GOT7 on Universal
Studio Singapore. Ahagse pasti tahu kalau sebelum kembali ke Korea, GOT7 lebih
dulu bermain di USS Singapore. Yang sayangnya rencana untuk Having Fun tersebut
jadi kacau balau karena banyak Fans yang terus mengikuti mereka dalam jarak
yang sangat dekat dan membuat para member merasa tidak bebas dan tidak nyaman.
Well, berikut ini sedikit kisah tentang GOT7 di Universal Studio Singapore
dengan DIBUMBUI sedikit FIKSI....
“Christmas Miracle – Chapter 5 (GOT7 Christmas Edition)”
Chapter 5 : Meeting You Once More
Universal Studio Singapore...
“Haaaahhh. Hari
ini aku senang sekali. Tempat ini begitu indah. Penuh dengan dekorasi Natal di
mana-mana. Baru kali ini aku benar-benar merasakan semangat Natal. Tidak
seperti di Indonesia, jangankan atribut dan dekorasi Natal, ucapan Selamat
Natal saja masih menjadi dijadikan perdebatan.” Gerutu Stephanie saat mereka
tiba di sebuah restoran di area USS Singapore setelah lelah berjalan-jalan
berputar-putar dan bermain di sana hingga pagi.
“Aku tidak tahu
apa yang ada dalam pikiran mereka. Sebegitu takutkah mereka pada Kristen hingga
sedikit-sedikit mereka menyebut Kristenisasi, Auto Murtad dll? Sungguh lucu.
Keimanan itu dari dalam hati, bukan dari atribut atau hiasan, juga bukan dari
simbol yang ada di sebuah benda.” Lanjut Stephanie lagi, sementara Lily hanya
tersenyum tipis.
“Sudahlah. Kita
memang hidup di negara seperti itu. Mau bagaimana lagi? Mungkin mereka memang
takut, itu sebabnya sedikit-sedikit Kristenisasi, sedikit-sedikit Auto Murtad
dll. Padahal mereka tidak tahu bahwa masuk Kristen tidak semudah mengucapkan 2
kalimat syahadat. Masuk Kristen sangat rumit dan butuh proses yang panjang.
Bukan hanya asal kau pakai topi sinterklas atau makan Oreo yang kata mereka ada
lambang burung merpati lalu serta merta kau jadi Auto Murtad alias Masuk
Kristen. Ya ampun, kadang aku hanya bisa tertawa melihatnya.” Jawab Lily sambil
tersenyum lucu.
“Kurasa kita
memang hidup di negeri yang serba lucu. Apa kau tahu kalau Mamaku mengirim BBM
dan berkata bahwa FPI melakukan sweeping di 7 Mall di Surabaya? Apa-apaan ini?
Apa mereka pikir Indonesia milik mereka? Bukankah ini negara Pancasila? Ini
bukan negara Islam, kan? Indonesia mengakui 5 agama, tapi apa ini? Kenapa hanya
Kristen yang diserang?” ujar Stephanie, menceritakan apa yang diceritakan oleh
ibunya.
“Oh ya? Aku tidak
heran. Syukurlah kita ada di Singapore sekarang.” Jawab Lily singkat, penuh
rasa syukur dalam hatinya.
“Oh makanan kita
sudah tiba. Jangan bicarakan hal yang tidak menyenangkan itu lagi dan kita
makan saja. Aku capek setelah berjalan-jalan keliling USS seharian.” Lanjut
Lily saat melihat seorang pelayan wanita membawakan pesanan mereka dan
meletakkan di atas meja.
Tapi sepertinya
Stephanie tidak menaruh perhatian pada makanan yang dihidangkan di hadapannya
dan asyik memandang kerumunan massa di luar jendela restauran.
“Lily, kenapa
mendadak di luar jadi ramai?” tanyanya penasaran.
“Bukankah sekarang
memang liburan?” jawab Lily santai seraya mulai menyendok makanannya.
“Tidak. Bukan
seperti itu. Orang-orang di luar sana tampak seperti mengerumuni beberapa orang
dan mereka menuju kemari.” Jawab Stephanie saat melihat kerumunan massa itu
berhenti di depan restauran mereka.
“Biarkan saja!”
jawab Lily tak peduli. Dia baru saja akan menyantap makanannya lagi saat
tiba-tiba sudut matanya menangkap sosok yang membuatnya tak percaya. Sosok itu
pun hanya memandangnya tak percaya dengan ekspresi yang tidak terbaca dari
matanya.
“Oh ya Tuhan. Itu
GOT7, kan? Aku harus mengambil foto.” Ujar Stephanie kaget bercampur girang
saat melihat idolanya berdiri beberapa langkah darinya dan mereka ada di tempat
yang sama secara tak sengaja.
“JB.” Gumam Lily
lirih saat melihat JB berdiri menatapnya tanpa kata dengan ekspresi tak
terbaca.
“Kita beruntung
sekali bisa bertemu mereka secara tak sengaja. Aku akan mengambil foto sebanyak
mungkin.” Lanjut Stephanie girang, membuat Lily tersadar dari keterkejutannya
dan merebut ponselnya spontan.
“Please don’t do
this! Stop please! GOT7 coming here to have some fun. Please give them some
privacy, okay?” Lily mendadak berseru kesal pada sahabatnya lalu merebut
ponselnya, tanpa sadar menaikkan suaranya hingga terdengar ke tempat para
member GOT7 berdiri untuk memesan makanan.
“Oh, bukankah itu
Lily Noona? Itu gadis yang menyelamatkan Leader kita, kan?” ujar Bambam
mengenali Lily setelah mendengar suaranya.
“Dia Fans yang
baik. Dia tahu bagaimana memberikan privasi untuk idolanya. Jarang ada Fans
seperti dia.” Puji Mark seraya menoleh ke arah Lily dan sahabatnya yang kini
tampak berdebat tanpa menyadari member GOT7 menatap ke arah mereka.
“Dia memang gadis
yang unik.” Gumam JB lirih masih tetap menatap Lily.
“Kita bertemu
lagi. Bukankah ini berarti kita berjodoh?” lanjutnya dalam hati, merasa senang.
“Apa kita harus
bergabung dengan mereka?” tanya Yugyeom seraya melirik Leadernya.
“Tidak bisa dengan
banyak Fans di sekeliling kita.” Jawab JB penuh logika.
“Aaahhh...Ini
menyebalkan. Aku ingin main. Tidak bisakah mereka memberikan kita sedikit ruang
untuk bergerak? Tidak bisakah mereka seperti Lily yang mengerti batas-batasnya?
Lihatlah dia! Bahkan dia tidak berteriak histeris saat melihat kita, dia tidak
mencoba mendekati kita dan bahkan malah melarang temannya mengambil foto kita.
Dia menghormati privasi idolanya. Fans seperti dialah yang sangat kita butuhkan
sekarang.” Ujar Bambam tampak kesal karena keinginannya bermain sepuasnya kini
telah rusak.
Di dalam restauran
itu, Lily sebisa mungkin tidak menatap ke arah GOT7 dan mencoba menganggap
mereka tak ada di sana. Kenapa? Karena setiap kali dia mencoba mencuri pandang
ke arah mereka, dia selalu tertangkap basah oleh JB yang menatapnya lekat
dengan ekspresi tak terbaca yang membuatnya semakin gugup tak karuan.
“Jika kau sudah
selesai makan, kita pergi sekarang.” Ujar Lily pada temannya.
“Tapi kenapa? Aku
justru ingin berlama-lama makan agar bisa sepuasnya memandang mereka. Kita
tidak mengganggu mereka, kan? Kita tidak mengambil foto dan tidak mendekati
mereka. Jadi kenapa kita harus pergi dari sini? Kita hanya duduk dan tidak
melakukan apa-apa.” Protes Stephanie.
“Baiklah. Kau
boleh duduk di sini selama apa pun yang kau mau. Aku akan menunggumu di luar.
BBM aku jika kau sudah keluar.” ujar Lily, memutuskan untuk pergi dari sini
tanpa temannya. Dia mengembalikan ponsel Stephanie yang tadi direbutnya dan
meletakkannya di atas meja.
“Hei, Lily. Kau
ini kenapa? Kita tidak melakukan apa pun, kan? Kita tidak mengganggu mereka,
kan? Kita tidak mengambil foto dan tidak mendekati mereka. Jadi kenapa kita
harus pergi dari sini?” protes Stephanie sekali lagi seraya menahan tangan
sahabatnya.
“I’m done eating
and I wanna go now. Just enjoy your lunch and call me when you finish.” Jawab
Lily dengan sabar seraya menghempaskan tangan sahabatnya dan berjalan pergi
keluar restauran itu tanpa menoleh lagi.
JB yang
mendengarnya mengerti bahwa gadis itu sengaja tidak mau melihatnya. Dia hanya
mampu tersenyum pahit pada dirinya sendiri saat melihat gadis itu pergi dari
sana. Beberapa menit kemudian, para member GOT7 baru menyelesaikan makan mereka
dan kini mulai beranjak pergi. Stephanie pun segera menelpon sahabatnya dan
menanyakan di mana lokasinya sekarang.
Dari jauh, JB
mengamati gadis muda itu dan tanpa sadar berjalan mengikutinya. Melihat
Leadernya berjalan ke suatu tempat, otomatis para member GOT7 pun berjalan ke
sana. Minion Store. Ternyata itu tempat yang dituju Stephanie.
“Minion Store.
Dari mana Hyung tahu aku ingin kemari?” tanya Bambam dengan ceria.
“APA? Kau juga
ingin kemari?” ulang JB sambil tersenyum lucu.
“Benar. Aku ingin
membeli boneka Minion.” Jawab Bambam seraya berjalan masuk dengan penuh
semangat diikuti oleh Yugyeom yang berjalan di belakangnya.
“Mungkin ini yang
disebut takdir.” Ujar JB dalam hatinya lalu mulai melangkah masuk ke dalam.
Bambam tampak
asyik memilih-milih boneka sementara Yugyeom memilih-milih sebuah kaos
untuknya. Mark berdiri di belakang kedua Maknae sementara JB menatap ke arah
yang lain. Dia menatap ke arah seorang gadis muda yang tampak asyik memeluk
boneka Minion yang tampak lebih besar daripada yang dipegang oleh Bambam. Dia
memeluk boneka itu sambil tersenyum ceria. Melihatnya tersenyum, tanpa sadar JB
tersenyum juga.
“Andai aku bisa
menyapamu...” ujar JB dalam hatinya, yang tak bisa mendekat karena melihat ada
banyak fans di sekeliling mereka.
“Kau bagaikan bintang
yang terlihat sangat dekat tapi ternyata sangat jauh.” Lanjutnya sedih karena
hanya mampu menatap dari jauh seperti ini.
Sementara itu,
Lily yang merasa seseorang mengamatinya, tanpa sadar menoleh ke arah JB. Dia
terkejut bukan kepalang saat lagi-lagi mata mereka bertatapan. JB melempar
senyuman manis ke arahnya yang membuat Lily semakin gugup bukan kepalang.
Menyadari ada yang
aneh dengan sahabatnya, Stephanie segera menoleh ke arah yang dituju Lily,
hanya untuk melihat bahwa GOT7 sekali lagi ada di sana, hanya beberapa langkah
di depan mereka.
“Oh, Ya Tuhan.
Kita beruntung sekali. Kita bertemu GOT7 secara tak sengaja 2 kali hari ini.
Bukankah ini namanya kita berjodoh?” ujar Stephanie girang lalu segera
mengeluarkan ponselnya dan mulai memotret.
Tak nyaman
dipandangi terus seperti itu, Lily segera beranjak pergi dari sana dan menuju
kasir untuk membayar boneka yang dibelinya. Melihat gadis yang menarik
perhatiannya berjalan ke arah kasir, JB memiliki firasat bahwa gadis itu pasti
akan pergi dari sana.
Spontan JB segera
menghampiri membernya dan berkata pelan, “Aku tak nyaman terus diikuti seperti
ini. Aku akan pergi lebih dulu dari sini. Mark, kau jaga mereka. Aku pergi.”
Ujarnya pada Mark, Bambam dan Yugyeom yang hanya bengong melihat Leader mereka
berjalan pergi dari sana begitu saja.
“Apa Jae Bum
pergi?” tanya staff wanita bertubuh pendek dan agak gendut bertanya pada Mark.
“Benar. Dia bilang
dia akan pergi sekarang karena terganggu dengan Fans yang mengerumuni kami
sedari tadi.” Jawab Mark.
“Biarkan saja. Jae
Bum tak perlu diawasi. Dia bisa pergi sendiri.” Jawab si staff wanita,
membiarkan JB pergi sendiri.
Lily berjalan
meninggalkan toko itu begitu saja setelah berkata pada sahabatnya jika dia
ingin pergi ke toilet sebentar dan akan menelponnya bila sudah selesai. Pada
kenyataannya, dia hanya ingin segera pergi dari tempat itu karena tak nyaman
dengan keberadaan JB di sana. Entah sejak kapan, bagi Lily, bertemu idola
adalah hal yang sangat menakutkan.
Lily baru saja
keluar dari toilet setelah menenangkan hatinya yang gugup dan panik, saat
tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya dan menyeretnya menjauh dari
keramaian menuju sebuah gang yang sempit yang berada di tikungan. Gang sempit
itu tertutup pohon Natal yang sangat besar hingga mereka bisa bersembunyi di
dalam sana.
“Nice to meet you
again, Lily.” Ujar suara itu dengan setengah berbisik. Lily membelalakkan
matanya terkejut saat menyadari siapa orang itu.
“Aku akan
melepaskan bekapan tanganku di mulutmu jika kau janji tidak berteriak.” Ujarnya
lagi, masih berbisik. Walaupun jika seandainya mereka bicara normal pun suara
mereka takkan terdengar karena suara musik yang sangat keras yang ada di sana.
Lily mengangguk berjanji dan perlahan pria itu melepaskan bekapan tangannya.
“Apa tidak ada yang
ingin kau katakan?” tanya JB saat gadis itu ternyata hanya terdiam dan
memandang gugup ke arah lantai.
“Aku tidak tahu
harus bicara apa.” Jawab Lily lirih.
“Bagaimana jika
“Saranghae Jae Bum-ah”. Itu yang sering Fans katakan bila bertemu dengan idolanya.”
Goda JB lagi dengan senyuman sejuta dollarnya.Dia menempelkan kedua tangannya
di tembok di belakang Lily, mengurung gadis itu di tengah-tengah.
“Kalau begitu,
kalimat itu sudah tidak istimewa lagi untukmu.” Lily berdalih.
“Jawaban yang
cerdas sekali. Sepertinya kau memang gadis yang berpendidikan dan pintar.” Puji
JB lagi.
“Jika aku tidak
berpendidikan, aku tidak mungkin bekerja di Sekolah International.” Jawab Lily
singkat tapi dengan seulas senyuman.
“Bisakah kau temui
aku malam ini?” tanya JB, mengalihkan pembicaraan.
“MWO?” Lily tampak
terkejut mendengar permintaan itu.
“Kau sudah check
out dari penginapan itu, kan? Di mana kau menginap sekarang? Aku ingin bertemu
denganmu sekali lagi sebelum besok aku kembali ke Korea.” Pinta JB malu-malu,
dia tampak gugup saat mengatakannya.
“Kenapa kau ingin
bertemu denganku?” tanya Lily pelan.
“Aku tak tahu. Aku
hanya ingin melihatmu, itu saja.” Jawab JB tampak ragu, dia juga tak mengerti
alasannya.
“Terima kasih
untuk semuanya. Tapi aku harap kau tak lagi memberiku harapan yang begitu
tinggi, karena sekarang sudah saatnya aku terbangun dari mimpi.” Ujar Lily,
sekali lagi menyadari posisinya.
“Aku harus pergi.
Selamat tinggal.” Lanjutnya seraya menampik tangan JB yang mengurungnya di
dinding.
“Aku tidak bilang
kau boleh pergi.” Ujar JB, kembali menarik tangan Lily dan memeluk pinggangnya
paksa.
“JB-ssi...” Lily tampak kaget dengan reaksi JB yang begitu cepat.
“Jika kau tak mau
berjanji akan menemuiku malam ini, aku akan berteriak dan akan kukatakan pada
semua orang kalau kau mencoba merayuku dan mengancamku. Kita lihat Fans akan
percaya padamu atau padaku?” ancam JB dengan seringai nakal di wajahnya.
“JB-ssi...” ujar
Lily terkejut.
“Panggil aku Jae
Bumie...Itu terdengar lebih akrab, kan?” ujar JB masih dengan seringai
nakalnya.
“Apa maumu
sebenarnya? Bila ada yang melihat kita seperti ini, kau akan terlibat skandal.
Apa kau tidak takut karirmu akan hancur?” tanya Lily, semakin terdengar gugup.
“Aku tak peduli.
Aku hanya ingin melihatmu, sulitkah itu?” JB terdengar sama sekali tak peduli
pada yang lain.
“WHY?” tanya Lily,
terdengar tak percaya.
“Aku tak tahu.”
Jawab JB.
“Jika kau tak bisa
memberikan sebuah alasan...” Lily tak sempat melanjutkan kata-katanya karena JB
telah lebih dulu memotong kalimatnya.
“Itu adalah
kalimat yang diucapkan Shin Hye Sung di Dream High 2. Kau tak boleh mengutip
quote Korean Drama, tidak kreatif.” Potong JB, menggodanya lagi.
“Heiiii...” protes
Lily kesal.
“Mana ponselmu?” JB bertanya nekad seraya mulai merebut tas Lily yang diselempangkan
di tubuhnya.
“Hei, kau ini idol
atau pencopet?” Lily kembali memprotes kesal tapi JB tak peduli. Dia tampak
serius mencari ponsel Lily dan tersenyum bahagia saat menemukannya.
“Fotoku sebagai
wallpaper ponselnya? Kenapa bukan GOT7? Apa kau begitu menyukaiku?” goda JB
lagi seraya dengan bangga menunjukkan ponsel itu pada pemilik aslinya agar
gadis itu bisa melihat wallpaper yang dipasangnya sendiri.
“Kalau begitu
besok akan kuganti dengan Jin Young, kau puas?” ujar Lily kesal.
JB tampak tak peduli
lalu mulai mengetik-ngetik sesuatu di ponsel Lily dan tak berapa lama kemudian
JB merasakan ponselnya yang berada dalam saku celananya bergetar.
“Nomorku ada di
panggilan 1. Aku akan menelponmu nanti dan memberitahumu di mana kita bisa
bertemu. Kau harus datang atau kalau tidak...” JB sengaja memberi jeda pada
kalimatnya.
“Kalau tidak
kenapa?” tantang Lily.
“Kalau tidak, aku
yang akan datang ke hotelmu.” Ujar JB seraya mengangkat sebuah benda berbentuk
sebuah kartu elektrik yang digunakan sebagai kunci untuk membuka pintu kamar
hotel Lily.
“Font Canning
Lodge Hotel - Orchard Road Singapore, kamar nomor 601. Kau menginap di sini,
kan?” ujar JB dengan seringai kemenangan.
“Orchard Road?
Kita sama-sama menginap di Orchard Road, bukankah itu berarti kita berjodoh?
Tadi siang kita juga tak sengaja bertemu di USS. Begitu banyak kebetulan hari
ini, tidakkah menurutmu ini adalah rencana yang diatur Tuhan oleh kita?” goda
JB seraya mengayun-ayunkan kunci kamar Lily.
“Singapore begitu
kecil, bahkan lebih kecil dari Pulau Batam kami, jadi kurasa wajar jika kita
bisa bertemu di mana saja. Jika kita bisa bertemu secara tak sengaja di China,
itu baru namanya jodoh. Kenapa? Karena China memiliki luas wilayah sebesar 9,35
juta km persegi, bisa bertemu tak sengaja, aku baru percaya itu adalah takdir.”
Sangkal Lily, tak ingin berbangga diri dan bermimpi terlalu tinggi.
“Terserah apa pun
katamu. Aku tetap menganggap ini adalah takdir.” Ujar JB keras kepala.
“Oh ya, apa kau
tahu berapa denda menghilangkan kunci kamar hotel?” lanjutnya lagi. Lily hanya
cemberut kesal melihatnya.
“Aku akan memakai
kunci ini sebagai sandera agar kau mau menemuiku nanti malam.” Lanjutnya lagi.
“Itu curang!
Kembalikan!” ujar Lily kesal seraya berusaha merebut kunci yang berbentuk kartu
itu dari JB. JB mengangkat tinggi-tinggi tangannya seraya tertawa menggoda Lily
dan terus berjalan mundur agar gadis itu tak bias meraihnya.
“JB-ssi...” ujar
Lily dengan kesal.
“Jae Bumie.” JB
meralat kalimatnya dengan tersenyum nakal.
“Berjanji dulu kau
akan menemuiku.” Ujar JB lagi.
“Kau menyebalkan.” Lily tetap berusaha merebut kartu itu, dia melompat-lompat
agar bisa meraih kunci kamarnya.
“Tapi kau sangat
menyukaiku, kan?” Jawab JB percaya diri.
“Sepertinya aku
menyukai orang yang salah. Sekarang kembalikan!” Lily masih berusaha merebut
kuncinya, namun dia tak sengaja tersandung sebuah kotak kecil yang ada di bawah
sana dan jatuh mengenai JB.
Mereka berdua
terjatuh ke tanah dengan Lily ada di atas tubuh JB dan tak sengaja mencium
bibirnya. JB terdiam shock saat untuk yang kedua kalinya bibir Lily yang menis
menyentuh bibirnya hari ini. Dengan tersenyum nakal, dia segera melingkarkan
kedua lengannya di punggung gadis itu dan mengeratkan pelukannya.
Lily terbelalak
kaget saat JB bukannya melepaskan ciuman itu tapi malah mengeratkannya. Apalagi
sekarang posisi mereka jadi berbalik, dengan JB menindih tubuhnya dan bibir JB
terus mencumbu bibirnya dengan ganas.
“Hyung, apa yang
kalian lakukan?” ujar seorang pria muda tampak terkejut melihat Hyung-nya
menindih tubuh seorang gadis muda di tanah dan mereka berciuman penuh hasrat.
“Bambam, apa
yang...? OH MY GOD!” ujar suara yang lain, tampak terkejut melihat adegan
ciuman tersebut.
“Hyung, bagaimana
jika ada yang melihatnya?” tambah suara yang lain.
JB spontan melepaskan
ciumannya dan menatap ketiga membernya : Bambam, Mark dan Yugyeom berdiri di
ujung gang dengan terkejut. Lily spontan mendorong tubuh JB menjauh dari
tubuhnya dengan mengusap airmatanya.
“Terima kasih
telah membuatku tampak seperti wanita murahan.” Ujar Lily sambil menatap JB
dengan menangis lalu segera merebut kembali kunci kamarnya yang terjatuh di
tanah dan berlari dengan airmata bercucuran.
“Bisa jelaskan
pada kami apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Mark penuh tanda tanya. JB hanya
terdiam lalu memberi tanda pada mereka agar mengikutinya.
“Aku akan
menjelaskannya di dalam kamar.” Ujar JB frustasi.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar