Minggu, 28 Februari 2016

My Personal Angel : Chapter 2



My Handsome Angel, Michael... Entah kenapa setahun yang lalu tiba-tiba ingin membuat karakter utama seorang Malaikat. Mungkin karena sebelumnya saya pernah membuat karakter utama Malaikat Yang Terbuang kale ya? Jadi agak gak adil gitu kalau yang dijadikan tokoh hanya Lucifer yang notabene-nya Malaikat Yang Terbuang, jadi kali ini, saya ingin menjadikan musuh utama Lucifer, yaitu Michael, seseorang yang telah mengusir Lucifer dari Surga dulu, menjadi tokoh utama juga... Once again, jangan lupa kalau ini “HANYA FIKSI BELAKA”...

“My Personal Angel : Chapter 2”


“I’m Sorry, Lily!”

Seorang gadis muda berambut pirang dan bermata biru terang menatap marah layar laptopnya saat dia melihat tunangannya sedang berpelukan dan berciuman mesra dengan sahabatnya sendiri di belakang punggungnya. Dia sudah lama menyadari hal ini, tapi perselingkuhan adalah tuduhan yang berat dan sebelum ada bukti yang kuat, dia tidak bisa sembarangan menuduh orang, itu sebabnya dia membayar detektif untuk menyelidiki mereka berdua dan inilah hasil yang didapatkannya. Marah, kesal, kecewa, sedih bercampur aduk dalam hatinya.

“Gadis bodoh itu mudah sekali jatuh dalam perangkap. Hanya sedikit rayuan dia langsung menandatangani surat pengangkatanmu menjadi Direktur perusahaan. Kurasa dia benar-benar menyukaimu. Lihatlah! Apapun yang kau minta langsung dia berikan. Apartment mewah, uang, mobil, bahkan jabatan Presdir di perusahaannya. Tinggal selangkah lagi. Setelah kita mengambil alih seluruh hartanya, kita bisa membunuhnya dan juga ibunya yang buta itu dan setelah itu tak ada lagi yang bisa menghalangi kita.” Ujar seorang wanita muda berambut merah dengan jahatnya.

“Crystal, aku tak menyangka kau sejahat itu. Aku tak punya saudara dan kau sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri, teganya kau menusukku dari belakang? Dan kau Ethan, aku mencintaimu sepenuh hati, tapi ternyata kau hanya menginginkan hartaku. Kalian ingin membunuhku? Tidak jika kubunuh kalian lebih dulu.” Batinnya marah.

Dalam sekejap, semua rasa cinta dan sayangnya pada orang yang sudah dianggap sahabat dan tunangannya berbalik menjadi benci. Dia segera mencabut flashdisk itu dari laptopnya dan meninggalkan kediamannya dengan marah. Dengan kecepatan tinggi dia memacu mobil sedan mewahnya di jalanan San Fransisco yang lengang. Atau setidaknya dia pikir lengang.  

Gadis itu ingin segera menemui mereka dan menunjukkan bukti itu di depan mata mereka, lalu berencana mengirim mereka berdua ke penjara. Kemarahan telah membuatnya menjadi gegabah, terlalu gegabah hingga dia tidak berpikir panjang. Pikirannya terlalu terpusat pada pengkhianatan yang dilakukan oleh dua orang terdekat dalam hidupnya hingga dia tidak melihat saat tiba-tiba sesuatu atau seseorang terjatuh dari langit hanya beberapa meter di depannya. Tak sempat menghindar, gadis itu menabrak sesuatu atau seseorang itu lalu setelah itu mobilnya terguling hingga menabrak pembatas jalan dan meledak.

“Oocchh...Pendaratan yang buruk, Michael. What’s wrong with you?” gumam Michael kesal pada dirinya sendiri saat dia terjatuh dengan keras dari langit dan terhempas di jalanan San Fransisco yang lengang. Michael baru saja berniat berdiri saat tiba-tiba sebuah mobil sedan merah melesat ke arahnya dan menabraknya hingga terpental.

“Ouuchh! Sial sekali aku!” sekali lagi Michael mengerang kesakitan saat tubuhnya menghantam lampu penerang jalan dengan keras setelah mobil itu menabraknya dengan kencang. Mungkin jika dia manusia biasa, dia langsung menemui ajal saat itu juga. Michael segera berdiri dengan cepat dan menyembunyikan sayapnya cepat-cepat sebelum ada yang melihatnya. Dia baru saja akan mencari mobil yang menabraknya saat tiba-tiba dia melihat api berkobar menyala tak jauh di depannya, mobil sedan merah yang dicarinya itu telah terbalik dan meledak.

“Oh tidak! Apa yang sudah kulakukan? Dia tidak boleh mati! Dia tidak boleh mati! Aku kemari ingin menolong orang bukan untuk menghilangkan nyawa orang.” Michael berseru panik. Dia segera berlari secepat mungkin ke arah mobil yang terbakar itu lalu dengan memakai kekuatannya dia mencoba memadamkan api itu.

“Tak ada waktu. Jika aku memanggil ambulance dan menunggu ambulance itu tiba di sini, gadis ini sudah lebih dulu mati. Lebih baik aku membawanya terbang bersamaku.” Batin Michael saat melihat napas dan detak jantungnya semakin lemah, saat gadis itu sudah berhasil dia keluarkan dari dalam mobilnya. Dia segera menggendong gadis itu dalam pelukannya dan membawanya terbang ke atas, tanpa dia sadari ada seseorang yang tak sengaja merekam kejadian itu.

“Seorang malaikat telah menyelamatkan seorang gadis dari dalam mobilnya yang terbakar. Benarkah yang kulihat ini?” ujar orang itu dalam hati saat melihat Michael terbang ke atas dan menghilang dengan cepat. Untung saja kamera itu tidak  merekam wajahnya dan hanya bagian punggungnya saja.

=========

Seorang gadis muda terbaring di ruang ICU dengan tubuh penuh luka dan berbagai selang dipasang di seluruh tubuhnya, berjuang diantara hidup dan mati, wajahnya terlihat sangat pucat dan jantungnya berdetak lemah. Koma. Kecelakaan tragis itu telah membuatnya menjadi koma.

“Aku harap dia segera mati. Ini bagus sekali kan? Sepertinya Tuhan memang ingin membantu kita.” Ujar seorang gadis berambut merah seraya menatap sinis gadis yang terbaring koma di ranjang. Tanpa disadarinya sesosok makhluk transparan sedang memandangnya dengan sedih.

“Kupikir kita berteman. Tak kusangka kau sangat jahat. Apa yang sudah kulakukan padamu hingga kau begitu membenciku, Crystal? APA? Aku sudah bersikap baik padamu selama ini kan? Kenapa kau malah menginginkan kematianku? Inikah yang kau inginkan?” sosok transparan itu berseru sambil menangis. Hatinya sangat sakit. Dia sungguh tak percaya sahabatnya sendiri tega bicara seperti itu.

“Aku tak mau hidup lagi. Ayah, bawa aku bersamamu sekarang. Aku ingin ada di Surga bersamamu. Sejak kau pergi, aku merasa hidupku tak ada artinya lagi. Mereka semua membenciku. Mereka semua menginginkan kematianku. Lalu untuk apa lagi aku hidup? UNTUK APA?” isaknya makin keras, airmata turun semakin deras di pipinya yang putih mulus, tapi tentu saja tak ada seorang pun yang bisa mendengarnya. Tidak ada. Kecuali satu orang yang hanya bisa menatap iba dengan penuh rasa bersalah. Menatap dari balik tiang penyangga Rumah Sakit itu.

“I’m Sorry Lily. Aku akan menebus semua kesalahanku. Aku akan membuatmu kembali memiliki semangat hidup. Akan kutunjukkan padamu apa arti kehidupan yang sebenarnya.” Batinnya bertekad.

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar