Still with Dream High 2 Fanfiction. Special for JB - Hye Sung Shipper. Let's the story continued... Tapi maaf sekali lagi, karena penulis hanya bisa memposting 4 Chapter saja dalam blog ini. Ingin membaca lebih lanjut, silakan buat akun wattpad dan jangan lupa FOLLOW penulis ya, karena cerita ini DIKUNCI dan HANYA BISA DIBACA OLEH FOLLOWER hehehe =) Oh ya, nanti di episode pertengahan akan hadir semua member GOT7 termasuk JB yang akan memainkan Double Casting sebagai JB di Dream High 2 dan Jae Bum, Leader GOT7. Begitu juga dengan Mark dan JinYoung (Junior) yang akan memainkan peran ganda... So for IGOT7 atau Ahgase, pastikan tidak melewatkan kisah yang satu ini. Ditunggu di Wattpad loh hehehe =)
“Shooting Star
: Chapter 1 [Dream High 2 Fanfiction]“
“Chapter 1 : Reunion”
“Ui Bong, Lee
Seul, apa kalian melihat Shin Hye Sung?” tanya seorang pria muda berusia dua
puluh enam tahunan pada mantan teman sekelasnya, Ui Bong dan Lee Seul yang tak
sengaja ditemuinya saat dia sedang mencari Hye Sung. Entah ini sudah ke berapa
kalinya dia menanyakan pertanyaan yang sama dan tak ada seorangpun yang tahu
jawabannya.
“Entahlah.
Mungkin dia sudah pergi ke tempat reuni,” jawab Ui Bong seraya melirik
kekasihnya yang berdiri di sampingnya.
"Hei JB, apa
kalian berdua sudah baikan?” Lee Seul balik bertanya dengan penuh selidik.
JB hanya
mengangkat bahunya seraya tersenyum canggung, ini juga entah sudah ke berapa
kalinya dia mendengar pertanyaan yang sama ditujukan padanya.
“Hei Lee Seul,
jika mereka sudah baikan, JB tak mungkin kebingungan mencarinya seperti ini
kan?” ujar Ui Bong terdengar masuk akal.
“Baiklah.
Selamat mencari. Jika kau bertemu dengannya, jangan lupa ajak Hye Sung ke
tempat reuni. Kau tahu di mana kan?” tanya Lee Seul. JB hanya mengangguk tanpa
kata.
“Ya, semoga aku
bisa menemukannya,” jawab JB pasrah.
“Kau harus
menemukannya. Jika kau gagal menemukannya, siapa tahu besok dia sudah kembali
ke Amerika,” jawab Lee Seul, sengaja ingin melihat reaksi JB.
JB membeku
mendengarnya. Amerika. Dia sangat benci mendengar kata itu. Baru hari ini dia
kembali melihat Hye Sung setelah gadis itu meninggalkannya selama 8 tahun. 8
tahun, itu angka yang tidak main-main. Selama 8 tahun, JB selalu menjaga
hatinya untuk Hye Sung. Dia tetap setia mencintainya, menunggunya, dan tidak
membiarkan wanita manapun mendekatinya, tidak juga si “Putri” Sombong, Rian.
JB bersabar
menunggu Hye Sung kembali dan menanyakan alasan kenapa Hye Sung meninggalkannya
saat itu, dan sekarang saat mereka bertemu kembali, mana boleh Hye Sung pergi
begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata padanya. Saat mereka bertemu di atas
panggung acara Drama Musikal, mereka hanya bertatapan tanpa kata. Sisa acara, Hye
Sung selalu mencoba menghindarinya. Seperti sekarang, saat semuanya telah
selesai, Hye Sung menghilang tanpa jejak.
Melihat JB yang
terdiam dengan wajah pucat, Lee Seul bisa menebak bahwa JB sangat sedih dan tak
rela melihat Hye Sung kembali ke Amerika.
“Kau masih
mencintainya kan?” tanya Lee Seul, tak perlu menunggu JB menjawab pertanyaan
itu, mereka sudah bisa melihatnya dengan jelas.
“Cepat pergi
dan kejarlah kembali cintamu! Jangan jadi orang bodoh dengan berdiri terpaku di
situ. Jika kau tidak bisa menemukannya di sekolah ini, carilah di tempat lain.
Obrak-abriklah seluruh Seoul jika itu memang perlu. Dasar bodoh! Jika aku jadi
kau, aku pasti sudah menyusul Shin Hye Sung ke Amerika sejak lama. Ciiihh...JB,
kau memang payah!” cibir Lee Seul walau dalam kata-katanya masih terdengar
seruan semangat.
JB hanya
melihat mantan teman sekelasnya dan menyadari jika dia benar.
“Kau benar. Aku
memang bodoh. Terima kasih sudah menyadarkan aku. Aku tidak akan melepaskan Hye
Sung lagi kali ini,” sumpah JB penuh tekad.
Saat akan
berbalik, dia tak sengaja bertemu dengan Soon Dong, mantan teman sekamar Hye
Sung. JB berhenti sejenak dan kembali memberikan pertanyaan yang sama, “Apa kau
melihat Shin Hye Sung?” tanyanya penuh harap, karena sedari tadi dia melihat
Soon Dong-lah, orang selain Jin Yoo Jin yang bicara akrab dengan ‘kekasihnya’.
“Dia bilang dia
akan kembali ke hotel untuk berkemas.” Jawab Soon Dong. Bravo. JB tahu Soon
Dong pasti tahu sesuatu.
“Berkemas? Apa
maksudnya?” tanya JB dengan suara gemetar.
“Besok pagi
pukul 07.00 dia akan kembali ke Amerika. Hye Sung berpesan besok pagi aku harus
mengambil sesuatu yang dia tinggalkan untuk kita di resepsionis. Tapi aku tidak
tahu apa itu,” jawab Soon Dong dengan jujur.
“Sesuatu untuk
kita?” Lee Seul tampak penasaran lalu mendekati JB dan Soon Dong. Di
belakangnya, Ui Bong ikut berjalan mendekatinya.
“Benar. Dia
bilang dia meninggalkan sesuatu untuk kita, mungkin oleh-oleh dari Amerika,”
jawab Soon Dong dengan polosnya.
“Paling juga
hanya sebuah apel. Bukankah Shin Hye Sung dulu suka sekali memberikan apel
untuk kita?” jawab Lee Seul skeptis.
“Bukankah apel
masih lebih baik daripada hanya sebuah surat? Setidaknya apel masih bisa
dimakan,” bantah Ui Bong.
“Yang ada dalam
pikiranmu hanyalah makan saja,” omel Lee Seul.
Mendengar kata
surat, JB terdiam. Dia ingat 8 tahun yang lalu, Hye Sung juga hanya
meninggalkan sebuah surat untuknya sebelum dia berangkat ke Amerika. Apakah
kali ini sejarah akan terulang? Tidak. JB tak mau itu terulang lagi.
“Kau tahu hotel
di mana dia menginap?” tanya JB tanpa basa-basi.
“Tapi aku sudah
berjanji tidak akan memberitahu siapapun, tidak juga kau ataupun Jin Yoo Jin,”
jawab Soon Dong, tampak bingung.
“Aku akan
melakukan apa pun yang kau inginkan, kecuali meminta meminta aku mencintaimu, asalkan
kau bisa memberitahuku di hotel mana Hye Sung menginap,” JB menawarkan apa pun
pada gadis itu hanya untuk mengetahui nama hotel Hye Sung menginap.
“Ciih...Jangan
terlalu memandang tinggi dirimu, siapa bilang aku menyukaimu? Kenapa aku harus
memintamu mencintaiku? Lucu sekali. Aku hanya minta kau buatkan album untukku.
Kau seorang Produser musik kan?” jawab Soon Dong memberi penawaran. JB menarik
napas kesal, dengan suara seperti Soon Dong, yang ada dia hanya rugi besar
karena albumnya pasti tidak akan laku di pasar.
“Baiklah. Akan
kupertimbangkan,” jawab JB berat hati.
“Tidak boleh
dipertimbangkan. Kau ingin bertemu Hye Sung kan? Kesempatan hanya datang sekali
saja. Besok pagi, Hye Sung akan kembali ke Amerika.” Ujar Soon Dong dengan nada
mengintimidasi.
“Baiklah. Tapi
hanya jika aku berhasil bertemu dengan Hye Sung. Dan jika albummu tidak laku.
Maka jangan salahkan aku. Aku akan memproduksinya untuk sekali ini saja.
Sekarang katakan di mana hotelnya?” jawab JB terpaksa. Soon Dong tersenyum menang
lalu mengeluarkan sebuah kertas yang berisi alamat hotel itu dan memberikannya
pada JB.
“Semoga
berhasil, Tuan Produser dan jangan lupakan albumku,” teriak Soon Dong lantang.
Sementara Lee Seul dan Ui Bong hanya menggelengkan kepala mereka dengan pasrah.
“Dia pintar
sekali memanfaatkan kesempatan,” sindir Lee Seul sebelum pergi dari sana.
===
Seorang wanita muda berusia sekitar dua puluh enam tahunan berjalan masuk ke
sebuah hotel mewah di kota Seoul seraya menjinjing sebuah kotak berukuran sedang
dengan kedua tangannya. Dengan anggun dia berjalan menghampiri meja resepsionis
seraya menyerahkan kotak itu pada seorang resepsionis yang berjaga di sana.
“Boleh aku
meminta tolong?” tanyanya sopan.
“Apa yang bisa
saya bantu, Nona Shin Hye Sung?” tanya si resepsionis dengan ramah.
“Tolong bantu
aku menyimpan kotak ini hingga seseorang bersama Soon Dong datang mengambilnya
besok pagi. Tapi ingat, kau harus memberikan kotak ini padanya setelah aku
check out dari hotel ini,” pinta wanita muda itu pada si resepsionis.
“Tentu saja,
Nona Shin Hye Sung. Anda adalah tamu VIP kami, keinginan Anda akan menjadi
perintah bagi kami,” jawab si resepsionis dengan senyuman. Hye Sung tersenyum
dan mengucapkan terima kasih, saat dia merogoh tas kecilnya untuk mengambil tip,
saat itulah dia menyadari sesuatu hilang dari dalam tasnya.
“Tidak. Mana
sumpitku?” ujarnya dalam hati, panik. Hye Sung seraya mengangkat tasnya ke meja
resepsionis dan memeriksanya dengan teliti. Tak ada. Sumpit pusaka yang selalu
dibawanya ke mana-mana kini menghilang entah ke mana. Hati Hye Sung menjerit
sakit, itu bukan sumpit biasa. Itu adalah sumpit kenangan mereka.
Sumpit itu JB
yang memberikannya, sepasang dengan sendok yang ada di tangan JB. Mereka
membeli sumpit dan sendok itu di pasar saat kencan pertama mereka 8 tahun yang
lalu. Bagi Hye Sung, sumpit itu adalah sumpit pusaka. Tak pernah sekalipun dia
makan tanpa menggunakan sumpit itu. Saat sedang sedih dan merindukan JB pun,
Hye Sung memeluk sumpit itu dengan erat seolah sumpit itu adalah JB. Bagi Hye
Sung, sumpit itu adalah separuh jiwanya. Dia harus menemukannya bagaimanapun
caranya.
“Sumpit dan
sendok harus selalu berpasangan. Aku ingin kita bisa seperti sumpit dan sendok
ini, selamanya bersama, tidak berpisah kecuali maut yang memisahkan kita. Aku
ambil sendoknya dan kau bawa sumpitnya,” kenang Hye Sung pada ucapan JB 8 tahun
yang lalu.
“Nona, apa ada
yang hilang?” tanya si resepsionis saat melihat Hye Sung memeriksa tasnya
dengan panik.
“Benar. Aku
menjatuhkan sumpitku. Aku ingin cleaning service membersihkan kamarku sekarang,
bantu aku menemukannya,” pinta Hye Sung yang segera dilaksanakan oleh pihak
hotel. Tak perlu waktu lama bagi Hye Sung untuk melihat para Cleaning Service
itu mencari ke semua celah kamar itu. Tapi sumpit itu tidak ditemukan di kamar
ini.
“Maaf Nona,
kami sudah mencari ke semua sudut ruangan tapi kami tak menemukan apa-apa.
Mungkinkah sumpit itu jatuh di luar hotel, Nona?” tanya si Manajer yang
bertanggung jawab atas masalah kebersihan hotel.
Hye Sung
terduduk lemas di ranjangnya dan berusaha mengingat saat dia teringat kejadian
tadi siang, ketika salah satu adik kelasnya di SMU Kirin tak sengaja
menabraknya hingga tasnya terjatuh. Mungkinkah saat itu....?
“Sekolah. Apa
mungkin di Sekolah?" Hye Sung bertanya pada dirinya sendiri.
“Maaf?” tanya
Si Manajer bingung, Hye Sung seraya menggeleng pelan.
“Bukan apa-apa.
Kalian boleh pergi. Terima kasih. Sepertinya aku memang menjatuhkannya di
tempat lain,” jawab Hye Sung.
“Tolong
bereskan kamar ini. Aku akan mencoba mencarinya di tempat lain,” perintah Hye
Sung pada mereka lalu meraih tasnya dan bergegas pergi mencari sumpit
kesayangannya.
Saat Hye Sung
berlari keluar dari hotel itu dan berjalan masuk ke dalam taksi, di saat yang
bersamaan, JB tiba di hotel itu. Takdir seolah mempermainkan mereka sekali lagi
saat yang satu pergi dan yang lain tiba di sini.
To be
Continued...
Kelanjutan kisahnya bisa dibaca di : Shooting Star [Dream High 2 Fanfiction - JB GOT7] Wattpad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar