Pangeran? Andaikan saya hidup di negara yang masih memakai sistem Monarki,
pastilah saya juga pengen dong ya bisa berdansa dengan Pangeran hehehe ^.^
Well, siapa sih yang gak pengen jadi kayak Cinderella? Menikah dengan Pangeran
dan hidup bahagia selamanya. Dongeng banget hehehe ^.^ Weill, berhubung ini
memang temanya “Fantasy Romance” dan saya selaku penulis memang terinspirasi
Disney Princess jadi ya wajar kale ya kalau kisahnya mirip-mirip kisah para
Putri Disney hehehe ^.^
Ada yang penasaran gak sama kelanjutan cerita ini?
Sekedar mengingatkan sih, mumpung masih dalam masa promosi E-BOOK Akhir Tahun,
tak bosannya saya mengingatkan kalau ada promo akhir tahun dari yang awalnya
seharga IDR 55.000 sekarang bisa dibeli di Play Store/Google Play dengan hanya
IDR 11.000,00. Murah, kan? Kapan lagi coba bisa beli novel seharga hanya IDR
11.000 aja? Anastasia – Princess In Disguise ini termasuk salah satu pemenang
Wattys Awards 2016 loh. Jadi gak rugi deh dibeli, apalagi harganya murah banget
kan? Hehehe ^.^ Jika Anda tertarik, cara pembeliannya sudah saya jelaskan di
bawah cuplikan novel ini ya... Happy Reading...
“(Teaser) Anastasia, Princess
In Disguise : Chapter 6“
Chapter 6 : Dancing Witrh The Prince
“Ahhh... Sepatu ini membuatku lelah,” ujar Anastasia
seraya berjalan keluar dari dalam aula pesta dan terduduk di tepi kolam ikan
yang memancarkan air terjun buatan yang sangat indah seraya melepas sepatunya.
Merasa kagum dengan banyaknya lampu yang indah,
bunga-bunga, air mancur, hiasan-hiasan taman ditambah dengan bintang-bintang
yang bersinar indah di langit malam. Anastasia mulai bernyanyi dengan riang.
Yup, Annie love sing and she has a
beautiful voice too.
“Dancing bears, painted
wings.
Things
I almost remember, and
a song someone sings,
Once upon a December.
Someone
holds me safe and warm.
Horses
prance through a silver storm.
Figures
dancing gracefully, across my memory...
Far
away, long ago, glowing
dim as an ember,
Things my heart used
to know, once
upon a December,”
(Anastasia – Once Upon A December)
Anastasia bernyanyi dengan riang dan penuh perasaan,
mengungkapkan kerinduannya memiliki sebuah keluarga, keluarga yang selama ini
selalu diimpikannya. Dia tidak sadar jika ada sepasang mata yang selalu
mengawasinya hingga saat ini.
PLOK PLOK PLOK... Suara tepuk tangan menyadarkan
Anastasia dari dunia mimpinya, dia menoleh dan melihat sumber suara tepuk
tangan itu saat melihat si pria pelayan muncul di sana.
“Kau?” tanya Anastasia malu saat ada orang yang mendengar
nyanyiannya.
“Suaramu sangat merdu.” puji pria muda berambut pirang itu
sambil berjalan mendekatinya dan meletakkan nampan berisi minuman yang
dibawanya di salah satu kursi kayu di taman belakang Istana.
Saat berjalan mendekatinya, dari dalam aula terdengar
suara alunan melodi yang indah.
“Apa kau bersedia berdansa denganku?” tanya si pelayan
tampan seraya mengulurkan tangan kirinya dan membungkukkan sedikit badannya.
Anastasia terdiam bingung sesaat. Dia tak pernah berdansa, dia tak tahu
bagaimana caranya.
“Kenapa? Apa kau hanya ingin berdansa dengan Pangeran dan
tak mau berdansa dengan pelayan?” kalimat yang terdengar seperti sindiran halus
keluar dari mulut si pelayan sambil menatap penuh arti pada Malaikat cantik di
hadapannya.
“Tidak. Bukan begitu. Aku bahkan tak berani berharap bisa
berdansa dengan Pangeran karena aku sendiri juga pelayan. Hanya saja aku tak
bisa berdansa.” jawab Anastasia dengan lancar dan jujur.
Si pelayan tersenyum senang karena itu berarti gadis itu
benar-benar baik dan tidak materialistis seperti gadis-gadis pada umumnya.
“Kau tak berharap akan berdansa dengan Pangeran lalu
untuk apa kau datang ke Istana?” tanya si pelayan bingung.
“Aku kan juga diundang. Aku datang karena aku tak pernah
merasakan pesta itu seperti apa, aku tak pernah merasakan mengenakan gaun yang
indah seperti sekarang. Aku datang sebenarnya karena aku penasaran. Aku sama
sekali tak berharap Pangeran akan melirikku.” jawab Anastasia jujur dengan
matanya yang polos.
“Kenapa? Kau cantik dan baik hati, kenapa kau tak
berharap Pangeran akan melirikmu?” tanya si pelayan mengorek lebih jauh lagi.
“Kau bercanda. Pangeran hanya akan menikah dengan Putri,
bukan dengan rakyat jelata. Aku hanya seorang pelayan, siapalah aku ini
dibandingkan Pangeran? Lagipula, ada begitu banyak gadis cantik dan berkelas di
sini, bagaimana bisa Pangeran melirikku di antara ratusan atau bahkan ribuan
gadis yang ada? Itu mimpi yang terlalu indah untuk jadi nyata.” jawab Anastasia
sambil tertawa.
Suara tawanya yang renyah terdengar bagai melodi yang indah di telinga si pelayan itu. Rambutnya yang pirang panjang berkibar-kibar tertiup angin malam yang berhembus sepoi.
“Jadi, kau tak keberatan berdansa denganku kan walau aku
seorang pelayan?” tanya si pelayan tampan itu masih berharap.
“Tapi aku tak bisa berdansa. Bagaimana jika nanti aku
menginjak kakimu?” tanya Anastasia khawatir dengan ekspresi wajah yang lucu.
“Hahaha...Tidak akan. Aku akan mengajarimu pelan-pelan.”
jawab si pelayan seraya kembali membungkuk dan mengulurkan tangan kirinya.
Anastasia tersenyum manis lalu menyambut uluran tangan
itu. Begitu lembut. Itu yang dirasakan si pelayan tampan saat pertama kali
mereka bersentuhan.
“Jangan marah jika aku menginjak kakimu, ya.” canda
Anastasia sambil kembali tersenyum.
“Aku tidak keberatan jika yang menginjak kakiku adalah
seorang gadis cantik.” ujar si pelayan yang membuat pipi gadis itu memerah.
Dengan perlahan mereka berdansa dengan iringan musik dari
dalam aula yang terdengar samar-samar. Walau awalnya kaku dan canggung namun
Anastasia yang memang gadis yang pintar mampu belajar dengan cepat. Mereka
berdansa dengan nyaman sambil sesekali diselingi obrolan dan candaan.
“Aku merasa seperti Putri Cinderella yang berdansa dengan
Pangeran,” ujar Anastasia sambil berdansa diiringi alunan lembut suara musik
dari dalam aula.
“Kenapa?” tanya si pelayan seraya tersenyum penuh
arti.
“Putri Cinderella dan Sang Pangeran juga berdansa di luar
Aula Istana, kan? Mereka juga berdansa di taman Istana, hanya berdua dan bukan
di tengah kerumunan orang.” jawab Anastasia ceria.
“Kalau begitu apa kau juga akan menghilang seperti
Cinderella dan membuat Pangeran kesulitan menemukanmu?” tanya si pelayan lirih,
lebih terdengar sedih.
“APA?” tanya Anastasia dengan bingung.
Si pelayan tampan itu segera menggeleng cepat, meralat
ucapannya, “Tidak. Aku hanya iseng saja. Lupakan pertanyaanku yang tadi. Hei,
kau cepat belajar, ya. Kau cepat menyesuaikan tariannya.” Alvan mengalihkan
pembicaraan. Anastasia memerah malu mendengar pujiannya.
“Itu karena gurunya sangat pintar.” jawab Anastasia
malu-malu. Pria muda itu tersenyum, di matanya, gadis itu begitu manis.
“Pertama kali bertemu denganmu kupikir kau adalah orang
kaya yang menyebalkan, tidak kusangka kau hanya seorang pelayan yang baik hati
dan ramah.” ujar Anastasia polos, yang membuat si pelayan hampir saja tersedak
jika saja saat itu dia sedang memakan sesuatu.
“Hhhmmm, iya. Maaf aku sudah kasar padamu sebelumnya.”
Hanya itu, karena si pirang tampan itu benar-benar tidak tahu harus menjawab
apa.
“Bagaimana keadaan Charlotte?” tanyanya lagi, terdengar
cemas.
“Sudah baikan. Terima kasih atas pertolonganmu waktu
itu.” jawab si pelayan lembut.
“Sama-sama.” jawab Anastasia tulus.
“Kami belum membalas kebaikanmu.” ujar si pelayan lagi.
Mendengar itu, Anastasia menjadi kesal.
Dia mendadak menghentikan dansa mereka dan memandang
kesal pada pelayan itu, “Sudah kubilang aku tak mau kalian membicarakannya.
Memang kapan aku meminta kalian membalas budi? Apa kau pikir aku menolong
adikmu karena aku menginginkan pamrih? Apa kau pikir aku serendah itu?” kesal,
Anastasia melepaskan tangan pria tampan yang tadi menggenggamnya saat berdansa
dan terduduk dengan kesal di kursi kayu tempat pelayan itu meletakkan
nampannya.
“Maaf. Aku tak menyangka aku akan membuatmu kesal.” ujar
si pelayan seraya duduk di sampingnya.
Mendengar Anastasia tidak menjawab, dia lalu mengambil
salah satu gelas sampagne yang diletakkan di sampingnya dan menyodorkannya pada
gadis itu.
“Apa kau ingin minum? Mungkin saja kau haus setelah
bernyanyi dan berdansa.” tawarnya ramah pada Anastasia.
“Terima kasih.” jawab Anastasia seraya meraih gelas dari
tangan pria itu dengan cemberut lalu meminumnya, tak tahu jika minuman di gelas
itu berisi alkohol yang lumayan keras.
“Suaramu sangat indah.” lagi, pujian si pelayan tampan
itu, membuat pipi gadis itu memerah. Spontan kekesalannya menguap bagai asap.
“Boleh aku mengajukan beberapa pertanyaan padamu?” tanya
si pria dengan ragu-ragu.
Anastasia menatapnya penuh tanya, “Aku juga memiliki
beberapa pertanyaan untukmu. Boleh aku bertanya lebih dulu?” tanya Anastasia
pada pria tampan itu yang mengangguk tanpa berpikir lama.
“Saat aku menabrakmu, kupikir kau adalah orang kaya
melihat dari pakaian yang kau kenakan. Tapi sekarang kenapa kau berpakaian
seperti pelayan?” tanya Anastasia bingung.
“Aku bekerja di Istana, sudah tentu mereka membayarku
sangat mahal. Jadi kurasa wajar jika aku memakai pakaian yang bagus dan mahal.
Jika pelayan Istana berpakaian seperti pengemis, bukankah nama baik Keluarga
Kerajaan akan tercoreng? Jika mereka tidak bisa mengurus pelayan, lalu
bagaimana mereka akan mengurus seluruh rakyat?” ujar si pelayan dengan gayanya
yang meyakinkan dan membuat Annie percaya.
“Kau benar.” Jawab Anastasia sambil tertawa canggung dan
kembali meneguk minumannya.
“Siapa namamu?” tanya si pelayan memulai berkenalan
dengan resmi.
“Anastasia.” jawab Anastasia singkat sambil tersenyum
manis.
Pria tampan berambut pirang itu hanya menatapnya tanpa
berkedip, “Nama yang sama. Aku Sangat
berharap kau adalah dia.” ujarnya dalam hati, tersenyum sedih.
“Lalu kau?” tanya Anastasia padanya.
“Alvan.” jawabnya singkat.
Sekarang, Annie yang terdiam dan memandangnya penuh
kerinduan, “Nama yang sama. Aku Sangat
berharap kau adalah dia.” ujar Anastasia dalam hati, mengucapkan kalimat
yang sama seraya tersenyum sedih.
“Kenapa memandangku seperti itu?” tanya si pelayan dengan
bingung saat melihat Anastasia menatapnya lekat tanpa berkedip.
“Namamu mirip dengan seseorang. Tapi kurasa nama seperti
itu memang banyak yang memakainya, kan?” jawab Anastasia seraya memandang ke
langit malam dengan sedih.
“Kenapa aku merasa pusing? Ini minuman apa?” tanya
Anastasia beberapa saat kemudian yang
merasa kepalanya sudah mulai berputar-putar.
“Ini sampagne. Kau tak pernah minum sampagne?” tanya si
pelayan tak enak hati.
“Tidak. Aku pusing sekarang.” ujar Anastasia lalu ambruk
dalam beberapa menit kemudian.
“Anastasia.” panggil si pelayan dengan cemas saat melihat
gadis itu terjatuh pingsan di rerumputan di taman belakang istana. Tak tahu
harus berbuat apa, si pelayan segera menggendong Anastasia dan mendekapnya erat
dalam dadanya dan membawa gadis itu ke kamarnya.
“Sepertinya ini
akan menjadi malam yang berat untukku,” ujar si pelayan dalam hatinya saat
memandang wajah Anastasia yang tertidur dengan damai di atas ranjangnya yang
empuk.
“Tapi setidaknya dengan begini,
Arthur tidak akan memiliki kesempatan untuk memilih gadis ini menjadi pasangan
hidupnya.” lanjutnya dalam hati dengan seulas senyum tersungging di
bibirnya.
To be continued...
NOTE : WINNER OF WATTYS AWARDS 2016 for Category “Hidden
Gems” alias “Permata Yang Tersembunyi” (Cerita Kurang Dikenal). Untuk bisa
membaca hingga setengah novel, Anda bisa memfollow akun Wattpad saya :
@lilianatan1708 tapi untuk membaca hingga TAMAT, Anda harus membeli versi
novelnya hehehe ^.^
@@@@@@@
* Promo Tahun Baru E-Book Version Only IDR 11 Ribu
Hai hai hai... Bagi yang suka dengan cerita Anastasia –
Princess In Disguise, yang kantongnya bolong tapi pengen ngebaca kelanjutannya,
ada promo besar nih di akhir tahun. Tapi hanya berlaku untuk E-Book ya. Dari
yang awalnya seharga Rp 55.000 sekarang hanya jadi Rp 11.000 loh... Tunggu
apalagi? Yuk buruan dibeli mumpung lagi ada promo nih...
Harga Asli : IDR 55.000
Harga Promo : IDR 11.000
Tinggal buka
Google Play/Play Store lalu ketik nama “Liliana Tan” ==> Pilih “Judulnya” ==> Lalu klik “Beli” dan anda bisa memilih membayar dengan
Debet/Kredit/potong pulsa.
Note : Promo HANYA BERLAKU HINGGA AKHIR TAHUN !!!
Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar