Sabtu, 27 Desember 2014

(Teaser) Autumn Rainbow : Chapter 4

“Kau adalah pria brengsek yang telah mencuri ciuman pertamaku. Aku ingin kau membayarnya suatu hari nanti.” Hhhmm...Pertemuan pertama yang tak terduga dengan pria tampan namun aneh mungkin adalah awal yang baru bagi Moon Yu Jin. Mampukah pria itu mengubah awan mendung dalam hati Yu Jin menjadi "pelangi" Musim Gugur yang indah? Ataukah kehadirannya justru akan menambah luka? Bagaimana kelanjutan kisah mereka selanjutnya? Jika kalian tertarik dengan kisah ini, kalian bisa menghubungi saya untuk membantu Anda melakukan pemesanan. So, here is the last teaser from "Autumn Rainbow" novel. Happy Reading, readers ^.^


"Chapter 4 : First Kiss"




“Dadaku sesak sekali. Tuhan, apa hari ini aku akan mati?” Yu Jin hanya bisa berdoa dengan pasrah saat kesadarannya mulai menghilang. Semuanya perlahan menjadi dingin dan gelap, dan dia pun tak ingat apa-apa lagi.

“Dia benar-benar tenggelam? Oh tidak! Apa yang sudah kulakukan? Kukira dia hanya bercanda.” Ujar Joo Wonn panik saat dia melihat gadis itu mulai tenggelam ke dasar danau. Tanpa pikir panjang lagi dia segera melepas jaketnya dan melompat ke danau menolong gadis itu. 

“Nona...Tenanglah, aku akan menyelamatkanmu.” Seru Joo Won panik, sambil terus menyelam ke dasar danau mencari gadis itu. Akhirnya dia melihat gadis itu berada diantara tanaman air yang melilit kakinya dengan erat, gadis itu terdiam, dia pingsan. Joo Won segera bergerak cepat meraih pisau lipat yang kebetulan dibawanya dalam saku celananya dan berusaha memotong tanaman yang melilit kaki Yu Jin.

“Sial. Tanamannya kuat sekali.” Maki Joo Won dalam hati saat tanaman air tak kunjung terputus juga. Akhirnya setelah berkali-kali mencoba, tanaman air itu dapat juga diputuskannya, dengan cepat, Joo Won segera memeluk tubuh Yu Jin yang sudah pingsan karena kehabisan oksigen dan membawanya naik keatas.

“Nona...Nona...Maafkan aku! Aku tidak tahu kau tidak bisa berenang. Kumohon sadarlah!” ujar Joo Won panik seraya memberikan napas buatan pada Yu Jin. Dia memompa dada gadis itu, memaksanya memuntahkan semua air yang sudah ditelannya.

Satu...Dua...Tiga...Empat. Pada pemberian napas buatan yang keempat, akhirnya gadis itu membuka matanya dan terbatuk-batuk. Joo Won segera membantunya duduk dan menyelimutkan jaketnya yang tadi tergeletak ditanah ke tubuh Yu Jin, bertanya dengan khawatir “Kau baik-baik saja kan?” suaranya terdengar cemas sekali. Dia menatap Yu Jin dengan pandangan bersalah. Yu Jin menatapnya sekilas dan menyadari satu hal. 

“Kau tadi menciumku?” Yu Jin balik bertanya, menghiraukan pertanyaan pemuda itu. Joo Won tercekat. Mencium?

“Nona, tadi itu napas buatan. Aku sedang menolongmu.” Jawab Joo Won sambil tertawa lucu. Yu Jin memandangnya marah. 

“Ini tidak lucu! Kau sudah melempar kepalaku dengan bola, lalu melemparku ke dasar danau dan sekarang menciumku saat aku pingsan. Dasar pria mesum! Kenapa aku sial sekali bertemu denganmu?” Yu Jin berteriak marah. Joo Won terpana.

“Pria mesum? Aku? Hei, apa kau tidak bisa membedakan antara ciuman dengan napas buatan?” sindir Joo Won tak terima disebut sebagai pria mesum. 

“Kau menciumku. Aku melihatnya sendiri. Kau pria mesum yang mengambil kesempatan saat ada seorang gadis sedang terbaring pingsan.” Tuduh Yu Jin makin menjadi-jadi.

Joo Won tak bisa bersabar lagi, dia tidak terima dituduh sebagai pria mesum. Tanpa pikir panjang, dia menarik tubuh Yu Jin dengan cepat, memeluknya erat dan meraih dagunya lalu mencium bibirnya dengan lembut tapi penuh gairah. 

“Gadis ini harus tahu perbedaan antara ciuman dengan napas buatan.” Pikir Joo Won saat itu. Tapi begitu bibirnya menyentuh bibir Yu Jin, sebuah kilatan listrik yang aneh seperti mengalir dalam tubuhnya. Tubuh gadis ini menggigil kedinginan tapi bibirnya begitu hangat. Hangat dan menggoda.

Ciuman yang awalnya direncanakan singkat saja, hanya sekedar untuk membuktikan perbedaan antara ciuman dan napas buatan, kini sudah berubah menjadi sebuah ciuman yang lembut tapi menuntut. Bukannya melepas pelukannya, Joo Won justru mengeratkan pelukannya di tubuh gadis itu, mengulum bibirnya dengan gairah membara yang belum pernah dirasakannya. Manis dan menggoda.

Sementara Yu Jin hanya terdiam bingung. Pria itu menciumnya lagi. Tanpa seijinnya? Beraninya. Batinnya memberontak tapi fisiknya tak berdaya. Dia merasa pelukan pria itu sudah membuatnya menjadi lemah. Bukannya menolak, Yu Jin justru memejamkan matanya. Dia mengerang lirih saat ciuman Joo Won semakin berani. Ciumannya bergerak turun dari bibir ke lehernya, saat itulah Yu Jin mulai tersadar, pria ini mulai kurang ajar. Dia mengumpulkan semua tenaganya dan mendorong pria itu dengan kuat lalu menamparnya keras-keras.

PLAKKK...
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah tampan pria itu. “Kau sudah keterlaluan.” Yu Jin menamparnya dengan airmata menetes pelan dari sudut matanya yang indah. Tubuhnya mulai menggigil lagi saat Joo Won tak lagi memeluknya.

“Celaka. Kesalahan yang memabukkan. Dia pasti benar-benar menganggapku pria mesum sekarang.” Batin Joo Won saat menyadari kesalahannya. Dia menatap Yu Jin yang mulai menangis pelan. 

“MAAF. Aku hanya ingin menunjukkan padamu perbedaan antara ciuman dan napas buatan, tapi..” kalimat Joo Won terhenti saat Yu Jin berkata dengan nada marah.

“Kau adalah pria brengsek yang telah mencuri ciuman pertamaku. Aku ingin kau membayarnya suatu hari nanti.” Ujar Yu Jin sambil menangis lalu segera berdiri dan berlari, meninggalkan Joo Won yang merasa bersalah sendirian disini.

(Teaser) Autumn Rainbow : Chapter 3

“PENGKHIANATAN! Tahukah kau bagaimana rasanya? Sakit sekali hingga rasanya aku tak mampu bernapas. Dan semua itu terjadi pada saat Musim Gugur, musim dimana daun-daun jatuh berguguran dan membuat kotor tanah yang dijatuhinya, membuat pohon yang tadinya indah menjadi tak indah lagi.” Well, seburuk itukah Musim Gugur dimata Yu Jin? Apakah Musim Gugur tahun ini akan sama seperti Musim Gugur tahun-tahun sebelumnya, sendirian, kesepian, tanpa teman, sahabat, keluarga, apalagi kekasih? Pepatah mengatakan "There's always rainbow after every storm", apakah Musim Gugur kali ini Yu Jin mampu melihat "Pelangi", ataukah "hujan" akan kembali turun membasahi bumi?


"Chapter 3 :  Three Years Later"




Tiga tahun berlalu sejak hari itu, dan berarti tiga kali empat musim juga telah dilaluinya. Setelah lulus SMU, Yu Jin melanjutkan pendidikannya di Seoul University. Selama tiga tahun ini yang dia lakukan hanya belajar dan bekerja. Tinggal setahun lagi pendidikannya di kampus ini akan berakhir, dia ingin segera lulus dan mewujudkan impiannya menjadi seorang Pianis terkenal.

Yu Jin suka musik, dia ingin sekali bisa membuat konser piano bersama musisi lainnya, sama seperti mendiang ibunya. Yu Jin berharap dia bisa menggantikan ibunya mewujudkan impiannya menjadi seorang Musisi kelas dunia. Selama tiga tahun ini tidak ada yang spesial dalam hidupnya. Semuanya berjalan sama setiap harinya. Paling tidak itulah yang dia rasakan. 

Kesepian, sendirian, tanpa teman, apalagi sahabat. Yu Jin sengaja tidak ingin terlalu dekat dengan orang-orang di sekitarnya, dia takut mereka akan kembali menyakitinya. Dia takut pengalaman menyakitkan itu terjadi lagi. Pengalaman saat sahabat terdekatnya merebut kekasihnya sendiri. 

“PENGKHIANATAN! Tahukah kau bagaimana rasanya? Sakit sekali hingga rasanya aku tak mampu bernapas. Dan semua itu terjadi pada saat Musim Gugur, musim dimana daun-daun jatuh berguguran dan membuat kotor tanah yang dijatuhinya, membuat pohon yang tadinya indah menjadi tak indah lagi.” Jawab Yu Jin setiap kali adik sepupunya, Park Jae Shi bertanya kenapa gadis itu sangat membenci Musim Gugur.

“Dan sekarang musim gugur itu kembali. Selamat datang musim gugur yang menyakitkan, kuharap tahun ini kau tak lagi membuatku meneteskan airmata.” Lanjut Yu Jin dalam hati sambil berjalan perlahan di kampusnya, seraya mendekap erat buku-buku kuliah didadanya. 

Dukk...
Sebuah bola basket mengenai kepala gadis itu. Dengan kesal dia mengambil bola itu seraya mengusap-usap kepalanya yang sakit karena lemparan bola itu. Dia memandang sekeliling, mencari  pemilik bola itu. Saat tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang.

“Kembalikan bolaku!” ujar seorang pria singkat dan dingin. Yu Jin menoleh spontan kearahnya dan dia melihat seorang pria muda tampan dan bertubuh tinggi tegap memandangnya aneh seraya mengulurkan tangannya, meminta bolanya kembali. 

“Apa ini bolamu?” tanya Yu Jin kesal karena pria itu meminta dengan tidak sopan. Pria itu mengangguk tanpa kata.

“Kembalikan!” ujarnya lagi tanpa basa-basi, membuat Yu Jin kesal sekali dibuatnya. 

“Kau sudah melempar kepalaku dengan bola basket ini tapi bukannya meminta maaf padaku, kau malah bersikap seperti itu.” Ujar Yu Jin tak terima.

“Pria brengsek ini bahkan tak meminta maaf telah melempar bola ke kepalaku.” Yu Jin berteriak kesal dalam hati, seraya memandang pria itu dengan tajam, menantangnya. 

“Untuk apa aku minta maaf? Siapa suruh kepalamu ada disana? Kau berjalan tanpa melihat. Apa kau tidak lihat kau sedang berjalan melintasi lapangan basket kami. Apa salah kami jika bola itu mengenaimu?” ujarnya sinis, tak peduli.

Seketika Yu Jin tersadar. Pria itu benar. Dia memang berjalan sambil melamun hingga tak sadar telah berjalan melintasi lapangan basket mereka. 

Yu Jin menarik napas kesal karena pria itu benar.

“Tapi walau begitu akulah korbannya kan? Tidak bisakah kau sedikit lebih lembut pada wanita, apalagi seorang wanita yang sudah terkena lemparan bola.” Yu Jin berteriak marah, menatap pria itu dengan kekesalan yang tak bisa dilampiaskan.

“Joo Won Hyung, kau sedang apa? Mana bolanya?” ujar temannya dari arah belakang. Pria itu menoleh sekilas sebelum kembali menatap Yu Jin dengan tak sabar. 

“Cepatlah! Kembalikan bolaku!” pintanya lagi. Yu Jin tersenyum sinis pada pria itu dan berkata menantang.

“Kau ingin bolamu kembali? Baiklah! Ambil ini!” ujar Yu Jin lalu melempar jauh-jauh bola itu ke seberang lapangan dan mendarat dengan sempurna ke dalam danau yang ada di belakang lapangan ini. 

Byuurr...
Terdengar suara percikan air saat bola basket itu tercebur ke dalamnya. Pria muda itu memandang Yu Jin dengan tak percaya tapi gadis itu tak peduli padanya dan segera berbalik pergi. 

Saat tiba-tiba saja pria itu menarik lengannya dan menatapnya tajam “Setelah kau melemparkan bolaku kau ingin pergi begitu saja?” tanya pria itu kesal, menatapnya marah.

“Kenapa? Itu imbalan yang setimpal karena kau sudah melempar kepalaku dengan bola itu dan tidak meminta maaf.” Tantang Yu Jin dengan berani. 

“Kau gadis yang unik. Tak pernah sebelumnya ada gadis yang berani menantangku seperti ini.” Ujarnya dengan tersenyum sinis lalu memandang Yu Jin penuh tanya.

“Kau mau apa?” tanya Yu Jin, sedikit rikuh dengan cara pria itu menatapnya. 

“Kenapa sepertinya kau takut padaku? Lihatlah! Keringat dingin membasahi keningmu. Apa kau kepanasan, Nona? Bagaimana jika aku membantu mendinginkan tubuhmu?” ujarnya dengan seringai dingin di wajahnya lalu detik berikutnya, dia sudah membawa Yu Jin dalam gendongannya.

“TURUNKAN AKU! Apa yang kau lakukan? Kau mau bawa aku kemana?” teriak Yu Jin ketakutan saat tiba-tiba pria itu menggendongnya dalam pelukannya dan membawanya entah kemana. Jantung Yu Jin berdebar kencang. 

“Dia gila. Kenapa aku bisa sial sekali bertemu dengan orang gila seperti dia.” Batin Yu Jin sambil berusaha melepaskan diri dari gendongan pria muda itu.

“Joo Won Hyung, kau mau bawa dia kemana?” Yu Jin mendengar teman-temannya berteriak memanggilnya tapi dia memilih menghiraukan mereka semua. 

“LEPASKAN AKU! KAU GILA!” seru Yu Jin lagi seraya meronta dalam pelukannya.

“YAAA!! Jika kau terus meronta, jangan salahkan aku jika kita jatuh bersama.” Ancam Joo Won padanya, seketika membuat gadis itu merinding lalu terdiam. Dia tentu tidak ingin terjatuh lalu patah tulang kan? 

“Jatuh. Yang benar saja? Dia benar-benar menyebalkan! Walau harus diakui kalau dia cukup tampan.” Batin Yu Jin kesal.

“Nah sudah sampai.” Ujar pria itu tiba-tiba membuyarkan lamunan Yu Jin. 

“Kau bisa berenang kan?” ujarnya dengan seringai nakal dan tanpa menunggu jawaban gadis itu, menit berikutnya dia langsung melemparkan Yu Jin ke dalam danau. 

Byuurr...
Tubuh Yu Jin langsung basah kuyup ditengah air danau di musim gugur yang dingin mencekam.

“Ambil bolanya dan bawa padaku!” perintahnya dingin, tapi bagaimana Yu Jin bisa membawakan bola itu untuknya jika dia tak bisa berenang? Sayangnya Joo Won tak tahu hal itu.

“Aku tak bisa berenang. Tolong!” teriak Yu Jin putus asa saat air danau itu mulai memasuki hidung dan matanya, membuatnya tak bisa bernapas dan melihat dengan benar. Dadanya mulai terasa sangat sesak. Pandangan dan pendengarannya mulai kabur, kaki dan tangannya mulai mati rasa karena kedinginan. Dalam keadaan setengah sadar dia mendengar pria itu memanggilnya berulang-ulang.

“Nona...Nona. Jangan bercanda!” teriak Joo Won panik saat melihat Yu Jin perlahan-lahan tenggelam.

(Teaser) Autumn Rainbow : Chapter 2

“Happiest City. Banyak yang menjuluki kota Hangzhou sebagai The Happiest City in the world.” Kota yang paling bahagia di dunia tapi justru bagaikan Neraka bagi Moon Yu Jin. Pantaskah Hangzhou disebut sebagai the Happiest City? Well, kurasa tidak bagi Moon Yu Jin...


"Chapter 2 : Goodbye My Love"




“Yu Jin, tunggu!” seru si pria padanya. Ia berbalik, meninggalkan si wanita yang bersandar pada dinding itu.

“Seung Gi Oppa, teganya kau...” Yu Jin tak sanggup berkata-kata. Ketika Seung Gi mendekatinya, dia melihat wajah si wanita. Wajahnya yang bulat, rambutnya yang berwarna coklat sebahu dan lipstiknya yang merah menyala.

“Hwang Chae Won!” serunya sakit. Ternyata itu Seung Gi dan Chae Won. 
“Yu Jin, dengar...” kata Seung Gi, napasnya terengah-engah.

“Kenapa? Karena mencium Chae Won atau karena mengejarku?” Yu Jin hanya menatapnya sinis tanpa bisa mengatakan apa-apa.

Pria itu menarik napas dalam-dalam dan mencoba bicara lagi.
“Yu Jin, aku harus memberitahumu...” ujarnya dengan terengah-engah. 

“AKU TAK MAU DENGAR!” ujar Yu Jin terluka, dia memotong kalimatnya sebelum Seung Gi sanggup berkata banyak, lalu segera berlari masuk ke dalam kamar dan membanting pintunya keras-keras.

Dia sengaja membiarkan kamar dalam keadaan gelap. Benar. Malam ini adalah malam paling gelap dalam hidupnya. Yu Jin serasa memasuki kegelapan yang dingin. Karena selama ini dia percaya sepenuhnya pada Seung Gi, dia percaya pria itu mencintainya, dan bukan Chae Won. 

“Sekarang apa yang bisa kupercaya? APA? Bahkan orang yang sudah kuanggap sahabat tega menikamku dari belakang. INIKAH PENGKHIANATAN? Seperti inikah rasanya di khianati oleh orang yang kau sayang? Park Seung Gi dan Hwang Chae Won, kenapa mereka berciuman di balik punggungku sementara aku begitu mempercayai mereka. Apa lagi yang bisa kupercaya sekarang?” Yu Jin terdiam dan berpikir, sejak kapan mereka mulai berhubungan.

Otaknya mulai mengingat satu per satu kenangannya bersama mereka. Akhirnya dia menyadari memang ada beberapa waktu saat dia melihat Chae Won dan Seung Gi begitu dekat. 

Dia ingat saat mereka bertiga menonton bioskop bersama. Saat itu dia datang agak terlambat, dia segera mencari Seung Gi dan akhirnya dia melihat Seung Gi berdiri didepan penjual popcorn. Yu Jin terkejut saat melihat Chae Won berdiri disisi pria itu.

Gadis itu merangkul bahu Seung Gi dengan santai. Mereka tertawa bersama, mereka bercanda begitu akrab, kepala mereka hampir beradu. 

“Apa-apaan ini?” Yu Jin ingat berkata begitu dalam hatinya saat melihat kedekatan mereka. Chae Won selalu menggoda Seung Gi meski Yu Jin ada di sampingnya. Mereka selalu saling mengganggu dan menggoda. Tapi tak pernah disangkanya gadis itu berani menggoda Seung Gi saat Yu Jin tak ada disana.

Melihat mereka tertawa berdua, sementara lengan Chae Won dengan santainya memeluk pundak Seung Gi seolah-olah ia memilikinya benar-benar membuat Yu Jin muak. 

Tapi Chae Won sahabatnya, Yu Jin tidak mau punya pikiran buruk tentangnya. Akhirnya dia hanya berjalan menerobos kerumunan dan bergegas mendatangi mereka. Begitu melihat Yu Jin, Chae Won spontan melepaskan pelukannya dan mundur selangkah. Memandang Yu Jin dengan tatapan gugup dan berkata pelan “Kau sudah datang?” tanyanya tanpa dosa, walau tampak kegugupan dalam nada suaranya. Kenangan Yu Jin berputar kembali ke saat sekarang.

“Mungkinkah sejak itu mereka sudah berhubungan di belakangku secara diam-diam?” batinnya  menjerit sakit. 

Lalu ucapan Seung Gi tadi siang seketika terulang lagi dalam benak Yu Jin. “Happiest City. Banyak yang menjuluki kota Hangzhou sebagai The Happiest City in the world. Itu sebabnya aku mengajakmu kemari. Aku berharap bisa memberikanmu kebahagiaan yang mungkin setelah ini tak bisa lagi kuberikan. Aku ingin kau mengingat kebahagiaan saat bersamaku, walau mungkin saat itu kita tak lagi bersama.” Ujarnya dengan lirih dan tampak keragu-raguan dari caranya bicara.

Yu Jin terhenyak dan diam. Airmatanya terus mengalir pelan. Dia juga ingat kalimat yang dia ucapkan pada Seung Gi tadi siang. 

“Danau Sihu, The Broken Bridge, Pagoda Lei Feng, semuanya sangat indah tapi sayang menyimpan banyak sekali kisah sedih yang membuat siapapun yang mendengarnya ingin menangis. Kenapa dua orang yang saling mencintai tidak bisa bersama? Bukankah itu sangat tidak adil?” ujar Yu Jin saat itu.

“Karena takdir tidak mengizinkan mereka bersama. Karena jodoh mereka sudah selesai dan tidak ada gunanya lagi diteruskan.” Jawab Seung Gi pelan dan dalam. Airmata Yu Jin turun semakin deras, saat menyadari kalau saat itu, dia sama sekali tidak bicara soal legenda siluman ular itu tapi tentang hubungan mereka. 

“Apa karena mereka siluman dan manusia? Jika memang takdir tidak mengizinkan mereka bersama, kenapa mereka harus dipertemukan?” Yu Jin ingat bagaimana dengan naifnya dia masih berpikir bahwa mereka sedang membicarakan tentang legenda.

“Karena cinta tidak selamanya harus saling memiliki. Kadang kala melepaskan adalah hal yang terbaik.” Jawab Seung Gi lagi,  menerawang dan baru dia sadari inilah maksud sebenarnya Seung Gi membawanya kemari. 

Yu Jin menghapus airmatanya dan melangkah kearah lemari pakaian, dia mengambil koper dan mulai mengemasi semua barang-barangnya. Tapi sebelum pergi, dia ingin memastikan satu hal sekali lagi. Gadis itu meraih ponselnya dan meminta Seung Gi bertemu dengannya di Jembatan itu, saat ini juga.

The Broken Bridge, Hangzhou – China terlihat semakin indah di malam hari. Sinar bulan dan kelap kelip bintang terpantul dengan sempurna di air danau itu. Di sekeliling gadis itu, daun-daun maple mulai berjatuhan ke tanah namun ada pula yang tertiup angin dan jatuh di atas danau dan perlahan bergerak menjauh seiring pergerakan air di danau itu. 

“Apa kau sudah menunggu lama?” tanya seorang pria dari arah belakang, dengan perlahan Yu Jin menoleh dan melihat mereka berdua disana, bergandengan tangan.

Dia merasakan hatinya merasakan sakit sekali lagi, bagaikan ditusuk ribuan pedang. Tapi Yu Jin berusaha menahannya, walau bulir-bulir air mulai menggenang tapi dia berusaha menahannya agar tidak jatuh disana. Tidak didepan mereka. 

Yu Jin menatap mereka dengan pandangan dingin. Saat itu dia sadar perasaannya terhadap Seung Gi sudah tak sama lagi, dia mungkin masih mencintainya tapi dia tak percaya lagi padanya.

“Aku ingin menjelaskan.” Ulang Seung Gi lirih. Dia mulai melepaskan tangan Chae Won dan melangkah mendekati Yu Jin tapi gadis itu berjalan mundur, tak ingin pria itu mendekatinya.

“Well, bicaralah!” kata Yu Jin menantang. Dia ingin terlihat dingin dan kuat tapi suaranya justru terdengar gemetar. 

“Aku dan Chae Won capek sembunyi-sembunyi. Boleh dibilang, aku senang kau memergoki kami.” kata Seung Gi, Yu Jin tak percaya kalimat yang tak berperasaan itu muncul dari dalam mulut Seung Gi sendiri.

“Kau dan Chae Won pacaran diam-diam di belakangku?” Yu Jin terlihat tidak bisa menyembunyikan perasaan sakit hatinya. Tapi kata-kata Seung Gi serasa menusuknya, lebih tajam dari hembusan angin musim gugur yang dingin ini. 

Sekilas, dia menangkap senyum tipis penuh kemenangan dari sudut bibir gadis itu. Hwang Chae Won tersenyum. Dia tak tampak menyesal sama sekali.

“Apa dia merasa bahagia karena berhasil mengalahkan aku dan merebut kekasihku di depan mataku?” batin Yu Jin kesal dan marah, tapi dia berpura-pura seolah baik-baik saja. 

“Chae Won dan aku tidak ingin menyakitimu, Yu Jin. Tapi kami memang pacaran, sudah setahun ini.” Jawab Seung Gi tanpa merasa bersalah sedikitpun. Yu Jin tidak tahu harus mengatakan apa. Hatinya merasa sangat sakit. Dan perasaan itu dengan cepat berubah menjadi kemarahan.

“Pernahkah... sekali saja, kau mencintaiku?” tanya Yu Jin dengan suara gemetar padanya. Dia ingin mendengarnya sekali saja dari mulut pria itu.

Lama Seung Gi terdiam dan akhirnya dia berkata pelan. “Aku minta maaf, Yu Jin. Aku benar-benar menyesal.” Ujar Seung Gi, tampak menyesal. 

“Menyesal karena apa? Menyesal karena mengkhianatiku atau menyesal karena tak pernah mencintaiku? Jika kau tak mencintaiku kenapa dulu kau mengejarku?” seru Yu Jin marah, hatinya sangat terluka. Sebuah luka yang mungkin takkan pernah bisa disembuhkan lagi selamanya.

“Terima kasih untuk semuanya. Khususnya padamu, Hwang Chae Won. Kau sudah menunjukkan padaku pria seperti apa Park Seung Gi itu. Juga sudah menunjukkan padaku wajahmu yang sesungguhnya. Pengkhianat. Kalian berdua memang pasangan serasi, sama-sama seorang pengkhianat. Semoga dia tidak pernah mengkhianatimu seperti dia mengkhianatiku.” Ujar Yu Jin tegas dan dingin, lalu segera melangkah pergi meninggalkan mereka. 

“Musim gugur yang menyakitkan. Aku benci Musim Gugur!” Ujar Yu Jin dalam hati seraya meninggalkan tempat itu dengan berlinang airmata.

End Of Flashback...

(Teaser) Autumn Rainbow : Chapter 1

The Betrayal aka Pengkhianatan. Kisah dimulai dengan sebuah pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasih dan sahabatnya sendiri. Poor Moon Yu Jin! Pasti sakit rasanya ditikam dari belakang dan semuanya itu terjadi di musim gugur yang indah, disebuah tempat yang sarat akan sebuah kisah dongeng romantis namun berakhir duka. Akankah Moon Yu Jin membenci musim gugur selamanya? The first teaser from "Autumn Rainbow" Novel... Bila Anda tertarik dengan kelanjutan kisah ini, you can find me on twitter and I will help you to buy this Novel ^.^


"Chapter 1 : The Betrayal"




Flashback...
Autumn 2011, The Broken Bridge, Hangzhou – China.
“Aku tak pernah ke Hangzhou sebelumnya. Terima kasih sudah mengajakku kemari, Oppa. Wah, musim gugur di Hangzhou memang sangat indah.” Seruku riang pada seorang pria muda yang berdiri di sampingku. 

Park Seung Gi. Dia adalah pria yang sudah kupacari selama tiga tahun ini. Sejak aku masuk ke SMU, dia sudah mengejarku. Saat itu dia adalah ketua OSIS di sekolah kami, dia seniorku, siswa terbaik, kesayangan para guru dan pujaan semua gadis di sekolah, juga putra dari seorang pengusaha kaya. Sempurna. Itulah definisi yang tepat untuknya, dengan postur tubuh 180 cm, hidung mancung, pintar dan kaya, siapa yang tidak jatuh cinta padanya? Aku sangat terkejut saat dia menyatakan cinta padaku dan memintaku menjadi pacarnya. Bagaikan mimpi di siang bolong, kalimat ‘kenapa aku?’ selalu ku ucapkan berulang kali dalam hatiku setiap kali kami jalan bersama.

Tatapan mata sinis dan penuh kecemburuan selalu ku dapatkan dari semua gadis di sekolah ini, termasuk sahabatku sendiri, Hwang Chae Won. 

“Siapa yang tidak iri melihat kalian? Kau punya kekasih yang tampan, padahal kau hanya gadis biasa. Lihat betapa beruntungnya kau, Yu Jin. Jujur, aku saja iri padamu.” Ujar Chae Won padaku berulang-ulang, membuatku tidak enak padanya.

“Tapi jangan khawatir, selama kau bahagia, tidak perlu pikirkan apa kata orang lain tentangmu, okay? Aku akan selalu mendukungmu.” Ujarnya padaku sambil tersenyum manis. Hwang Chae Won yang baik, saat semua orang memalingkan punggungnya padaku, hanya dia yang setia menemaniku melewati tiga tahun yang melelahkan ini. Hanya dia dan Seung Gi Oppa. 

“Kau tahu kenapa aku mengajakmu berlibur ke Hangzhou?” tanya Seung Gi Oppa padaku saat kami sedang berdiri dia atas kapal pesiar yang membawa para turis mengelilingi Danau Sihu, danau tempat legenda siluman Ular Putih, Pai Shu Chen berasal.

“Tidak. Kenapa?” tanyaku polos sambil mengagumi keindahan Danau Sihu di bulan ke sepuluh. Danau Sihu atau yang sering disebut dengan nama West Lake dikelilingi oleh pegunungan di tiga sisi dengan luas sekitar 6,5 kilometer persegi. Di salah satu Danau Sihu terdapat Pagoda yang indah bernama Pagoda Lei Feng yang bertingkat lima. Aku ingat legenda tentang siluman Ular Putih yang di kurung di dalam sana oleh seorang Biksu jahat bernama Fa Hai. Indah tapi penuh kisah sedih, itulah kesanku tentang Danau Sihu. 

“Happiest City. Banyak yang menjuluki kota Hangzhou sebagai The Happiest City in the world. Itu sebabnya aku mengajakmu kemari. Aku berharap bisa memberikanmu kebahagiaan yang mungkin setelah ini tak bisa lagi kuberikan. Aku ingin kau mengingat kebahagiaan saat bersamaku, walau mungkin saat itu kita tak lagi bersama.” Ujarnya dengan lirih dan tampak keragu-raguan dari caranya bicara, seketika membuyarkan lamunanku tentang kisah sedih sang siluman Ular Putih.

“Aku tak mengerti. Apa maksud kalimatmu Oppa?” tanyaku bingung sambil menengadahkan kepalaku menatapnya.

“Tidak ada. Aku hanya asal bicara. Oh ya, untuk merayakan kelulusanmu, bagaimana jika kita merayakannya dengan makan malam yang romantis? Candle light dinner. Malam ini berdandanlah yang cantik, aku akan menjemputmu pukul tujuh malam ini.” Jawabnya, mengalihkan pembicaraan. Tapi dari caranya bicara, aku bisa melihat dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Tapi apa? Itu yang belum aku tahu.

“Apa ini yang namanya The Broken Bridge?” tanyaku setelah kapal kami sampai di dermaga dan dia membantuku turun dari atas kapal itu dan berjalan di atas dermaga.

“Ya. Ini adalah The Broken Bridge atau Jembatan Patah Hati, tempat Pai Shu Chen berpisah dengan suaminya, Xu Xian.” Jawabnya lirih dan terdengar sedih. Dia menatapku dengan tatapan mata yang aneh dan tidak bisa di tebak. 

“Danau Sihu, The Broken Bridge, Pagoda Lei Feng, semuanya sangat indah tapi sayang menyimpan banyak sekali kisah sedih yang membuat siapapun yang mendengarnya ingin menangis. Kenapa dua orang yang saling mencintai tidak bisa bersama? Bukankah itu sangat tidak adil?” ujarku sambil membaca kisah tentang siluman Ular Putih yang diukir di batu-batuan yang ada disana.

“Karena takdir tidak mengizinkan mereka bersama. Karena jodoh mereka sudah selesai dan tidak ada gunanya lagi diteruskan.” Jawabnya, tetap dengan nada pelan dan dalam. 

“Apa karena mereka siluman dan manusia? Jika memang takdir tidak mengizinkan mereka bersama, kenapa mereka harus dipertemukan?” mendadak aku merasa takdir itu sangat kejam karena memisahkan dua orang yang saling mencintai dengan cara yang begini kejam.

“Karena cinta tidak selamanya harus saling memiliki. Kadang kala melepaskan adalah hal yang terbaik.” Jawabnya menerawang. 

“Cinta itu datang tanpa diduga dan kita tidak bisa mengatur untuk siapa cinta itu harus diberikan. Mencintai seseorang bukanlah kejahatan. Kenapa Pai Shu Chen harus dihukum hanya karena dia mencintai manusia? Itu sangat tidak adil, benarkan?” protesku tak setuju, tanpa sadar meninggikan suaraku, membuatnya menatapku heran.

“Kenapa kau jadi marah? Ini kan hanya legenda. Sudahlah. Lebih baik kita kembali ke hotel dan bersiap untuk makan malam, bagaimana?” ujarnya dengan tersenyum manis, tetapi aku bisa melihat kegalauan dalam matanya. 

Aku merasakan keanehan dalam sikapnya, tapi aku mencoba menepiskan semua keraguan dalam hatiku karena mencurigai orang bukanlah sifatku. Malam itu aku berdandan dengan cantik karena dia mengajakku untuk menikmati makan malam yang romantis di sebuah restoran mewah di kota Hangzhou yang indah ini. Candle light dinner, membayangkannya saja sudah membuat hatiku bahagia.

Aku mengenakan Gaun seksi berwarna hitam dan berleher rendah, dengan ujung gaun menjuntai hingga ke tanah. Aku membiarkan rambutku yang panjang, lurus dan berwarna hitam terurai lepas dengan hanya menggunakan sebuah tiara mungil sebagai hiasan. Pelayan di restoran itu bahkan memujiku bagaikan seorang Putri dalam dongeng. Aku hanya tersenyum mendengar pujiannya karena hatiku berdebar kencang memikirkan aku akan menikmati kencan yang romantis dengan kekasihku. Saat aku tiba di restoran itu, dia sudah menunggu, duduk disebuah meja ditengah ruangan membelakangiku.

“Oppa, aku datang. Maaf sudah membuatmu menunggu lama.” Ujarku malu-malu. Dia segera berbalik dan menarikkan sebuah kursi untukku. Untuk sementara semua tampak normal, kami menikmati makan malam sambil mengobrol dan tertawa dengan bahagia. Tapi itu tidaklah lama, karena tiba-tiba saja sikap anehnya kembali muncul. Mendadak dia terdiam saat aku mengungkit soal kencan pertama kami dulu. 

“Oppa, ada sesuatu yang terjadi? Kenapa kau terlihat gelisah sejak tadi?” tanyaku saat kami sedang menikmati makanan penutupnya.

“Yu Jin-ah, jika seandainya aku tak lagi bersamamu. Apa kau akan hidup dengan baik?” tanyanya tiba-tiba, lagi, sebuah pertanyaan yang tidak kuduga akan muncul dari mulutnya.

“Apa? Apa terjadi sesuatu? Kenapa hari ini kau sangat aneh, Oppa?” tanyaku bingung, rasa penasaran semakin memenuhi pikiranku. Aku menatapnya tajam, menunggunya meneruskan tapi dia hanya menggelengkan kepalanya dan berkata pelan “Tidak! Ayo kita makan! Bukankah kau sangat suka es krim?” ujarnya lembut, menyuruhku makan. 

“Sebenarnya aku suka semua yang pernah kau belikan untukku. Pasta, es krim, mie ramen yang kau masakkan untukku saat kita berkemah di malam musim panas itu, dan bahkan kimbab yang kita beli di Convenience Store, aku suka semuanya. Terima kasih, Oppa.” Jawabku sambil tersenyum manis padanya, mengingat semua yang pernah kami lakukan bersama selama tiga tahun ini. Dia terdiam. Seolah sedang berpikir lalu kemudian menatapku dengan mata berkaca-kaca kemudian berdiri dan berkata dia akan permisi sebentar.

“Kau mau kemana?” tanyaku polos. Dia menggeleng pelan dan dengan tersenyum tipis berkata “Aku akan segera kembali. Kau tunggu disini!” ujarnya lirih seraya mencium keningku lalu bergegas pergi. 

Tiga puluh menit berlalu dan dia tak kunjung kembali, aku mulai cemas memikirkannya, kemana kira-kira dia pergi hingga selama ini saat tiba-tiba ponselku berbunyi, sebuah pesan muncul di layar.

“Ada sesuatu yang harus kulakukan. kau teruskan saja makan malammu. Maaf, aku tak bisa menemanimu.” Bunyi pesan di ponselku. Aku terhenyak dan diam. Sesuatu penting apakah yang membuatnya harus meninggalkan aku dengan tiba-tiba di restoran ini? Dia yang mengusulkan Candle Light dinner ini, tapi dia juga yang memilih pergi tiba-tiba begini. Apa yang terjadi sebenarnya? Lama aku berpikir dan kusadari entah sejak kapan sikapnya padaku mulai berubah. Dia disisiku, tapi seolah dia tak ada bersamaku, pikirannya menerawang entah kemana.

Makan? Seorang diri? Tidak. Aku tak punya selera makan lagi. Aku putuskan untuk mencari tahu apa yang terjadi. Aku putuskan untuk kembali ke hotel dan mencari Seung Gi Oppa.

Tapi saat aku sampai di lorong hotel yang menuju kamarku, aku melihat mereka. Sepasang pria dan wanita yang sedang bercumbu dengan mesra, membuatku jengah saat menyaksikannya secara tak sengaja.

Sepasang pria dan wanita, mereka berpelukan erat, si wanita bersandar pada dinding sementara si pria menciumnya bertubi-tubi. Pria itu memunggungiku. Aku baru saja akan melangkah pergi saat tiba-tiba pria itu menarik kepalanya dan pelan-pelan menoleh padaku, kurasa dia bisa merasakan ada orang lain disekitarnya saat itu. Ia menoleh dan wajahnya tampak olehku. Wajahnya. Aku melihat wajahnya, aku nyaris tak percaya. 

“TIDAK!” teriakku tak percaya.

“Ternyata kau! Tidak mungkin! Kenapa kalian lakukan ini padaku?” jeritku terluka, airmata mengalir turun dari pipiku seketika. Hatiku sakit bagai dihantam ribuan meriam. Aku hanya bisa berdiri menatap mereka berdua dengan shock dengan airmata menetes pelan.

======

NB : Entah kenapa saya tiba-tiba memutuskan ingin mengganti nama pengkhianatnya dari Jung Jae Min (nama peran Jo In Sung di Memories In Bali) menjadi Park Seung Gi.

(Teaser) Autumn Rainbow : Prolog

Mari mulai dengan prolog...Seperti biasa, saya selalu memulai suatu kisah dengan prolognya lebih dulu hehehe =) Hhhhmmm, kali ini setting dimulai di Hangzhou, China sebelum akhirnya balik kandang ke Korea Selatan hahaha =) Kita mulai dengan pemandangan musim gugur yang indah di Danau SiHu di Hangzhou, China... Pernah dengar legenda Siluman Uar Putih yang dihukum dikurung dalam Pagoda Lei Feng karena kesalahannya mencintai manusia? Well, diadaptasi dari dongeng itu, kisah ini dimulai... Eits, tapi Moon Yu Jin bukan siluman ular loh ya? Hahaha,, maksudku settingnya diawali disana. So, kita jalan-jalan lebih dulu di Hangzhou, China sebelum masuk ke kisah yang sebenarnya. Diawali dengan tragedi dan pengkhianatan, entah bagaimana kisah ini akan diakhiri nantinya. Well, saya rasa anda akan tahu jika membeli novelnya hehehe =) Lets, start readers ^.^


"Prolog : The Broken Bridge"




Aku ingat betul hari itu. Hari yang paling indah dalam hidupku. Dia mengajakku berlibur ke China, tepatnya ke Kota Hangzhou, Propinsi Zhejiang, China. Selama dua minggu lamanya kami berdua bergembira bersama. Aku dan dia pergi melihat banyak tempat wisata yang indah. 

Pagoda Lei Feng, The Dragon Well Tea atau Long Qing yaitu tempat asal teh Long Qing yang terkenal itu, Kuil Ling Yin, Xi Xhi Wet Land yaitu sebuah tempat dengan keadaan alam yang sangat indah, bagaikan sebuah suaka margasatwa atau cagar alam, Danau Sihu dan jembatan patah hati atau yang terkenal dengan nama The Broken Bridge atau Thuan Qiao.

Konon di jembatan inilah menurut legenda, sang siluman ular putih berpisah dengan suaminya, Xu Xian untuk selamanya. Kisah cinta dua dunia antara siluman ular dan manusia adalah kisah cinta yang terlarang, dan Pai Shu Chen yang malang harus menghabiskan sepanjang hayatnya terkurung di Pagoda Leifeng sebagai hukuman atas kesalahannya mencintai manusia. 

Kesalahan? Apakah mencintai seseorang adalah sebuah kejahatan yang harus mendapat hukuman yang begitu kejam? Bukankah Tuhan menciptakan sepasang manusia untuk saling mencintai dan memiliki? Kenapa dua orang yang saling mencintai tidak bisa bersama? Lama aku memikirkan hal ini dan akhirnya sekarang aku mengerti bahwa tidak selamanya cinta itu harus saling memiliki.

Jembatan Patah Hati atau The Broken Bridge, memang sesuai dengan namanya, karena di jembatan inilah aku harus kehilangan orang yang kucintai karena sebuah pengkhianatan keji yang dilakukan oleh sahabatku sendiri. Benar. Sahabatku sendiri. Dan semua itu terjadi di musim gugur yang indah di sebuah tempat yang sarat akan sebuah legenda yang romantis namun berakhir duka. 

Hangzhou adalah Surga Dunia, itulah yang dikatakan semua orang, tapi bagiku Hangzhou bagaikan Neraka. Selama dua minggu lamanya aku merasa bagaikan hidup dalam mimpi, dia membawaku ke semua tempat yang indah dan mengabulkan apapun yang kuinginkan. Bagaikan mimpi aku bisa menghabiskan liburan kelulusanku dengan seseorang yang kucintai ke sebuah tempat yang begitu indah. Tapi mimpi tetaplah mimpi, begitu aku bangun semuanya akan berakhir.

Bagaikan kisah Cinderella... Gaun indah, sepatu kaca dan kereta kuda akan hilang dalam sekejap mata saat jam dua belas malam telah tiba. Surga Dunia, Hangzhou seketika menjadi sebuah Neraka bagiku saat kekasihku mencampakkan aku dan pergi dengan sahabatku sendiri.

Aku menarik napas pasrah setiap kali aku mengingat kenangan pahit itu. Sejak itulah aku membenci musim gugur. Di musim gugur itu aku pertama kali bertemu dengannya, cinta pertamaku. 

Musim gugur adalah musim yang membuatku jatuh cinta untuk pertama kali, namun aku tak pernah menyangka bahwa di musim gugur juga aku akan merasakan sakitnya dikhianati, musim yang membuatku ingin berhenti mencintai.

(Teaser) Autumn Rainbow Sinopsis : Musim Gugur, Akhir dari sebuah cinta dan awal dari cinta yang baru.

Here we go once again with My New Novel, the fourth Novel from Liliana Tan : Autumn Rainbow. Well, sebenarnya belum jadi Novel sih, tinggal dikit lagi, tapi gak papalah promosi dulu ma nyebar teaser 4 bab. Kale aja ada yang mau PO walaupun Novelnya sendiri belum kelar diketik xixixi =) Maklum, GWP2, Natal, New Year Holiday benar-benar membuatku sangat sibuk *sigh*

Jalan-jalan dulu sebelum lanjut nulis Novelnya hehehe =) So, just like my first Novel “Rain And Tears” yang bertema Romance, yang ke-4 juga balik lagi ke romance. Tapi bedanya kali ini mau dibuat Tetralogi 4 musim, dimulai dari “Autumn Rainbow” yang walau gak direncanakan untuk dibuat sekuel tapi ketiga Novel sisanya yang gak akan gue kasih tahu judulnya, takut dijiplak lagi kayak kasusnya “THE TWINS PRINCESS” yang dijiplak ma #ShintaLestari41, tapi nanti ketiga musim sisanya bakal ada benang merahnya, alias masih ada hubungannya ma Autumn Rainbow.

Benang Merah bukan sekuel loh ya,,ada hubungannya tapi main leadnya GAK SAMA ma novel-novel berikutnya, gitu maksudnya... Mudeng kan? Oke deh, sipp.. So, let’s now get starting with “Autumn Rainbow” first...


“(Teaser) Autumn Rainbow Sinopsis : Musim Gugur, Akhir dari sebuah cinta dan awal dari cinta yang baru.”




Ditengah gugurnya daun-daun pepohonan Maple yang berjatuhan terbawa angin dan menandakan pergantian musim, kisah ini dimulai.

Tentang pengkhianatan, permusuhan, persahabatan, dan pencarian cinta sejati. Bagi banyak orang, musim gugur adalah musim yang romantis. Tapi tidak bagi Moon Yu Jin. 

Musim gugur meninggalkan kenangan pahit dalam hatinya. Musim gugur adalah musim yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali, namun juga musim yang membuatnya ingin berhenti mencintai. Di musim gugur itu, dia harus menyaksikan pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasih dan sahabatnya sendiri.

“Tidak ada yang lebih menyakitkan di dunia ini selain dikhianati oleh sahabat dan kekasih sendiri. Mulai hari ini, aku takkan pernah jatuh cinta lagi, juga takkan pernah membuka pintu hatiku untuk orang lain lagi.” Sumpah Yu Jin dalam hati. 

Tiga tahun telah berlalu sejak hari itu, dan berarti tiga kali empat musim juga telah dilalui. Tapi sebuah pertemuan tidak terduga dengan seorang pemuda tampan namun aneh, Kim Joo Won perlahan mengubah segalanya, menunjukkan pelangi dilangit jingga yang memberikan harapan baru dalam hidupnya.

“Akan selalu ada pelangi setelah hujan. Dan pelangi di musim gugur adalah pelangi yang paling indah.” 

Akankah Yu Jin membenci musim gugur selamanya? Dan benarkah akan selalu ada pelangi setelah hujan?

==========

NB : Novel ini juga saya ikutkan #Gramedia_Writing_Project Batch 2 dengan judul yang sama... Berikut linknya : Autumn Rainbow GWP2