My Handsome Angel, Michael... Entah kenapa setahun yang
lalu tiba-tiba ingin membuat karakter utama seorang Malaikat. Mungkin karena
sebelumnya saya pernah membuat karakter utama Malaikat Yang Terbuang kale ya? Jadi
agak gak adil gitu kalau yang dijadikan tokoh hanya Lucifer yang notabene-nya
Malaikat Yang Terbuang, jadi kali ini, saya ingin menjadikan musuh utama
Lucifer, yaitu Michael, seseorang yang telah mengusir Lucifer dari Surga dulu,
menjadi tokoh utama juga... Once again, jangan lupa kalau ini “HANYA FIKSI
BELAKA”...
“My Personal Angel : Chapter 2”
“I’m Sorry, Lily!”
Seorang gadis muda berambut pirang dan bermata biru
terang menatap marah layar laptopnya saat dia melihat tunangannya sedang
berpelukan dan berciuman mesra dengan sahabatnya sendiri di belakang
punggungnya. Dia sudah lama menyadari hal ini, tapi perselingkuhan adalah
tuduhan yang berat dan sebelum ada bukti yang kuat, dia tidak bisa sembarangan
menuduh orang, itu sebabnya dia membayar detektif untuk menyelidiki mereka
berdua dan inilah hasil yang didapatkannya. Marah, kesal, kecewa, sedih
bercampur aduk dalam hatinya.
“Gadis bodoh itu mudah sekali jatuh dalam perangkap.
Hanya sedikit rayuan dia langsung menandatangani surat pengangkatanmu menjadi
Direktur perusahaan. Kurasa dia benar-benar menyukaimu. Lihatlah! Apapun yang
kau minta langsung dia berikan. Apartment mewah, uang, mobil, bahkan jabatan
Presdir di perusahaannya. Tinggal selangkah lagi. Setelah kita mengambil alih
seluruh hartanya, kita bisa membunuhnya dan juga ibunya yang buta itu dan
setelah itu tak ada lagi yang bisa menghalangi kita.” Ujar seorang wanita muda
berambut merah dengan jahatnya.
“Crystal, aku tak menyangka kau sejahat itu. Aku tak
punya saudara dan kau sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri, teganya kau
menusukku dari belakang? Dan kau Ethan, aku mencintaimu sepenuh hati, tapi ternyata
kau hanya menginginkan hartaku. Kalian ingin membunuhku? Tidak jika kubunuh
kalian lebih dulu.” Batinnya marah.
Dalam sekejap, semua rasa cinta dan sayangnya pada orang
yang sudah dianggap sahabat dan tunangannya berbalik menjadi benci. Dia segera
mencabut flashdisk itu dari laptopnya dan meninggalkan kediamannya dengan
marah. Dengan kecepatan tinggi dia memacu mobil sedan mewahnya di jalanan San Fransisco
yang lengang. Atau setidaknya dia pikir lengang.
Gadis itu ingin segera menemui mereka dan menunjukkan
bukti itu di depan mata mereka, lalu berencana mengirim mereka berdua ke
penjara. Kemarahan telah membuatnya menjadi gegabah, terlalu gegabah hingga dia
tidak berpikir panjang. Pikirannya terlalu terpusat pada pengkhianatan yang
dilakukan oleh dua orang terdekat dalam hidupnya hingga dia tidak melihat saat
tiba-tiba sesuatu atau seseorang terjatuh dari langit hanya beberapa meter di
depannya. Tak sempat menghindar, gadis itu menabrak sesuatu atau seseorang itu
lalu setelah itu mobilnya terguling hingga menabrak pembatas jalan dan meledak.
“Oocchh...Pendaratan yang buruk, Michael. What’s wrong
with you?” gumam Michael kesal pada dirinya sendiri saat dia terjatuh dengan
keras dari langit dan terhempas di jalanan San Fransisco yang lengang. Michael
baru saja berniat berdiri saat tiba-tiba sebuah mobil sedan merah melesat ke arahnya
dan menabraknya hingga terpental.
“Ouuchh! Sial sekali aku!” sekali lagi Michael mengerang
kesakitan saat tubuhnya menghantam lampu penerang jalan dengan keras setelah
mobil itu menabraknya dengan kencang. Mungkin jika dia manusia biasa, dia
langsung menemui ajal saat itu juga. Michael segera berdiri dengan cepat dan
menyembunyikan sayapnya cepat-cepat sebelum ada yang melihatnya. Dia baru saja
akan mencari mobil yang menabraknya saat tiba-tiba dia melihat api berkobar
menyala tak jauh di depannya, mobil sedan merah yang dicarinya itu telah
terbalik dan meledak.
“Oh tidak! Apa yang sudah kulakukan? Dia tidak boleh
mati! Dia tidak boleh mati! Aku kemari ingin menolong orang bukan untuk
menghilangkan nyawa orang.” Michael berseru panik. Dia segera berlari secepat
mungkin ke arah mobil yang terbakar itu lalu dengan memakai kekuatannya dia
mencoba memadamkan api itu.
“Tak ada waktu. Jika aku memanggil ambulance dan menunggu
ambulance itu tiba di sini, gadis ini sudah lebih dulu mati. Lebih baik aku
membawanya terbang bersamaku.” Batin Michael saat melihat napas dan detak
jantungnya semakin lemah, saat gadis itu sudah berhasil dia keluarkan dari
dalam mobilnya. Dia segera menggendong gadis itu dalam pelukannya dan
membawanya terbang ke atas, tanpa dia sadari ada seseorang yang tak sengaja
merekam kejadian itu.
“Seorang malaikat telah menyelamatkan seorang gadis dari
dalam mobilnya yang terbakar. Benarkah yang kulihat ini?” ujar orang itu dalam
hati saat melihat Michael terbang ke atas dan menghilang dengan cepat. Untung
saja kamera itu tidak merekam wajahnya
dan hanya bagian punggungnya saja.
=========
Seorang gadis muda terbaring di ruang ICU dengan tubuh
penuh luka dan berbagai selang dipasang di seluruh tubuhnya, berjuang diantara
hidup dan mati, wajahnya terlihat sangat pucat dan jantungnya berdetak lemah.
Koma. Kecelakaan tragis itu telah membuatnya menjadi koma.
“Aku harap dia segera mati. Ini bagus sekali kan? Sepertinya
Tuhan memang ingin membantu kita.” Ujar seorang gadis berambut merah seraya
menatap sinis gadis yang terbaring koma di ranjang. Tanpa disadarinya sesosok
makhluk transparan sedang memandangnya dengan sedih.
“Kupikir kita berteman. Tak kusangka kau sangat jahat.
Apa yang sudah kulakukan padamu hingga kau begitu membenciku, Crystal? APA? Aku
sudah bersikap baik padamu selama ini kan? Kenapa kau malah menginginkan
kematianku? Inikah yang kau inginkan?” sosok transparan itu berseru sambil
menangis. Hatinya sangat sakit. Dia sungguh tak percaya sahabatnya sendiri tega
bicara seperti itu.
“Aku tak mau hidup lagi. Ayah, bawa aku bersamamu
sekarang. Aku ingin ada di Surga bersamamu. Sejak kau pergi, aku merasa hidupku
tak ada artinya lagi. Mereka semua membenciku. Mereka semua menginginkan
kematianku. Lalu untuk apa lagi aku hidup? UNTUK APA?” isaknya makin keras, airmata
turun semakin deras di pipinya yang putih mulus, tapi tentu saja tak ada
seorang pun yang bisa mendengarnya. Tidak ada. Kecuali satu orang yang hanya
bisa menatap iba dengan penuh rasa bersalah. Menatap dari balik tiang penyangga
Rumah Sakit itu.
“I’m Sorry Lily. Aku akan menebus semua kesalahanku. Aku
akan membuatmu kembali memiliki semangat hidup. Akan kutunjukkan padamu apa
arti kehidupan yang sebenarnya.” Batinnya bertekad.
To Be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar