Upppzz...Sepertinya berperang melawan Iblis adalah tugas
yang jauh lebih muda bagi Michael daripada harus berhadapan dengan seorang
wanita, benarkan? But well, suka atau tidak, Michael harus tetap melaksanakan
tugas tersebut karena itu adalah perintah dari Yang Maha Kuasa. Sanggupkah
Michael, Sang Panglima Tertinggi Bala Tentara Surgawi menyelesaikan tugas ini?
“My Personal Angel : Chapter 4”
“Dear Michael”
Roh Lily sedang berjalan tanpa arah, begitu bimbang dan
tak tahu harus berbuat apa. Dia kasihan pada ibunya yang tak bisa melihat, tapi
dia juga takut untuk kembali hidup setelah mengetahui apa yang sebenarnya.
Mereka semua membencinya, mereka semua menginginkan kematiannya. Apa gunanya
dia hidup jika hanya untuk disakiti saja? Mungkin mati jauh lebih baik,
pikirnya saat itu.
Dia sedang duduk di tengah taman Rumah Sakit saat
tiba-tiba sebuah cahaya menyilaukan menyinarinya. Roh Lily mengangkat kedua
tangannya menutupi matanya yang silau karena cahaya itu, cahaya yang seolah
sengaja diarahkan padanya. Lalu sekejap kemudian dia melihat sebuah tangga
berwarna putih yang sangat panjang, menjulang tinggi hingga ke langit.
Penasaran, Lily pun menghampiri tangga itu dan menaikinya. Selangkah demi
selangkah, hingga akhirnya dia sampai di sebuah tempat yang sangat aneh. Sebuah
tempat yang terletak diantara awan-awan putih yang indah, begitu menyilaukan,
dari jauh dia bisa melihat sebuah istana putih yang indah dan besar, tampak
banyak pepohonan tumbuh di sini, juga ada sebuah sungai dengan air yang begitu
bersih, bunga-bunga bertebaran berwarna-warni, terdengar nyanyian yang begitu
merdu, entah dari mana datangnya. Tapi yang pasti, di tempat ini dia merasakan
kedamaian.
“Tempat apa ini?” batinnya tak mengerti, seraya mengamati
sekelilingnya dengan bingung.
Tak jauh dari sana, dia melihat seorang pria berwajah
tampan yang berpakaian serba putih sedang duduk di bawah salah satu pohon di
tengah lapangan luas ini, menuliskan sesuatu di dalam sebuah buku kecil dengan
asyiknya, rambut pirangnya yang keemasan terpantul terkena cahaya matahari dan
membuatnya semakin terlihat menyilaukan, sayap putihnya yang lebar terkembang menutupi
kepalanya, seolah sengaja melindunginya dari terik sinar matahari.
Lily terkesiap. “Sayap? Apa dia seorang Malaikat? Yang
benar saja? Ini pasti hanya mimpi kan?” batinnya seraya perlahan mendekatinya.
“Tempat apa ini? Apa ini Surga?” batinnya sekali lagi,
masih tak percaya sambil mengamati keadaan di sekelilingnya. Sunyi sekali. Dan
sangat menyilaukan. Ada banyak sekali pohon, sungai, bunga-bunga yang indah,
nyanyian merdu, juga kupu-kupu dan burung-burung di sana tapi dia tak melihat
ada orang lain di sana selain pria itu.
“Apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sini?” batinnya
lagi.
“Hi, apa yang kau lakukan disini? Kau belum waktunya
mati, Nona!” sebuah suara yang lembut tapi terdengar canggung menyapanya ramah.
Lily tersadar dan melihat pria tampan berbaju putih itu sedang menatapnya penuh
tanya. Matanya yang berwarna biru langit, memancarkan sebuah kehangatan.
“Aku...Aku tidak tahu kenapa aku ada di sini. Aku hanya
menaiki sebuah tangga yang sangat panjang yang tadi terbentang di hadapanku.
Tempat apa ini? Dan siapa kau?” tanyanya bingung. Benar-benar tak mengerti sama
sekali.
“My Name is Michael. And you?” jawabnya ramah, keramahan
yang terlihat canggung, dia berusaha tersenyum semanis mungkin untuk
menghilangkan kecanggungannya, tapi sikapnya itu justru membuatnya semakin
manis. Seperti anak remaja yang malu-malu saat melihat gadis yang ditaksirnya.
Lily terkikik dalam hati, “Mungkin pria ini belum pernah
berhadapan dengan seorang wanita cantik sepertiku sebelumnya, itu sebabnya dia
terlihat salah tingkah.” Batin Lily geli dengan pikirannya sendiri dan geli
melihat sikap pria muda itu.
“Michael. Apa aku tak salah dengar? Bukankah itu nama
seorang Malaikat yang dulu pernah melempar Lucifer dari Surga ke bumi.” Batin Lily
lagi sambil mengamati pemuda tampan di hadapannya.
“Michael nama yang indah. Bukankah Michael berarti “Dia
yang seperti Tuhan”? Namamu sangat mirip dengan nama salah satu Malaikat Utama
Tuhan, The Prince Of Seraphim, The Leader of Army of God, Archangel Michael.
Kurasa sekarang aku sedang bermimpi indah, benarkan?” sahutnya sambil tertawa
canggung. Michael ikut tertawa melihat gadis itu tertawa, suara tawa yang
mungkin hanya bisa didengar dalam mimpi terindah gadis itu.
“Well, it’s actually me. Welcome to Heaven!” jawabnya
seraya tersenyum manis, lagi, dengan sikapnya yang canggung dan salah tingkah, membuat
hati Lily berdebar kencang, saat itulah dia sadar, dia pernah melihat pemuda
itu sebelumnya.
“Kau yang tadi ada di bawah jendela kamarku kan?”
tanyanya lagi, penasaran.
"Sepertinya begitu.” Jawab Michael ramah, masih kaku tapi
sudah tidak begitu canggung.
“Kau bisa melihatku?” tanya Lily skeptis seraya
memicingkan matanya curiga.
“Menurutmu bagaimana?” Michael balik bertanya iseng.
“Tunggu! Benarkah kau seorang Malaikat? Kau benar-benar
Archangel Michael yang itu? Ini benar-benar Surga?”Lily benar-benar masih sulit
percaya, dia memelototkan matanya seraya menuding pemandangan di sekitarnya.
“Wow! Banyak orang yang membenciku di dunia, kupikir itu
pasti karena aku sangat jahat. Kupikir aku akan berada di neraka, tapi ternyata
Tuhan menempatkanku di Surga. Ini hebat! Aku seperti sedang menonton film
Fantasy.” Ujar Lily sambil tersenyum senang.
“TIDAK! Siapa bilang kau akan masuk Surga? Kau belum
saatnya mati, Nona. Aku akan membawamu kembali ke dunia.” Ujar Michael, kembali
bersikap formal. Dia benar-benar bingung bagaimana menghadapi seorang wanita.
“Tapi aku tak mau hidup lagi. Mereka semua membenciku.
Mereka semua ingin aku mati. Aku tak mau kembali.” Jawab Lily menolak tegas.
“Oh ya? Dan apa kau yang putuskan semua itu? Aku tak suka
manusia sombong sepertimu. Kau pikir kau siapa? Kau hanya satu dari sekian
banyak manusia yang beruntung karena pernah bertemu denganku, Archangel
Michael. Tapi itu tidak membuatmu istimewa. Tuhan yang putuskan kau harus
bagaimana.” Jawab Michael tak senang. Gadis ini memang cantik tapi sangat
angkuh dan keras kepala, dia juga sangat aneh. Disaat semua orang berjuang
untuk tetap hidup, gadis manja ini malah menginginkan kematian.
“Kau tampan tapi sangat kasar.” Ujar Lily kesal.
“Dengar gadis manja! Kalau saja aku tidak merasa
bersalah...” Michael spontan terdiam, sedikit lagi dia hampir saja keceplosan.
“Tidak! Dia tidak boleh tahu kalau gara-gara aku dia jadi
seperti ini. Kalau dia tahu, dia akan lebih sulit diajak bekerja sama. Manusia
memang merepotkan. Kalau saja dia bukan wanita, aku sudah mengajaknya
berkelahi.” Batin Michael pasrah. Ini salahnya, ini tanggung jawabnya. Jadi
walau sepertinya gadis ini sangat sulit diajak bekerja sama, dia tidak akan
menyerah.
“Kau masih punya kesempatan untuk hidup tapi kau malah
meminta mati, apa kau tahu kalau masih banyak orang di luar sana yang berjuang
demi hidup mereka sendiri? Banyak orang di bumi ini yang lebih menderita
daripada kau, tapi mereka tetap berjuang demi hidupnya tanpa kenal menyerah.
Tapi lihat dirimu! Kau punya segalanya, tapi kau malah lebih memilih mengakhirinya?
Begitu saja? Apa kau tak pernah berpikir bahwa hidupmu adalah anugerah?” tanya
Michael kesal. Gadis ini benar-benar tak mengerti bahwa hidup itu sangatlah
berharga.
“Tuhan sudah berbaik hati menciptakanmu dan memberimu
napas kehidupan, enak saja kau tidak menghargai pemberian-Nya. Jangan jadi
seperti Lucifer, atau aku akan mengangkat pedangku dan melemparmu ke Jurang
Maut.” Ancam Michael lagi, membuat wajah Lily seketika pucat pasi.
“Hei, mana ada Malaikat yang sepertimu? Bukankah Malaikat
itu seharusnya lembut dan baik?” Lily terlihat gentar, suaranya yang tadi
sombong berubah menjadi pelan dan gemetar. Pria tampan di depannya mendadak
berubah menjadi menakutkan.
“Benar. Aku memang seperti ini. Aku bukan Gabriel atau
Raphael yang ramah, jika aku sebaik mereka, mana bisa aku bertempur melawan
Iblis? Dan kau, bahkan lebih memusingkan dari Iblis.” Jawab Michael cuek. Dia
yang awalnya berusaha bersikap ramah merasa tak bisa lagi berpura-pura. Itu
bukan dirinya. Aneh rasanya jika harus tersenyum manis, berbicara lembut dan mengucapkan
kalimat yang indah di depan seorang wanita. Rasanya canggung sekali saat harus
bersikap lembut seperti tadi. Benar-benar bukan seperti Michael si Panglima
Perang Tertinggi Bala Tentara Surgawi.
“Kalau begitu aku mau pergi. Aku tak mau bertemu dengan
Malaikat galak sepertimu. Beginikah sikap seorang Archangel?” ujar Lily kesal,
lalu berbalik pergi dan berniat mencari tangga yang tadi.
“Aku bukan hanya Archangel tapi Panglima Perang Tentara
Surgawi dan aku selalu memang dalam setiap pertempuran, jadi aku takkan biarkan
gadis manja, egois, dan keras kepala sepertimu membuat tugasku berantakan.
Tugasku adalah membawamu kembali ke bumi dan membuatmu mengerti apa arti
kehidupan yang sebenarnya.” Jawab Michael tegas dan dalam, mendadak muncul di hadapan
gadis itu dan menghalangi jalannya.
“Jadi apa yang kau inginkan dariku, Malaikat galak?”
tantang Lily dengan berani, menatap tajam mata Michael yang sebiru langit yang
cerah.
“Galak tapi sangat tampan, benarkan?” goda Michael,
membuat Lily seketika merona dan memalingkan wajahnya jengah.
“Siapa bilang kau tampan?” sangkal Lily salah tingkah.
“Aku Malaikat. Aku tahu apa yang kau pikirkan.” Jawab
Michael singkat dan tegas, dengan gayanya yang mengintimidasi yang biasanya
sukses membuat lawannya gentar.
“Lalu apa maumu sekarang?” tanya Lily mulai tak nyaman
dengan gaya mengintimidasi Michael.
“Kau bilang hidupmu menderita kan? Sekarang aku akan
tunjukkan padamu apa arti penderitaan yang sebenarnya. Kematian ayahmu, Ibumu
yang buta dan pengkhianatan tunangan dan sahabatmu bukanlah apa-apa dibanding
penderitaan mereka. Ikut aku! Gadis manja sepertimu sekali-kali harus melihat
arti penderitaan yang sesungguhnya.” Ujar Michael seraya menarik tangan Lily
dan mencengkeramnya erat lalu membawanya terbang bersamanya.
“Hei, kau mau bawa aku ke mana?” Lily terlihat takut saat
Michael mendekapnya dalam pelukannya dan mengajaknya terbang bersama, tapi
dalam hati, ada sebuah perasaan aneh yang menerobos masuk hatinya. Sebuah
perasaan hangat, aman, terlindungi, dan nyaman mendadak memenuhi hatinya yang
tadinya terasa dingin. Dengan hati berdebar kencang, sesekali dia melirik
Michael yang tampak serius saat sedang terbang, merasakan pelukan hangat
lengannya yang kokoh dan terbang bersamanya menembus awan putih yang indah,
terbang luas mengelilingi angkasa.
“Malaikatku...Andai saja aku bisa selamanya seperti ini,
berada dalam dekapan sayapmu yang hangat, walau harus menderita di neraka
karena perasaanku yang lancang, aku tidak keberatan.” Batin Lily, seraya
menatap wajah tampan Michael yang terlihat sangat serius saat sedang terbang.
To Be Continued...