Jumat, 27 November 2015

The Surprise Party (I Cook The Haters For You Sekuel) – SS501 Fanfic One Shot

Author : LIANA WIJAYA

Starring :
Iren Kei as Kim Rae Na
Kim Kyu Jong SS501 as Lee Kyu Jong
UEE After School as Lizzy and Lizza
Kim Hyun Joong SS501 as Yoon Jae Ha
Joo Won as Hwang Tae Hee
Lhulu BabyJun as Shin Gin Rae
Repost From : The Surprise Party (I Cook The Haters For You Sekuel)

NB : SPECIAL MY DONGSAENG’S BIRTHDAY.. IREN KEI, SAENGILCHUKKAE HAMNIDA 28.11.2014.. WISH THE BEST FOR YOU, SAENG... Hope you like it my story!!


“The Surprise Party (I Cook The Haters For You Sekuel) – SS501 Fanfic One Shot / Special Iren Kei Birthday”






Note : Bagi yang membaca Novel “I Cook The Haters For You” pasti gak bakal bingung, coz ini lanjutannya. Special for my lovely Dongsaeng, Iren Kei =) Saengilchukkae Hamnida ^.^

Flashback :
Yoboseyo (Hallo).” ujarnya di telepon. Kim Rae Na segera mengangkat teleponnya dengan sedikit kesal, kesal karena kedekatannya dengan Lee Kyu Jong terganggu karena dering telepon itu.

“YAAA! Kim Rae Na, kalian bertiga ke mana saja? Kenapa kalian meninggalkan Lizzy sendirian?” seru seseorang di ponsel itu, membuat Rae Na terpana.

“Shin Gin Rae, kau ini bicara apa?” tanya Rae Na tak mengerti.
“Lizzy baru saja tiba di sini. Sendirian. Dia bilang pada kami kalau kalian meninggalkannya. Jika tahu seperti ini harusnya dia ikut kami saja.” omel Shin Gin Rae dari seberang saluran, membuat Rae Na membelalakkan matanya tak percaya.

“Shin Gin Rae, kau bercanda kan?” Kim Rae Na balik bertanya dengan heran pada lawan bicaranya.

“Apa aku terdengar seperti sedang bercanda? Sekarang Lizza dan Tae Hee Sunbaenim (Senior Tae Hee) sedang menghibur Lizzy yang tampak sedih karena kalian tinggalkan.” jawab Shin Gin Rae seraya menoleh pada si kembar Lizzy dan Lizza serta Tae Hee yang duduk di dalam restoran sementara dia menelepon dari luar ruangan.

“Tapi itu tidak mungkin!” bantah Rae Na tak percaya, matanya menatap Kyu Jong dengan kebingungan yang kembali melanda.

“Kenyataannya kalian meninggalkannya sendirian. Kim Rae Na, kita semua tahu jika Lizzy mengalami saat-saat sulit belakangan ini, kita harus disini untuk menghibur dan menguatkannya bukan meninggalkannya kan?” lanjut Gin Rae lagi, dia terlihat kesal karena Lizzy ditinggalkan sendirian. Bagi Shin Gin Rae, Lizzy adalah gadis yang malang yang selalu dijadikan kambing hitam atas semua hal yang tak pernah dilakukannya dan dia sungguh kasihan padanya.

“Itu tidak mungkin karena kami tidak pernah meninggalkannya. Lizzy ada bersama kami sekarang.” bantah Kim Rae Na, terlihat kesal karena merasa disudutkan oleh teman baiknya sendiri.

“APA?” sekarang giliran Shin Gin Rae yang menjerit tertahan.
“Maksudmu, Lizzy ada bersama kalian? Lalu siapa yang ada bersama kami sekarang?” Shin Gin Rae terdengar shock atas apa yang didengarnya dari Rae Na.

“Entahlah. Mungkin  dia adalah ‘kembaran’ misterius Lizza. Seseorang yang berambisi untuk menggantikan Lizzy karena dia bosan menjadi bayangan. Apa dia punya bayangan?” tanya Rae Na setengah berbisik ngeri. Sejenak dia menyadari jika dia sendiri tidak mengamati Lizzy yang bersama mereka punya bayangan atau tidak.

“Maksudmu adalah...” Shin Gin Rae menggantung kalimatnya seraya berusaha mengintip ke dalam restoran tempat dimana si kembar Lizzy dan Lizza serta Tae Hee sedang menunggunya.

“Lizzy yang palsu...” dia terdiam sejenak, menimbang, berpikir, bagaimana caranya mengatakan hal ini agar tidak terdengar membingungkan.

“Lizzy yang palsu, ‘kembaran’ misterius itu tak punya bayangan...” jawab Kim Rae Na akhirnya, pelan dan dalam, membiarkan kalimatnya menggantung di udara, seraya menoleh penasaran pada Kyu Jong yang memandangnya ingin tahu.

“Apa Lizzy yang bersama kita memiliki bayangan?” bisiknya pada Kyu Jong tetap dengan telepon menempel di telinganya. Kyu Jong menatapnya sekilas lalu tampak berpikir keras dan akhirnya menggeleng pelan.

“Maaf, aku tak ingat.” gumamnya menyesal sambil menggelengkan kepalanya pelan. Rae Na menarik napas pasrah karena dia pun juga tidak ingat.

“Well, you know Shin Gin Rae, seperti yang sebelumnya kukatakan pada Kyu Jong Oppa, sepertinya kasus ini tidak akan pernah bisa terselesaikan.” ujar Kim Rae Na pasrah karena dia sendiri juga tak tahu lagi harus bagaimana.

Sementara Rae Na dan Kyu Jong sedang dibuat bingung dengan adanya dua Lizzy di dua tempat yang berbeda pada saat yang bersamaan, Lizzy yang satu lagi kini telah sampai di depan makam Lily Kim, kakaknya.

Gadis itu terlihat sedih saat tiba di makam itu. Dengan perlahan dia berlutut di samping makam itu sementara Yoon Jae Ha berdiri di belakangnya dan memayunginya, melindunginya dari siraman hujan gerimis yang kini mulai turun semakin deras.

“Kakak, apa kabar?” tanya Lizzy lirih pada makam itu seraya mengusap nisannya perlahan. Dia terduduk lemas disana, airmata mengalir pelan  dari pipinya.

“Maafkan aku! Aku tak tahu kalau kau begitu menderita selama ini. Andai saja keempat gadis jahat itu tidak membunuhmu, maka semua peristiwa mengerikan ini takkan pernah terjadi.” Ujarnya dalam hati, sedih mengingat kematian kakaknya yang tragis.

“Kakak, mereka semua sudah menemanimu sekarang. Semua orang yang pernah menyakitimu, sekarang sudah menemanimu di sana. Kau senang kan? Aku berharap mulai sekarang kau bisa beristirahat dengan tenang. Takkan ada pembunuhan lagi setelah ini, benarkan?” ucap Lizzy dalam hatinya, berharap semua tragedi mengerikan ini takkan pernah terjadi  lagi, walau pembunuhnya masih belum tertangkap hingga detik ini.

Tapi Lizzy tahu jika pembunuh itu, siapapun dia, hanya ingin membalaskan dendam sang Kakak. Semua korban itu adalah  orang-orang yang pernah menyakiti kakaknya dan kini  mereka semua sudah membayar impas semua perbuatan jahat mereka dengan nyawanya. Tapi apakah semuanya berakhir sampai  di sini?

“Lizzy, sudahlah! Lily pasti mengerti bahwa kau sangat menyayanginya. Semoga mulai saat ini dia bisa beristirahat dengan tenang.” ujar Yoon  Jae Ha lirih  seraya menepuk pelan pundaknya. Lizzy menoleh singkat kearahnya dan mengusap  airmatanya perlahan.

“Kau tidak sendirian, Lizzy. Masih ada kami disini. Semua teman-temanmu, Lizza dan juga…aku.” jawab Yoon Jae Ha pelan  dan  dalam seraya menepuk pelan pundak gadis itu.

“Oppa..” ujar Lizzy pelan dan terharu lalu perlahan mulai berdiri.
“You know what, Lizzy? I think I like you.” lanjut Jae Ha dengan malu-malu, membuat Lizzy tersentak.
“Really?” tanya Lizzy tak percaya sambil menatap tajam mata Jae Ha, seolah mencari kebenaran di sana.

“Sejak awal aku sudah terpesona olehmu. Pada kebaikanmu, pada senyumanmu dan pada keberanianmu.” jawab Jae Ha mesra.

“Padaku atau pada bayanganku?” tanya Lizzy dengan senyum yang aneh tersungging di bibirnya.

“Well, kuakui  ‘dia’ yang awalnya membuatku penasaran. Tapi aku tak mungkin mencintai bayangan, kan? Kaulah yang secara nyata berdiri di hadapanku sekarang.” jawab Jae Ha menjawab dengan mantap.

“Terima kasih Oppa. Aku sangat menghargainya. Belum pernah ada seorang pria yang mengatakan dia mencintaiku.” ujar Lizzy seraya memeluk Jae Ha hangat.

“Apa kau menerimaku?” tanya Jae Ha malu-malu dan Lizzy mengangguk mantap dalam pelukannya.
“Tentu. I think I like you too.” jawabnya manis dan manja sambil tetap berpelukan mesra di tengah hujan.

“Jika saatnya sudah tiba, aku akan mengirimmu ke sana. KAU BERIKUTNYA!! Keempat gadis itu tidak akan membunuh kakakku jika seandainya kakakku tidak mencintaimu. KAU AWAL DARI SEMUA MUSIBAH yang menimpa kami. KAU!!” batin Lizzy perih sambil tetap memeluk Jae Ha erat tetapi sebelah tangannya mengangkat belati.

“YOU ARE NEXT!!!” batinnya  dengan  ekspresi  dingin. Tapi saat hampir sedikit lagi dia menancapkan belati itu ke punggung Jae Ha, dia melihat bayangan seseorang muncul dari balik pepohonan. Lizzy buru-buru menyimpan kembali belati itu ke dalam saku mantelnya dan berpura-pura kedinginan.

“Di sini dingin sekali. Ayo kita pergi!” ujarnya lembut, menutupi kepanikannya seraya perlahan melepaskan pelukannya dari Jae Ha dengan salah tingkah.

“Apa kalian sudah selesai? Hujannya semakin deras. Kami khawatir sekali.” Seorang gadis berteriak dari kejauhan, suaranya terdengar cemas. Lizzy menoleh kearah belakang punggung Jae Ha dan melihat Rae Na dan Kyu Jong berdiri disana dengan menggenggam payung ditangan mereka.

“Baiklah! Ayo pergi!” ujar Lizzy ramah lalu berjalan lebih dulu didepan Jae Ha.
“Hampir saja! Lizzy, apa yang kau lakukan?” Lizzy mengutuk dirinya sendiri yang hampir saja melakukan kesalahan fatal dengan membunuh orang.

End Of Flashback...

“Kau lihat itu? Dia punya bayangan.” Bisik Kyu Jong perlahan di telinga Rae Na seraya menunjuk bayangan yang muncul di bawah kaki Lizzy yang berjalan di depan mereka.

“Celaka! Berarti Lizzy yang palsu ada bersama Lizza dan Gin Rae.” Ujar Rae Na panik seraya meraih ponselnya dari dalam tas dan segera menelpon temannya.

“Gin Rae-ah, gadis yang bersamamu sekarang adalah Lizzy yang palsu. Dia gadis tanpa bayangan itu. Dia pembunuh misterius itu.” Ujar Rae Nae di ponselnya.

“MWO? Apa kau serius?” Shin Gin Rae terdengar takut dan panik.
“Bagaimana ini? Apa maunya?” Shin Gin Rae semakin terdengar panik.
“Tahan dia sampai kami datang!” perintah Rae Na tegas lalu segera bergegas menuju ke dalam mobil menyusul Lizzy dan Jae Ha.

“Kenapa kalian lama sekali di luar?” tanya Lizzy cemas saat melihat kedua temannya tergesa-gesa masuk ke mobil.
“Lizzy yang palsu. Si gadis tanpa bayangan itu, sekarang ada bersama saudaramu.” Ujar Rae Na memberitahu.

“APA? Dia bersama Lizza?” wajah Lizzy mendadak pucat.
“TIDAK! Gadis itu ingin membunuh salah satu dari kami agar dia bisa menggantikan kami selamanya. Jangan sampai itu terjadi.” Lizzy bergidik ngeri.

“Jae Ha Hyung, cepat jalankan mobilnya! Kita diburu waktu.” Ujar Kyu Jong pada temannya. Tanpa banyak bicara, Yoon Jae Ha segera menjalankan mobilnya dan melaju ke tempat di mana Shin Gin Rae, Lizza, Hwang Tae Hee dan gadis tanpa bayangan itu berada.

“Aku benar-benar tak mengerti, sebenarnya makhluk apa yang sedang kita hadapi ini? Dia tak punya bayangan. Dia lolos dari api dua kali. Dan dia memiliki wajah yang sama dengan si kembar.” Ujar Kyu Jong terdengar frustasi.

“Mungkin kita akan tahu jawabannya jika kita bisa menangkapnya, itu pun jika kita bisa menangkapnya.” Jawab Rae Na skeptis.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di wilayah restoran itu berada, tapi baru memasuki setengah jalan, mereka sudah melihat banyak sekali mobil polisi dan pemadam kebakaran berseliweran ditempat itu. Bukan hanya itu saja, ada banyak sekali orang yang juga berkerumun ditempat itu, membuat lalu lintas menuju ke restoran itu macet total. Tak punya pilihan, mereka berempat pun turun dari mobil dan memutuskan untuk menuju ke restoran itu dengan berjalan kaki.

“Seorang gadis terperangkap di dalam sana. Cepat panggil petugas pemadam kebakaran yang lain untuk menyelamatkannya.” Seru seseorang dengan panik. Sesuatu menghantam jantung Lizzy, dia merasakan firasat yang tidak baik. Buru-buru dia berlari menembus kerumunan orang itu dan mencari sumber kebakaran yang dimaksud wanita itu.

“Lizzy!” panggil Jae Ha seraya berlari mengikutinya.
“Ada apa ini?” tanya Kyu Jong bingung saat melihat Lizzy berlari spontan.
“Kurasa sesuatu telah terjadi.” Jawab Rae Na seraya berlari mengikuti kedua temannya.

Lizzy berlari hingga dia melihat sosok Shin Gin Rae sedang menangis histeris tak jauh dari restoran tempat kebakaran itu berasal.
“LIZZA!” teriaknya histeris dengan Hwang Tae Hee berdiri disampingnya menenangkan.

“Apa yang terjadi?” Lizzy perlahan mendekati mereka dan wajahnya langsung pucat pasi saat tak lama kemudian dia melihat seorang pria berjalan keluar dari dalam api dengan menggendong seorang wanita dalam pelukannya. Wajah sang gadis penuh luka, seluruh badannya hitam seperti habis terbakar, Lizzy menjerit histeris saat mengenali itu adalah adiknya.

“LIZZA! TIDAK!” raung Lizzy sambil menangis keras.
“Kakak...Di-a i-ngin ki-ta ma-ti...” ujarnya lemah, sebelum tangannya terkulai lemah dan setangkai bunga Lily Putih terjatuh dari genggamannya. Lizzy terdiam shock menatap bunga Lily putih yang jatuh dari genggaman tangan adiknya.

“Bunga itu. Bunga yang melambangkan kematian itu muncul lagi. Bukankah semua orang yang menyakiti Lily Kim sudah mati?” ujar Rae Na tak percaya melihatnya.

“Delapan korban tewas dan mereka semua adalah orang-orang yang pernah menyakiti Lily. Sudah selesai, benarkan? Kalian adalah adik kandung Lily, kenapa pembunuh itu mengincar kalian juga?” protes Rae Na tak mengerti. Lizzy terdiam membisu. Sudut matanya mengikuti kemana tubuh adik kembarnya dibawa sambil menangis pelan, tak mengatakan apapun.

Lizza koma. Lagi. Setelah bulan lalu dia sempat terbangun, kini dia terbaring koma sekali lagi. Gadis yang malang. Sementara Lizzy hanya terdiam shock. Jiwanya seolah menghilang, kini dia tampak bagai mayat hidup yang hanya terduduk di samping ranjang Lizza, menolak bicara, menolak makan dan hanya menatap kosong ke depan.

“Restoran tiba-tiba terbakar, tak lama setelah Lizzy yang palsu meminta ijin ke toilet sebentar...” Shin Gin Rae bercerita.

“Kami sudah mengajak Lizza keluar tapi dia menolak, dia mengatakan kakaknya masih di dalam.” Lanjutnya sambil menangis.

“Dia tak percaya saat kami mengatakan bahwa yang di dalam itu bukan kakaknya. Kami ingin menahannya tapi orang-orang yang ada disana menyeret kami keluar.” Sambung Tae Hee mengenang.
“Dia lolos lagi kan?” ujar Jae Ha singkat.

“Gadis tanpa bayangan itu selalu menggunakan api untuk melarikan diri. Sebelumnya dia lolos dari kebakaran dua kali. Sungguh ajaib! Siapa sebenarnya gadis itu?” Rae Na mulai dengan gayanya menginvestigasi.
“Manusia biasa takkan mampu melakukan itu kan?” Kyu Jong menimpali.

==============

“Aku memang selalu bermimpi ingin menjadi seorang Detektif, tapi bukan seperti ini caranya.” Kim Rae Na mengumpat kesal saat teman-temannya memberi usul untuk menggunakan ulang tahunnya sebagai cara untuk memancing si pembunuh keluar.

“Kenapa harus ulang tahunku? Kalian sengaja ingin menjadikan aku tumbal?” ujarnya kesal, masih tak suka dengan rencana teman-temannya itu.Baru dia akan memprotes lagi tapi pelayan keluarga Lizzy sudah lebih dulu datang dan mempersilakan mereka naik ke atas.

“Silakan naik Nona dan Tuan Muda sekalian. Semoga kehadiran kalian bisa membuat Nona Muda kami membaik.” Ujar si kepala pelayan yang sudah terlihat seperti nenek-nenek itu.

“Berapa lama Bibi bekerja disini?” Rae Na bertanya iseng, kekesalannya teralihkan saat merasa kasihan melihat seorang wanita tua seperti ini masih saja bekerja.

“Sejak Bibi lahir Bibi sudah melayani keluarga ini. Usia Bibi sama dengan usia Ayah Tuan Besar. Bibi tahu betul bagaimana Nona Muda sangat menyayangi saudara kembarnya.” Ujar Nenek itu pelan seraya mengantar mereka ke lantai atas.

“Lily...Saat hidup dia seperti apa?” Tae Hee yang juga ikut ke rumah itu iseng bertanya juga.

“Nona Besar Lily gadis yang pendiam. Dia hanya menghabiskan waktunya dengan menulis dan membaca di kamarnya. Jika bosan, dia akan menulis di taman. Tapi dia juga sangat menyayangi kedua adik kembarnya, khususnya Nona Kecil Lizza yang istimewa.” Jawab si wanita tua mengenang dengan sedih.

“Kematian yang mengerikan. Terjatuh dari atap gedung Fakultas tempat Nona belajar. Orang yang mendorongnya benar-benar bukan manusia.” Lanjut si wanita tua, sambil terus memimpin jalan hingga akhirnya tiba di sebuah kamar besar yang terletak di lantai dua, kamar tempat Lizzy berada.

“Silakan masuk! Saya akan tinggalkan Anda semua dengannya.” Ujar si wanita tua dengan sopan.

“Orang tua Lizzy ada di mana?” tanya Jae Ha penasaran, sebelum wanita tua itu benar-benar keluar dari kamar.

“Tuan Besar dan Nyonya Besar kembali ke New York siang ini. Ada bisnis penting yang tidak bisa ditinggalkan.” Jawab si pelayan tua itu.

“Apa pekerjaan lebih penting dari putri mereka sendiri? Lizzy shock seperti ini dan Lizza terbaring koma di Rumah Sakit. Orang tua macam apa mereka? Apa mereka baru puas setelah melihat putri mereka mati seperti Lily?” Yoon Jae Ha mendadak marah.

“Jae Ha Hyung!” Kyu Jong berseru mengingatkan seraya menepuk pundak Jae Ha pelan.
“Tapi dalam hati Nyonya Besar, Nona Lily tak pernah mati.” Jawab si wanita tua itu misterius.

“Nona Lily masih disini. Dia hanya tertidur, bukan mati. Setidaknya itu yang diyakini Nyonya Besar selama ini.” Jawab si wanita tua semakin membingungkan.

“Mereka semua sudah gila.” Bisik Hwang Tae Hee pelan sambil mendekati Lizzy yang duduk bersandar di kepala ranjang tapi matanya menatap kosong ke depan.

“Hi Lizzy. Bagaimana kabarmu? Apa yang harus kami lakukan untuk membantumu?” tanya Hwang Tae Hee lirih seraya memegang tangan Lizzy dibalik selimut. Tapi kemudian dia menyadari jika gadis ini seperti memegang sesuatu.

Penasaran. Hwang Tae Hee membuka selimut yang awalnya menutupi tubuh gadis itu dan dia melihat sebuah buku kecil ada dalam genggaman tangan gadis itu. Lalu dia menatap bingung Lizzy yang hanya terdiam seperti patung.

=======

Pranggg...
Sesuatu dilemparkan ke dalam jendela kamar Kin Rae Na. Rae Na yang terkejut segera berlari melihat keluar jendela kamarnya tapi tak ada siapapun disana. Tak jauh disana, dia bawah kakinya dia melihat secarik kertas yang membungkus sebuah batu yang cukup besar. Penasaran, dia mengambil dan membaca pesan yang tertulis dengan tinta merah. Bau anyir merebak saat kertas itu dibuka. Bau anyir seperti darah.

Pesan itu berbunyi “Batalkan pestanya atau kau mati! YOU ARE NEXT!” sebuah pesan kematian tertulis disana bersama setangkai bunga Lily putih. Kim Rae Na terperanjat.

“Aku berikutnya?” jantungnya berdetak kencang. Siapapun pelakukanya, dia tidak ingin pesta ulang tahun itu diadakan. Entah apa alasannya.

“Mungkinkah dia tahu kalau pesta ini untuk menjebaknya?” batin Kim Rae Na berperang.
“Aku tidak ingin mati sekarang! Yang benar saja! Lizzy, sadarlah!” Rae Na berseru panik dalam hatinya, dia segera mengambil ponselnya dan menghubungi teman-temannya. Beberapa menit kemudian, mereka semua sudah berkumpul dirumahnya dengan wajah cemas.

“Harusnya sejak awal kita tidak terlibat dalam masalah ini. Aku tak pernah menyakiti Lily, kenapa gadis tanpa bayangan itu memburuku juga?” protes Kim Rae Na.

“Lizzy dan Lizza juga tak pernah menyakiti Lily, mereka adik kandungnya, jadi kenapa pembunuh itu juga ingin membunuh mereka?” ujar Shin Gin Rae mengingatkan.

“Tapi aku tak mau mati seperti yang lainnya!” ujar Kim Rae Na ngeri.
“Kau takkan mati! Aku akan melindungimu.” Ujar Kyu Jong lembut, membuat Rae Na tersentuh.
“Oppa...” dia tak tahu harus bicara apa.
“Tapi pembunuh itu tak pernah gagal.” Rae Na semakin skeptis.

“Siapa bilang tak pernah gagal?” sangkal Yoon Jae Ha.
“Lizzy dan Lizza gagal dibunuhnya. Mereka masih hidup kan?” lanjut Jae Ha.
“Iya, tapi Lizza koma dan Lizzy bagaikan mayat hidup.” Ujar Kyu Jong menghancurkan setitik harapan itu.

“Kyu Jong, kau memang seperti singkatan namamu. K.J alias Killing Joy. Kau benar-benar tahu bagaimana caranya merusak kebahagiaan.” Sindir Jae Ha kesal, yang hanya dibalas dengan senyum tipis dari Kyu Jong.

“Ada sesuatu yang ingin kukatakan. Tapi aku tak yakin kalian akan percaya.” Ujar Tae Hee lirih, suaranya terdengar tak yakin.
“Apa kau tahu sesuatu?” tanya Kyu Jong sedikit bersemangat.Tae Hee mengangguk singkat walau terlihat tak yakin sama sekali.

“Lizzy. Kurasa dia...” Tae Hee terdiam, ragu. Kalimat Tae Hee  yang ragu-ragu sukses mendapat tatapan bingung semua orang.

“Ada apa dengan Lizzy?” tanya Gin Rae penasaran.
“Tidak. Lupakan saja!” jawab Tae Hee sambil tersenyum aneh, dia memutuskan untuk menyelidiki sendiri masalah ini.

=======

The Birthday Party, 28 November 2014...
Akhirnya hari itu tiba juga, hari ulang tahun Kim Rae Na, dimana dia mengundang semua temannya di Jurusan Jurnalistik untuk berpesta semalam suntuk di sebuah mansion mewah dipinggir hutan.

“Kyu Jong Oppa, apa kau tidak bisa menyewa tempat yang lebih indah, berkelas, dan tidak menyeramkan seperti ini?” protes Kim Rae Na pada kekasihnya.

“Bukankah tujuan kita untuk memancing pembunuh itu keluar?” jawab Kyu Jong dengan tersenyum tanpa merasa bersalah.

“Jadi kau ingin menjadikan aku tumbal?” Kim Rae Na merajuk kesal lalu ingin berbalik pergi tapi Kyu Jong segera menarik tangannya dan memeluknya erat.

“Mana mungkin aku tega menjadikanmu tumbal? Aku tak bisa hidup tanpamu Kim Rae Na dan hanya ini satu-satunya cara untuk memancing pembunuh itu keluar.” Kyu Jong memberikan rayuan manis agar kekasihnya tidak marah.

“Tapi kalau aku sampai mati...” Kyu Jong buru-buru menutup mulut Rae Na dengan sebuah ciuman mesra.

“Kau takkan mati. Takkan ada yang mati lagi. Aku berjanji. Selamat Ulang Tahun Bidadariku. Nikmati pesta ulang tahunmu.” Ujar Kyu Jong lembut, menenangkan kekasihnya.

Kim Rae Na hanya mengangguk pelan, walau hatinya masih gelisah. Dia berjalan keluar dari dapur lalu bergabung bersama teman-temannya yang lain untuk memulai pestanya. Awalnya semua berjalan lancar, tapi saat kue tart akan dihidangkan tiba-tiba lampu mendadak padam. Keadaan menjadi gelap gulita. Ruang pesta menjadi kacau balau. Semua gadis menjerit histeris karena takut. Mereka berhamburan ingin mencari jalan keluar, tapi semua pintu terkunci.

“Kyu Jong Oppa, Jae Ha Sunbae, Shin Gin Rae, Tae Hee Sunbae, kalian dimana?” teriak Kim Rae Na ketakutan. Dia targetnya, dia tahu dialah target berikutnya. Tak ada seorangpun yang menjawab. Situasi yang awalnya kacau mendadak menjadi sunyi senyap. Semua orang mendadak menghilang ditelan kegelapan.

“Ke mana semua orang? Bukankah tadi situasinya sangat ramai?” batin Kim Rae Na ketakutan, dia melangkah perlahan seraya meraba dalam gelap, dia merogoh mencari ponselnya, tapi dia segera mengutuk dirinya sendiri karena lupa bahwa dia sedang mengenakan Gaun Pesta dan sejak kapan gaun pesta memiliki saku benarkan?

“SHIT!” umpatnya dalam hati.
“Where are you, guys?” teriaknya sekali lagi, masih berjalan dalam kegelapan.
“AARRGGHHH...” terdengar teriakan panjang dari salah satu ruangan di mansion besar itu. Lee Kyu Jong. Rae Na mengenali suara itu. Segera, dia bergegas menghampiri asal suara itu.

“Oppa...” teriaknya memanggil dalam gelap.
“Aww...” dia terjatuh karena tersandung sesuatu tak jauh dari kakinya. Rae Na bangun dengan segera saat menyadari dia terjatuh di depan tubuh seseorang. Berusaha melihat dalam kegelapan yang nyaris pekat, dia merasakan sesuatu yang basah dari leher orang itu. Rae Na meraba cairan itu dan bau anyir tercium di hidungnya.

“DARAH!” dia tercekat saat mengenali cairan amis itu adalah darah.
“Siapa dia? Apa dia sudah mati? Gadis tanpa bayangan itu apa sudah membunuhnya? Akulah targetnya, apakah pembunuh itu telah salah mengenali korbannya?” Kim Rae Na hanya bisa berkata dalam hati, tanpa mampu menyuarakannya.

“KIM RAE NA...” panggil sebuah suara dari dalam kegelapan. Terdengar samar-samar. Bulu kuduknya langsung meremang mendengar seseorang memanggil namanya dengan cara seperti itu. Dia terpaku sesaat sebelum akhirnya mulai berdiri dalam gelap.

“SIAPA KAU? APA MAUMU?” tanyanya sok berani walau suaranya jelas terdengar gemetar.
“Aku tak suka ada orang yang suka mencampuri urusanku.” Ujar suara lembut itu. Suara wanita. Suara yang dikenalnya.

“Lizzy?” tebak Rae Na ke arah seorang wanita yang mendadak muncul dari dalam kegelapan. Siluetnya berdiri tak jauh dari tempat Rae Na berdiri sekarang, gadis itu mengenakan gaun putih yang membuatnya terlihat bercahaya ditengah kegelapan yang hanya diterangi sinar bulan yang menerobos dari jendela. Gadis itu tersenyum seraya memegang setangkai bunga Lily putih di tangannya.

“Hallo Kim Rae Na!” ujar gadis bergaun putih itu dengan lembut.
“Kau Lizzy atau Lizza?” tanya Rae Na masih bingung, dalam suasana terang saja dia masih bingung membedakan mereka apalagi dalam kegelapan seperti ini.

“Menurutmu?” tanya sosok itu singkat dengan seringai dingin di wajahnya seraya perlahan berjalan mendekat. Suaranya terdengar begitu dingin dan tegas.

Rae Na tersadar. Dia bukan Lizzy ataupun Lizza, tapi gadis itu. Gadis tanpa bayangan itu. Pembunuh misterius itu. Gadis yang memiliki wajah yang sama dengan si kembar.

“TIDAK! Kau bukan Lizzy ataupun Lizza. Siapa kau sebenarnya? Apa maumu?” tanya Rae Na dengan berani.

“Ke mana semua orang? Kenapa mendadak semuanya sunyi senyap?” batinnya ketakutan. Dia sedang bersama si pembunuh dalam kegelapan, seseorang yang bahkan tak mati dalam kebakaran.

“Aku ingin memberimu hadiah ulang tahun.” Jawabnya tenang dan terdengar menyeramkan, suaranya mirip bisikan angin di tengah malam yang membuat bulu kuduk meremang. Sosok itu terus berjalan perlahan mendekatinya seraya mengangkat salah satu tangannya, dalam terpaan cahaya bulan, Rae Na melihat sesuatu berkilat di tangannya. Sebuah pisau perak. Rae Na berjalan mundur ketakutan, dia harus pergi secepatnya dari tempat ini.

“Sial! Kemana semua orang?” batinnya kesal seraya berputar dan berlari tapi sial dia menabrak seseorang dalam gelap.
“Aauuuww!” ujar mereka bersamaan.
“Lizzy?” ujar Rae Na mengenali suara itu.

“Kau benar Lizzy yang asli atau pembunuh itu?” tanyanya ketakutan. Misteri gadis kembar ini benar-benar membuatnya hampir gila.
“Aku Lizzy yang asli.” Jawab sosok yang tadi ditabraknya.

“Tapi kau terdiam shock seperti mayat hidup kan?”tanya Rae Na ditengah kebingungannya.

“Tak ada waktu untuk menjelaskan. Kita harus mengembalikannya ke dalam cermin.” Jawab Lizzy lalu segera berdiri dan merapikan bajunya.

“CERMIN? Apa hubungannya dengan cermin?” tanya Kim Rae Na semakin bingung.
“Dia jiwa adik kembarku yang selama ini terkurung dalam cermin. Yang marah karena sejak Kak Lily meninggal, tak ada seorangpun yang peduli padanya.” Jawab Lizzy sambil berbisik.

“Adik kembarmu? Lizza?” tanya Rae Na bingung.
“BUKAN! Tapi Lilith!” jawabnya singkat.

“Halo Kakak. Aku senang kau mengingatku.” Ujar sosok itu akhirnya. Dia berdiri tak jauh dari mereka, memandang kedua gadis itu dengan seringai aneh diwajahnya.

Kim Rae Na terpana melihat dua orang gadis yang sama persis.
“Hallo Lilith! Kurasa sekarang saatnya kau kembali ke duniamu. Aku tak mau lagi kau memakai tubuhku sebagai perantaramu.” Ujar seorang gadis lagi dari arah belakang. Senter yang dipegang Lizzy spontan mengarah ke sumber suara itu dan betapa terkejutnya dia melihat Lizza berdiri di sana.

“Lizza, bukankah kau terbaring koma?” tanya Lizzy terharu bercampur bahagia.
“Tuhan memberiku kekuatan untuk bangkit Kak. Dalam mimpi aku melihat dia memakai tubuhku untuk berbuat kejahatan. Selama aku terbaring koma, dia meminjam tubuhku. Aku tak mau dia meminjam tubuhku lagi.” Jawab Lizza dengan dingin.

“Oh Tidak! Aku sudah pusing dengan dua orang gadis kembar dan sekarang ada satu lagi.” Protes Kim Rae Na kesal.

“SEKARANG! NYALAKAN LAMPUNYA!” perintah Lizza lantang dan dalam sekejap lampu menyala serentak dan disekeliling ruangan itu, tepatnya di sekeliling gadis tanpa bayangan itu berdiri berjejer cermin-cermin berukuran besar, yang mengarah padanya.

“KAU!” pekiknya marah pada ‘saudara kembarnya’, menatap tajam kearah Lizza.
“Kak, tunggu apalagi? Bacakan manteranya! Kurung dia dalam cermin itu!” ujar Lizza pada Lizzy yang masih tampak kebingungan. Teringat dengan buku kecil yang ditemukannya di kamar Lily, Lizzy segera mengeluarkan dari dalam tasnya dan membalik halamannya dengan cepat. Lalu membacakan mantera yang tertulis di dalamnya.

Dan ajaib, tak lama kemudian lampu ditempat itu mulai meredup dan menyala silih berganti, terdengar jeritan nyaring yang berasal dari gadis tanpa bayangan itu, dan dia tersedot masuk ke dalam salah satu cermin.

“Kakak, hentikan! Bagaimanapun juga aku adalah adikmu.” Pintanya memohon dari dalam cermin seraya berusaha ingin keluar.

“Kau sudah mati, Lilith! Kembalilah ke alammu! Jangan ganggu kami lagi. Istirahatlah dengan tenang bersama Kak Lily disana.” Ujar Lizzy lalu kembali membacakan manteranya.

“Lebih baik kita hancurkan cerminnya!” usul Yoon Jae Ha yang tadi entah bersembunyi di mana.

“Jangan! Kumohon! Kakak, aku ingin keluar!” serunya lantang, masih memohon pada Lizzy.

“Maafkan aku, Lilith! Selamat tinggal.” Ujar Lizza lalu mengambil sebuah kayu dan memukulkannya ke dalam cermin itu.

PRANGGG... Suara cermin yang pecah terdengar bersamaan. Yoon Jae Ha, Shin Gin Rae, Lizza, Lee Kyu Jong dan Hwang Tae Hee memecahkan keenam cermin besar itu bersamaan, menghancurkannya berkeping-keping agar arwah Lilith tidak kembali lagi.

========

“Ini sudah berakhir, benarkan?” tanya Kim Rae Na beberapa saat kemudian sambil menatap pecahan kaca di mana-mana.
“Kuharap sudah.” Jawab Lizzy singkat, tampak lelah.

“Hei Lizza, kapan kau sadar dari koma?” tanya Rae Na pada si kembar yang satunya.
“Tak lama setelah Tae Hee Oppa mengatakan dia mencintaiku.” Jawab Lizza malu-malu sambil melirik Tae Hee yang tampak salah tingkah.

“Kurasa itu efektif.” Jawab Tae Hee singkat seraya memalingkan wajahnya.
“Dan kau Lizzy, kapan kau sadar dari shockmu?” tanya Kim Rae Na penasaran, dengan gayanya yang seperti Detektif.

“Kurasa saat aku melihat Kak Lily muncul dalam mimpiku, dia memberitahuku soal Lilith. Menunjukkan padaku sebuah buku kecil yang selama ini disimpannya rapi.” Lizzy terdiam sejenak.

“Dari buku itu aku tahu bahwa selama ini Kak Lily telah tak sengaja menemukan sebuah buku tua yang berisi cara memanggil arwah, dan dia tak sengaja memanggil arwah adik kami yang sudah meninggal, melalui perantara cermin itu.” Lizzy kemudian mengeluarkan buku kecilnya dan menunjukkan pada mereka.

“Kak Lily yang memanggil, dan kak Lily juga pasti tahu cara mengurungnya lagi. Untung dia menuliskannya semuanya dalam buku kecil ini. Arwah Lilith marah saat tahu Kak Lily meninggal, itu sebabnya dia membalas dendam dan membunuh semua orang yang menyakiti Kakak. Tapi dia tetap butuh perantara fisik dan Lizza adalah orang yang tepat. Lizza yang sebelumnya terbaring koma, tak ingat kalau selama koma Lilith sudah memakai tubuhnya untuk berbuat jahat.” Jelas Lizzy lagi.

“Benar. Aku baru sadar saat Hwang Tae Hee Oppa menceritakan padaku soal kebakaran di Ruang Musik Universitas. Aku tak ada disana secara fisik, tapi aku memiliki luka bakar di sana. Walau terdengar tak masuk akal akhirnya aku sampai pada satu kesimpulan bahwa Lilith sudah merasukiku.” Lanjut Lizza terdengar ngeri.

“Aku masih tak mengerti.” Ujar Shin Gin Rae dengan gaya berpikir.
“Sudahlah lupakan. Yang penting semuanya sudah berakhir.” Jawab Lizzy pelan dan lega.

“Benar. Ada banyak hal di dunia ini yang terdengar tak masuk akal tapi memang seperti itulah kenyataannya.” Jawab Kyu Jong setuju.

“Benar. Sudah berakhir. Termasuk pesta ulang tahunku yang berantakan.” Protes Kim Rae Na tak rela.

“Omong-omong, ada di mana kalian tadi? Kenapa tak ada seorangpun yang menolongku?” protes Kim Rae Na masih kesal karena tak ada seorangpun yang menolongnya.

“Hei, kami sedang mempersiapkan cermin yang diminta Lizza. Dan kau lihat mereka semua, semua tamu kita terlanjur pingsan saat melihat Lilith berjalan menembus dinding.” Protes Kyu Jong membela diri.

“Kenapa lampunya bisa mati?” tanya Kim Rae Na lagi, masih terus mengejar.
“Soal lampu, proteslah pada Lizza. Dia yang mematikan lampunya dengan telekinesisnya.” Ujar Kyu Jong seraya menoleh pada Lizza yang cengengesan.

“Mianhe. Aku harus mematikan lampunya untuk memancingnya keluar. Ini bagian dari rencana.” Jawab Lizza dengan nada menyesal.

“Rencana yang tidak aku tahu.” Jawab Rae Na masih kesal.
“Aku hampir mati tadi. Teganya kalian!” lanjutnya masih marah.
“Ada Lizza di sini. Jadi kami merasa sedikit tenang. Lizza kan punya kekuatan. Dia bisa melindungimu.” Jawab Yoon Jae Ha sambil tertawa canggung.

“Ah sudahlah. Yang penting si gadis tanpa bayangan itu takkan mengganggu kita lagi kan?” Kim Rae Na kembali meyakinkan dirinya sambil menatap si kembar, Lizzy dan Lizza.

“Kami harap tidak!” jawab si kembar bersamaan.

“So, belum lewat tengah malam. Bagaimana jika kita lanjutkan pestanya?” usul Hwang Tae Hee seraya melirik arlojinya.

“Usul bagus, Tae Hee. Tapi tentu kita harus bertanya dulu pada yang berulang tahun hari ini.” Ujar Kyu Jong seraya melirik Rae Na.

“Ayolah, sayang. Jangan ngambek! Kita lanjutkan pestanya ya. Kita harus merayakan ulang tahunmu sekaligus akhir dari tragedi ini. No more Girl Without Shadow.” Rayu Lee Kyu Jong seraya memeluk pinggang kekasihnya mesra. Kim Rae Na menatap kekasih dan teman-temannya dan mengangguk pelan.

“Well, baiklah! Anggap saja kita merayakan kemenangan kita atas pembunuh itu. LETS PARTY!” serunya riang yang disambut tepuk tangan semua orang.

“Tapi semua tamu sudah pergi.” Ujar Shin Gin Rae.
“Well, thats okay! Masih ada kita kan?” jawab Lizzy ceria.
“Aku dan Lizza akan siapkan makanannya.” Ujar Lizzy seraya berjalan ke dapur bersama adiknya.

“Kami akan bersihkan ruang pestanya.” Ujar Tae Hee dan Jae Ha lalu segera bergegas pergi ke aula utama.
“Dan aku akan membantu si kembar.” Ujar Gin Rae menyusul si kembar Kim.

Tinggal Rae Na dan Kyu Jong berdua di sana.
“So, kita hanya berdua sekarang.”ujar Kyu Jong tak jelas.
“Lalu?” Kim Rae Na tampak tak mengerti.
“Ayolah sayang, kau tahu apa maksudku. Can I kiss you?” tanyanya nakal.

“Tidak! Kau sudah meninggalkan aku tadi. Enak saja! Pergi sana!” jawab Kim Rae Na berpura-pura kesal. Kyu Jong tertawa lalu menarik tangan gadisnya dan langsung menciumnya tanpa aba-aba.

Rae Na yang tak menyangka akan ‘diserang’ hanya megap-megap saat bibir Kyu Jong ‘melumat’ bibirnya. Rasa kesalnya mendadak hilang dan tanpa sadar diapun membalas ciuman panas itu.

“You know what? Saat kau marah kau terlihat lebih manis. So cute!” ujar Kyu Jong sambil tersenyum mesum.

“Apa yang ada dalam pikiranmu?” tanya Rae Na sinis melihat senyum nakal di wajah Kyu Jong.

“Mungkin aku bisa memberimu hadiah spesial malam ini. Hadiah yang takkan pernah kau lupakan seumur hidup.” Jawabnya nakal seraya kembali menarik tubuh Rae Na dan memeluknya erat, sambil kembali membenamkan kepalanya di leher gadis itu seraya menciumi aromanya yang wangi.

“Oppa...” rintih Rae Na berusaha menolak, tapi Kyu Jong seolah tak mendengar terus melaksanakan aksinya. Saat ciumannya kian membrutal, Yoon Jae Ha datang mengacaukan semuanya.

“Hei kalian! Sekarang bukan saatnya untuk bermesraan. Ruang pestanya sudah siap.” Ujar Yoon Jae Ha, datang disaat yang paling tepat.

“Oh Shit! Hyung, kenapa kau suka sekali merusak kebahagiaan orang?” ujar Kyu Jong kesal tapi Kim Rae Na hanya tertawa.
“Sudah kubilang kan? Ayo!” jawab Rae Na lalu bergegas menyusul Jae Ha ke ruang pesta.

“Saengilchukkae Hamnida...Saengilchukkae Hamnida...Saranghaneun Kim Rae Na. Saengilchukkae Hamnida.” Semua orang bernyanyi saat melihat Rae Na dan Kyu Jong masuk ke ruang utama.
“Tiup lilinnya!” ujar si kembar bersamaan.
“Tapi ucapkan dulu permohonanmu.” Tambah Shin Gin Rae lagi.

Kim Rae Na tersenyum dan menjawab “Well, aku hanya berharap takkan ada tragedi lagi.
Tidak ada lagi si gadis tanpa bayangan. Tidak ada lagi pembunuhan dan semuanya selesai sampai disini.” Ujar Rae Na lalu meniup lilinnya dengan gembira.

“Selamat Ulang Tahun, Kim Rae Na!” sekali lagi si kembar berkata dengan serentak lalu maju dan memeluk Kim Rae Na bersamaan.
“Gomawo Twins.” Jawab Rae Na sambil tersenyum senang.

“Hei, kalian kompak sekali.” Goda Yoon Jae Ha pada si kembar.
“Aduh, kalau kalian berdiri berjejer seperti ini, aku takkan bisa membedakan yang mana Lizzy dan yang mana Lizza.” Ujar Tae Hee tiba-tiba yang membuat semua orang tertawa.

“Selamat ulang tahun sobat. Semoga panjang umur.” Giliran Shin Gin Rae maju dan memeluk sahabatnya lembut.
“Gomawo Gin Rae-ah.” Jawab Rae Na lagi.

“Happy Birthday Miss Lee...” goda Jae Ha sambil melirik nakal Lee Kyu Jong, seraya menyalami Kim Rae Na.

“Yeah right, Happy Birthday Nyonya Lee hehehe...Semoga kalian segera menikah dan punya banyak anak.” Goda Hwang Tae Hee iseng yang spontan membuat Rae Na tersipu malu.

“Punya banyak anak apanya?” ujarnya pelan walau dalam hatinya dia berharap.
“Hei, Tuan Lee. Mana ucapan selamat dan kadomu? Jangan bilang sudah kau berikan lebih dulu.” Lagi, Hwang Tae Hee menggoda mereka.

“Dia sudah memberikannya lebih dulu, bahkan dia memberikan bonusnya juga.” Jawab Yoon Jae Ha menggoda mereka.

“HYUNG!” Lee Kyu Jong berseru dengan wajah memerah. Semua orang yang mengerti maksudnya langsung tertawa terbahak-bahak.

“Ayo sana! Tidak usah sok malu-malu kucing di depan kami.” Yoon Jae Ha mendorong Kyu Jong kearah Rae Na yang terlihat malu-malu.

“Eeehhmmm...Happy Birthday, Chagiya. I Love You.” Bisiknya seraya memeluk Rae Na di depan teman-temannya.
“Ohhh..So sweet.” Lizzy berseru menggoda.
“Cium...cium...cium...” Lizza berseru mengompori kedua sejoli yang dimabuk kepayang itu. Seruan yang disambut meriah teman mereka yang lain.

Akhirnya karena terus disoraki, Lee Kyu Jong perlahan menarik wajah Kim Rae Na dan menatapnya mesra.
“Mereka yang menyuruhku.” Ujarnya lalu sedetik kemudian mencium bibir gadis itu lembut.

“Kim Rae Na, will you marry me?’ ujarnya disela-sela ciuman panas mereka. Rae Na tersenyum dan mengangguk malu-malu.

“Yes, I will. You Know what, Oppa? Kurasa ini adalah hari ulang tahun paling berkesan dalam hidupku.” Jawab Rae Na sambil tersenyum malu yang diiringi tepuk tangan semua orang.

Dibalik jendela, sesosok bayangan putih menatap dalam diam, dia tersenyum lega dan bahagia melihat apa yang terjadi di dalam sana.

“Selamat tinggal semuanya. Dan terima kasih...” ujar sosok putih itu sebelum terbang menghilang.

Lizza tak sengaja menangkap sekilas sosok putih itu dan berseru tertahan. “Kakak, aku melihat Kak Lily disana.” Bisiknya pada Lizzy.

“Apa?” Lizzy terkejut mendengarnya, lalu spontan mengikuti arah pandangan Lizza tapi tak ada apa pun di sana.
“Dia sudah pergi.” Ujar Lizza sedih.
“Hanya tinggal kita berdua.” Jawab Lizzy tak kalah sedih.

“Berjanjilah padaku jangan pernah tinggalkan aku sendiri. Kita datang ke dunia ini bersama, pergi pun juga harus bersama.” Pinta Lizza pada kakaknya.
“Aku berjanji.” Jawab Lizzy sambil tersenyum sayang pada adiknya.
“Kurasa setelah ini mungkin aku tak mau memandang cermin.” Bisik Lizza sebelum berjalan menghampiri meja di mana makanan dan minuman diletakkan.

“Ayo kita bersulang! Untuk ulang tahun Kim Rae Na juga untuk masa depan yang lebih cerah. No More Tragedy. Bersulang!” ajak Lizza seraya mengangkat gelas wiskinya.

“Bersulang!” yang lain pun sepakat mengikuti. Mereka semua tertawa dengan gembira, tanpa seorangpun menyadari setangkai Lily putih tergeletak di kaki meja. Lily putih yang melambangkan kematian.

TAMAT !!!