Sabtu, 20 Agustus 2016

Shooting Star : Prolog [Dream High 2 FF]

Still with Dream High 2 Fanfiction. Sebelumnya saya ingin katakan bahwa penulis TIDAK AKAN memposting semua dalam blog ini melainkan hanya 4 Chapter saja, karena memang sebelumnya SUDAH LEBIH DULU diposting dalam WATTPAD, jadi bagi IGOT7 atau Ahgase atau mungkin JB - Hye Sung Shipper, kalau ingin mengetahui kelanjutan kisah ini, kalian bisa membuat akun Wattpad dan memfollow akun saya : @LilianaTan1708 karena selain sudah ada di Wattpad, cerita ini mengandung adegan 17+ yang tidak boleh dibaca pembaca di bawah umur dan HARUS DIPRIVATE, dan HANYA WATTPAD akun yang bisa melakukan itu. So, see you in Wattpad =)



“Shooting Star : Prolog [Dream High 2 FF]”
 




“Prolog : Shooting Star”

 Shin Hye Sung berjalan seorang diri memasuki studio musik Kirin Art High School. Acara drama musikal untuk merayakan ulang tahun ke-17 SMU Kirin telah selesai diadakan. Semua orang sudah pulang meninggalkan sekolah ini dan hanya ada dia seorang diri di tempat ini. Perlahan tapi pasti dia melangkah memasuki sebuah ruangan yang pernah menyimpan kenangan indah dalam hatinya.

Duduk di bangku piano itu, dia mulai memainkan jemarinya di atas tuts piano itu seraya menatap kosong tuts piano yang berwarna hitam dan putih seraya bergumam “Mereka adalah pasangan serasi. Hitam dan putih saling melengkapi,” ujarnya berkaca-kaca.

Semua kenangan yang seharusnya dia lupakan kini kembali lagi bagaikan sebuah gelombang dahsyat tsunami yang memporakporandakan hatinya yang telah beku selama ini. Kenangan itu perlahan mulai kembali.

“Rasanya seperti baru beberapa tahun yang lalu, kau berkata padaku “Aku Mencintaimu” karena aku adalah Fansmu. Seperti baru beberapa bulan yang lalu kau berkata padaku “Jangan menangis” dan membuat sebuah senyuman di wajahku dengan kedua tanganmu. Seperti baru beberapa hari yang lalu, kau bertepuk tangan untukku saat aku berhasil menciptakan lagu pertamaku. Seperti baru beberapa jam yang lalu kita berjanji akan bersama selamanya, tidak akan pernah terpisahkan bagaikan sumpit dan sendok. Seperti baru beberapa menit yang lalu saat seluruh dunia berdiri menentang kita. Seperti baru beberapa detik yang lalu aku menyadari kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Tapi kenyataannya sudah 8 tahun berlalu sejak aku meninggalkanmu seorang diri. Waktu seolah berhenti saat aku berjalan pergi darimu. Sekarang aku kembali, apa kau masih mencintaiku seperti dulu? Aku merindukanmu...Andai aku memiliki keberanian untuk mengatakan semua itu...” Shin Hye Sung bicara pada dirinya sendiri seraya memainkan sebuah nada lembut dan terdengar sedih di piano itu.

Shin Hye Sung terlalu tenggelam dalam kenangannya sendiri hingga tidak menyadari dia tidak sendirian di tempat itu. Di sana, di depan pintu yang sedikit terbuka, ada seseorang yang mengamatinya dalam diam, mendengar semua ucapannya dan tersenyum sedih seraya menatapnya tanpa kata.

Plok plok plok. Terdengar tepuk tangan yang berkumandang di dalam ruangan yang sepi dan suram, perlahan Hye Sung menoleh ke arah sumber suara yang mengagetkannya. Dan Hye Sung melihatnya. Dia, yang selalu ada dalam mimpinya siang dan malam. Dia, seseorang yang selalu dirindukannya. Dia berdiri di sana, dengan senyuman manis di bibirnya. Senyuman yang tak pernah berubah walau 8 tahun telah berlalu dan kehidupan mereka telah berubah.

“Lagu yang indah, Komposer Shin Hye Sung. Apa itu lagu baru ciptaanmu?” Ujarnya dengan tersenyum manis seraya berjalan ke arah Hye Sung yang duduk terdiam dan memandangnya dengan terkejut.

Mereka berdua saling memandang dalam diam, mencoba menenangkan detak jantung masing-masing yang kian berlomba untuk menjadi yang tercepat. Hye Sung memalingkan wajahnya ke arah tuts piano saat airmatanya mulai menetes, basah membasahi tuts piano itu. Airmata yang sepertinya sedang berusaha menyingkirkan semua kenangan indah yang pernah mereka lalui bersama. Kenangan indah yang pernah membuatnya berpikir mereka bisa bersama selamanya hingga maut memisahkan.

Kegelapan ruangan itu tak mampu menyembunyikan airmata Hye Sung dengan baik, karena pada kenyataannya, dia melihatnya. Seseorang yang berdiri di tengah ruangan yang sedari tadi hanya mengamatinya dalam diam, dia melihat airmata gadis itu. 

“Kau tidak berubah, Shin Hye Sung. Kau tetap jelek saat menangis,” ujar sosok itu, mencoba menghiburnya.
“Sudah kukatakan padamu, bintang itu hanya terlihat indah bila dipandang dari jauh. Tapi tidak seindah itu saat kita memandangnya dari dekat,” jawab Hye Sung seraya menghapus airmatanya dengan cepat, mencoba bersikap sinis, walau terdengar gagal di telinga orang itu.

“Dan aku juga sudah mengatakan ‘Aku mungkin memang bukan lagi bintang yang bersinar terang di langit malam. Karena demi kau, bintang itu rela jatuh ke bumi dan kehilangan semua cahayanya,’ Sekarang kau harus bertanggung jawab karena membuat semua cahayaku menghilang,” jawabnya pelan dan dalam.

To be continued... 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar