Sabtu, 20 Agustus 2016

Shooting Star : Chapter 1 [Dream High 2 Fanfiction]

Still with Dream High 2 Fanfiction. Special for JB - Hye Sung Shipper. Let's the story continued... Tapi maaf sekali lagi, karena penulis hanya bisa memposting 4 Chapter saja dalam blog ini. Ingin membaca lebih lanjut, silakan buat akun wattpad dan jangan lupa FOLLOW penulis ya, karena cerita ini DIKUNCI dan HANYA BISA DIBACA OLEH FOLLOWER hehehe =) Oh ya, nanti di episode pertengahan akan hadir semua member GOT7 termasuk JB yang akan memainkan Double Casting sebagai JB di Dream High 2 dan Jae Bum, Leader GOT7. Begitu juga dengan Mark dan JinYoung (Junior) yang akan memainkan peran ganda... So for IGOT7 atau Ahgase, pastikan tidak melewatkan kisah yang satu ini. Ditunggu di Wattpad loh hehehe =)

“Shooting Star : Chapter 1 [Dream High 2 Fanfiction]“




“Chapter 1 : Reunion”


“Ui Bong, Lee Seul, apa kalian melihat Shin Hye Sung?” tanya seorang pria muda berusia dua puluh enam tahunan pada mantan teman sekelasnya, Ui Bong dan Lee Seul yang tak sengaja ditemuinya saat dia sedang mencari Hye Sung. Entah ini sudah ke berapa kalinya dia menanyakan pertanyaan yang sama dan tak ada seorangpun yang tahu jawabannya.

“Entahlah. Mungkin dia sudah pergi ke tempat reuni,” jawab Ui Bong seraya melirik kekasihnya yang berdiri di sampingnya.

"Hei JB, apa kalian berdua sudah baikan?” Lee Seul balik bertanya dengan penuh selidik. 
JB hanya mengangkat bahunya seraya tersenyum canggung, ini juga entah sudah ke berapa kalinya dia mendengar pertanyaan yang sama ditujukan padanya.

“Hei Lee Seul, jika mereka sudah baikan, JB tak mungkin kebingungan mencarinya seperti ini kan?” ujar Ui Bong terdengar masuk akal.

“Baiklah. Selamat mencari. Jika kau bertemu dengannya, jangan lupa ajak Hye Sung ke tempat reuni. Kau tahu di mana kan?” tanya Lee Seul. JB hanya mengangguk tanpa kata.

“Ya, semoga aku bisa menemukannya,” jawab JB pasrah. 
“Kau harus menemukannya. Jika kau gagal menemukannya, siapa tahu besok dia sudah kembali ke Amerika,” jawab Lee Seul, sengaja ingin melihat reaksi JB.

JB membeku mendengarnya. Amerika. Dia sangat benci mendengar kata itu. Baru hari ini dia kembali melihat Hye Sung setelah gadis itu meninggalkannya selama 8 tahun. 8 tahun, itu angka yang tidak main-main. Selama 8 tahun, JB selalu menjaga hatinya untuk Hye Sung. Dia tetap setia mencintainya, menunggunya, dan tidak membiarkan wanita manapun mendekatinya, tidak juga si “Putri” Sombong, Rian.

JB bersabar menunggu Hye Sung kembali dan menanyakan alasan kenapa Hye Sung meninggalkannya saat itu, dan sekarang saat mereka bertemu kembali, mana boleh Hye Sung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata padanya. Saat mereka bertemu di atas panggung acara Drama Musikal, mereka hanya bertatapan tanpa kata. Sisa acara, Hye Sung selalu mencoba menghindarinya. Seperti sekarang, saat semuanya telah selesai, Hye Sung menghilang tanpa jejak.

Melihat JB yang terdiam dengan wajah pucat, Lee Seul bisa menebak bahwa JB sangat sedih dan tak rela melihat Hye Sung kembali ke Amerika. 
“Kau masih mencintainya kan?” tanya Lee Seul, tak perlu menunggu JB menjawab pertanyaan itu, mereka sudah bisa melihatnya dengan jelas.

“Cepat pergi dan kejarlah kembali cintamu! Jangan jadi orang bodoh dengan berdiri terpaku di situ. Jika kau tidak bisa menemukannya di sekolah ini, carilah di tempat lain. Obrak-abriklah seluruh Seoul jika itu memang perlu. Dasar bodoh! Jika aku jadi kau, aku pasti sudah menyusul Shin Hye Sung ke Amerika sejak lama. Ciiihh...JB, kau memang payah!” cibir Lee Seul walau dalam kata-katanya masih terdengar seruan semangat.

JB hanya melihat mantan teman sekelasnya dan menyadari jika dia benar. 
“Kau benar. Aku memang bodoh. Terima kasih sudah menyadarkan aku. Aku tidak akan melepaskan Hye Sung lagi kali ini,” sumpah JB penuh tekad.

Saat akan berbalik, dia tak sengaja bertemu dengan Soon Dong, mantan teman sekamar Hye Sung. JB berhenti sejenak dan kembali memberikan pertanyaan yang sama, “Apa kau melihat Shin Hye Sung?” tanyanya penuh harap, karena sedari tadi dia melihat Soon Dong-lah, orang selain Jin Yoo Jin yang bicara akrab dengan ‘kekasihnya’.

“Dia bilang dia akan kembali ke hotel untuk berkemas.” Jawab Soon Dong. Bravo. JB tahu Soon Dong pasti tahu sesuatu.

“Berkemas? Apa maksudnya?” tanya JB dengan suara gemetar. 
“Besok pagi pukul 07.00 dia akan kembali ke Amerika. Hye Sung berpesan besok pagi aku harus mengambil sesuatu yang dia tinggalkan untuk kita di resepsionis. Tapi aku tidak tahu apa itu,” jawab Soon Dong dengan jujur.

“Sesuatu untuk kita?” Lee Seul tampak penasaran lalu mendekati JB dan Soon Dong. Di belakangnya, Ui Bong ikut berjalan mendekatinya.

“Benar. Dia bilang dia meninggalkan sesuatu untuk kita, mungkin oleh-oleh dari Amerika,” jawab Soon Dong dengan polosnya.
“Paling juga hanya sebuah apel. Bukankah Shin Hye Sung dulu suka sekali memberikan apel untuk kita?” jawab Lee Seul skeptis.

“Bukankah apel masih lebih baik daripada hanya sebuah surat? Setidaknya apel masih bisa dimakan,” bantah Ui Bong.
“Yang ada dalam pikiranmu hanyalah makan saja,” omel Lee Seul. 

Mendengar kata surat, JB terdiam. Dia ingat 8 tahun yang lalu, Hye Sung juga hanya meninggalkan sebuah surat untuknya sebelum dia berangkat ke Amerika. Apakah kali ini sejarah akan terulang? Tidak. JB tak mau itu terulang lagi.

“Kau tahu hotel di mana dia menginap?” tanya JB tanpa basa-basi. 
“Tapi aku sudah berjanji tidak akan memberitahu siapapun, tidak juga kau ataupun Jin Yoo Jin,” jawab Soon Dong, tampak bingung.

“Aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan, kecuali meminta meminta aku mencintaimu, asalkan kau bisa memberitahuku di hotel mana Hye Sung menginap,” JB menawarkan apa pun pada gadis itu hanya untuk mengetahui nama hotel Hye Sung menginap.

“Ciih...Jangan terlalu memandang tinggi dirimu, siapa bilang aku menyukaimu? Kenapa aku harus memintamu mencintaiku? Lucu sekali. Aku hanya minta kau buatkan album untukku. Kau seorang Produser musik kan?” jawab Soon Dong memberi penawaran. JB menarik napas kesal, dengan suara seperti Soon Dong, yang ada dia hanya rugi besar karena albumnya pasti tidak akan laku di pasar.

“Baiklah. Akan kupertimbangkan,” jawab JB berat hati.
“Tidak boleh dipertimbangkan. Kau ingin bertemu Hye Sung kan? Kesempatan hanya datang sekali saja. Besok pagi, Hye Sung akan kembali ke Amerika.” Ujar Soon Dong dengan nada mengintimidasi.

“Baiklah. Tapi hanya jika aku berhasil bertemu dengan Hye Sung. Dan jika albummu tidak laku. Maka jangan salahkan aku. Aku akan memproduksinya untuk sekali ini saja. Sekarang katakan di mana hotelnya?” jawab JB terpaksa. Soon Dong tersenyum menang lalu mengeluarkan sebuah kertas yang berisi alamat hotel itu dan memberikannya pada JB.

“Semoga berhasil, Tuan Produser dan jangan lupakan albumku,” teriak Soon Dong lantang. Sementara Lee Seul dan Ui Bong hanya menggelengkan kepala mereka dengan pasrah.
“Dia pintar sekali memanfaatkan kesempatan,” sindir Lee Seul sebelum pergi dari sana.

=== 

Seorang wanita muda berusia sekitar dua puluh enam tahunan berjalan masuk ke sebuah hotel mewah di kota Seoul seraya menjinjing sebuah kotak berukuran sedang dengan kedua tangannya. Dengan anggun dia berjalan menghampiri meja resepsionis seraya menyerahkan kotak itu pada seorang resepsionis yang berjaga di sana.

“Boleh aku meminta tolong?” tanyanya sopan. 
“Apa yang bisa saya bantu, Nona Shin Hye Sung?” tanya si resepsionis dengan ramah. 
“Tolong bantu aku menyimpan kotak ini hingga seseorang bersama Soon Dong datang mengambilnya besok pagi. Tapi ingat, kau harus memberikan kotak ini padanya setelah aku check out dari hotel ini,” pinta wanita muda itu pada si resepsionis.

“Tentu saja, Nona Shin Hye Sung. Anda adalah tamu VIP kami, keinginan Anda akan menjadi perintah bagi kami,” jawab si resepsionis dengan senyuman. Hye Sung tersenyum dan mengucapkan terima kasih, saat dia merogoh tas kecilnya untuk mengambil tip, saat itulah dia menyadari sesuatu hilang dari dalam tasnya.

“Tidak. Mana sumpitku?” ujarnya dalam hati, panik. Hye Sung seraya mengangkat tasnya ke meja resepsionis dan memeriksanya dengan teliti. Tak ada. Sumpit pusaka yang selalu dibawanya ke mana-mana kini menghilang entah ke mana. Hati Hye Sung menjerit sakit, itu bukan sumpit biasa. Itu adalah sumpit kenangan mereka.

Sumpit itu JB yang memberikannya, sepasang dengan sendok yang ada di tangan JB. Mereka membeli sumpit dan sendok itu di pasar saat kencan pertama mereka 8 tahun yang lalu. Bagi Hye Sung, sumpit itu adalah sumpit pusaka. Tak pernah sekalipun dia makan tanpa menggunakan sumpit itu. Saat sedang sedih dan merindukan JB pun, Hye Sung memeluk sumpit itu dengan erat seolah sumpit itu adalah JB. Bagi Hye Sung, sumpit itu adalah separuh jiwanya. Dia harus menemukannya bagaimanapun caranya.

“Sumpit dan sendok harus selalu berpasangan. Aku ingin kita bisa seperti sumpit dan sendok ini, selamanya bersama, tidak berpisah kecuali maut yang memisahkan kita. Aku ambil sendoknya dan kau bawa sumpitnya,” kenang Hye Sung pada ucapan JB 8 tahun yang lalu.

“Nona, apa ada yang hilang?” tanya si resepsionis saat melihat Hye Sung memeriksa tasnya dengan panik.

“Benar. Aku menjatuhkan sumpitku. Aku ingin cleaning service membersihkan kamarku sekarang, bantu aku menemukannya,” pinta Hye Sung yang segera dilaksanakan oleh pihak hotel. Tak perlu waktu lama bagi Hye Sung untuk melihat para Cleaning Service itu mencari ke semua celah kamar itu. Tapi sumpit itu tidak ditemukan di kamar ini.

“Maaf Nona, kami sudah mencari ke semua sudut ruangan tapi kami tak menemukan apa-apa. Mungkinkah sumpit itu jatuh di luar hotel, Nona?” tanya si Manajer yang bertanggung jawab atas masalah kebersihan hotel.

Hye Sung terduduk lemas di ranjangnya dan berusaha mengingat saat dia teringat kejadian tadi siang, ketika salah satu adik kelasnya di SMU Kirin tak sengaja menabraknya hingga tasnya terjatuh. Mungkinkah saat itu....?

“Sekolah. Apa mungkin di Sekolah?" Hye Sung bertanya pada dirinya sendiri. 
“Maaf?” tanya Si Manajer bingung, Hye Sung seraya menggeleng pelan. 
“Bukan apa-apa. Kalian boleh pergi. Terima kasih. Sepertinya aku memang menjatuhkannya di tempat lain,” jawab Hye Sung.

“Tolong bereskan kamar ini. Aku akan mencoba mencarinya di tempat lain,” perintah Hye Sung pada mereka lalu meraih tasnya dan bergegas pergi mencari sumpit kesayangannya.

Saat Hye Sung berlari keluar dari hotel itu dan berjalan masuk ke dalam taksi, di saat yang bersamaan, JB tiba di hotel itu. Takdir seolah mempermainkan mereka sekali lagi saat yang satu pergi dan yang lain tiba di sini.

To be Continued...

 Kelanjutan kisahnya bisa dibaca di : Shooting Star [Dream High 2 Fanfiction - JB GOT7] Wattpad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar