Author : LIANA
WIJAYA
Starring :
Iren Kei as Kim Rae Na
Kim Kyu Jong SS501 as Lee Kyu Jong
UEE After School as Lizzy and Lizza
Kim Hyun Joong SS501 as Yoon Jae Ha
Joo Won as Hwang Tae Hee
Lhulu BabyJun as Shin Gin Rae
Repost From : The Surprise Party (I Cook The Haters For You Sekuel)
NB : SPECIAL MY DONGSAENG’S BIRTHDAY.. IREN KEI, SAENGILCHUKKAE HAMNIDA 28.11.2014.. WISH THE BEST FOR YOU, SAENG... Hope you like it my story!!
Repost From : The Surprise Party (I Cook The Haters For You Sekuel)
NB : SPECIAL MY DONGSAENG’S BIRTHDAY.. IREN KEI, SAENGILCHUKKAE HAMNIDA 28.11.2014.. WISH THE BEST FOR YOU, SAENG... Hope you like it my story!!
“The Surprise
Party (I Cook The Haters For You Sekuel) – SS501 Fanfic One Shot / Special Iren
Kei Birthday”
Note : Bagi yang membaca Novel “I Cook The Haters For You”
pasti gak bakal bingung, coz ini lanjutannya. Special for my lovely Dongsaeng,
Iren Kei =) Saengilchukkae Hamnida ^.^
Flashback :
“Yoboseyo (Hallo).” ujarnya di telepon. Kim Rae Na
segera mengangkat teleponnya dengan sedikit kesal, kesal karena kedekatannya
dengan Lee Kyu Jong terganggu karena dering telepon itu.
“YAAA! Kim Rae Na, kalian bertiga ke mana saja? Kenapa kalian
meninggalkan Lizzy sendirian?” seru seseorang di ponsel itu, membuat Rae Na
terpana.
“Shin Gin Rae, kau ini bicara apa?” tanya Rae Na tak
mengerti.
“Lizzy baru saja tiba di sini. Sendirian. Dia bilang pada
kami kalau kalian meninggalkannya. Jika tahu seperti ini harusnya dia ikut kami
saja.” omel Shin Gin Rae dari seberang saluran, membuat Rae Na membelalakkan
matanya tak percaya.
“Shin Gin Rae, kau bercanda kan?” Kim Rae Na balik bertanya
dengan heran pada lawan bicaranya.
“Apa aku terdengar seperti sedang bercanda? Sekarang Lizza
dan Tae Hee Sunbaenim (Senior
Tae Hee) sedang menghibur
Lizzy yang tampak sedih karena kalian tinggalkan.” jawab Shin Gin Rae seraya
menoleh pada si kembar Lizzy dan Lizza serta Tae Hee yang duduk di dalam
restoran sementara dia menelepon dari luar ruangan.
“Tapi itu tidak mungkin!” bantah Rae Na tak percaya, matanya
menatap Kyu Jong dengan kebingungan yang kembali melanda.
“Kenyataannya kalian meninggalkannya sendirian. Kim Rae Na,
kita semua tahu jika Lizzy mengalami saat-saat sulit belakangan ini, kita harus
disini untuk menghibur dan menguatkannya bukan meninggalkannya kan?” lanjut Gin
Rae lagi, dia terlihat kesal karena Lizzy ditinggalkan sendirian. Bagi Shin Gin
Rae, Lizzy adalah gadis yang malang yang selalu dijadikan kambing hitam atas
semua hal yang tak pernah dilakukannya dan dia sungguh kasihan padanya.
“Itu tidak mungkin karena kami tidak pernah meninggalkannya.
Lizzy ada bersama kami sekarang.” bantah Kim Rae Na, terlihat kesal karena
merasa disudutkan oleh teman baiknya sendiri.
“APA?” sekarang giliran Shin Gin Rae yang menjerit tertahan.
“Maksudmu, Lizzy ada bersama kalian? Lalu siapa yang ada
bersama kami sekarang?” Shin Gin Rae terdengar shock atas apa yang didengarnya
dari Rae Na.
“Entahlah. Mungkin dia adalah ‘kembaran’ misterius
Lizza. Seseorang yang berambisi untuk menggantikan Lizzy karena dia bosan
menjadi bayangan. Apa dia punya bayangan?” tanya Rae Na setengah berbisik
ngeri. Sejenak dia menyadari jika dia sendiri tidak mengamati Lizzy yang
bersama mereka punya bayangan atau tidak.
“Maksudmu adalah...” Shin Gin Rae menggantung kalimatnya
seraya berusaha mengintip ke dalam restoran tempat dimana si kembar Lizzy dan
Lizza serta Tae Hee sedang menunggunya.
“Lizzy yang palsu...” dia terdiam sejenak, menimbang,
berpikir, bagaimana caranya mengatakan hal ini agar tidak terdengar
membingungkan.
“Lizzy yang palsu, ‘kembaran’ misterius itu tak punya
bayangan...” jawab Kim Rae Na akhirnya, pelan dan dalam, membiarkan kalimatnya
menggantung di udara, seraya menoleh penasaran pada Kyu Jong yang memandangnya
ingin tahu.
“Apa Lizzy yang bersama kita memiliki bayangan?” bisiknya
pada Kyu Jong tetap dengan telepon menempel di telinganya. Kyu Jong menatapnya
sekilas lalu tampak berpikir keras dan akhirnya menggeleng pelan.
“Maaf, aku tak ingat.” gumamnya menyesal sambil
menggelengkan kepalanya pelan. Rae Na menarik napas pasrah karena dia pun juga
tidak ingat.
“Well, you know Shin Gin Rae, seperti yang sebelumnya
kukatakan pada Kyu Jong Oppa, sepertinya kasus ini tidak akan pernah bisa
terselesaikan.” ujar Kim Rae Na pasrah karena dia sendiri juga tak tahu lagi
harus bagaimana.
Sementara Rae Na dan Kyu Jong sedang dibuat bingung dengan
adanya dua Lizzy di dua tempat yang berbeda pada saat yang bersamaan, Lizzy
yang satu lagi kini telah sampai di depan makam Lily Kim, kakaknya.
Gadis itu terlihat sedih saat tiba di makam itu. Dengan
perlahan dia berlutut di samping makam itu sementara Yoon Jae Ha berdiri di
belakangnya dan memayunginya, melindunginya dari siraman hujan gerimis yang
kini mulai turun semakin deras.
“Kakak, apa kabar?” tanya Lizzy lirih pada makam itu seraya
mengusap nisannya perlahan. Dia terduduk lemas disana, airmata mengalir
pelan dari pipinya.
“Maafkan aku! Aku tak tahu kalau kau begitu menderita selama
ini. Andai saja keempat gadis jahat itu tidak membunuhmu, maka semua peristiwa
mengerikan ini takkan pernah terjadi.” Ujarnya dalam hati, sedih mengingat
kematian kakaknya yang tragis.
“Kakak, mereka semua sudah menemanimu sekarang. Semua orang
yang pernah menyakitimu, sekarang sudah menemanimu di sana. Kau senang kan? Aku
berharap mulai sekarang kau bisa beristirahat dengan tenang. Takkan ada
pembunuhan lagi setelah ini, benarkan?” ucap Lizzy dalam hatinya, berharap
semua tragedi mengerikan ini takkan pernah terjadi lagi, walau
pembunuhnya masih belum tertangkap hingga detik ini.
Tapi Lizzy tahu jika pembunuh itu, siapapun dia, hanya ingin
membalaskan dendam sang Kakak. Semua korban itu adalah orang-orang yang
pernah menyakiti kakaknya dan kini mereka semua sudah membayar impas
semua perbuatan jahat mereka dengan nyawanya. Tapi apakah semuanya berakhir
sampai di sini?
“Lizzy, sudahlah! Lily pasti mengerti bahwa kau sangat menyayanginya. Semoga mulai
saat ini dia bisa beristirahat dengan tenang.” ujar Yoon Jae Ha lirih seraya menepuk pelan pundaknya.
Lizzy menoleh singkat kearahnya dan mengusap airmatanya perlahan.
“Kau tidak sendirian, Lizzy. Masih ada kami disini. Semua
teman-temanmu, Lizza dan juga…aku.” jawab Yoon Jae Ha pelan dan
dalam seraya menepuk pelan pundak
gadis itu.
“Oppa..” ujar Lizzy pelan dan terharu lalu perlahan mulai berdiri.
“You know what, Lizzy? I think I like you.” lanjut Jae Ha
dengan malu-malu, membuat Lizzy tersentak.
“Really?” tanya Lizzy tak percaya sambil menatap tajam mata Jae Ha, seolah
mencari kebenaran di sana.
“Sejak awal aku sudah terpesona olehmu. Pada kebaikanmu,
pada senyumanmu dan pada keberanianmu.” jawab Jae Ha mesra.
“Padaku atau pada bayanganku?” tanya Lizzy dengan senyum
yang aneh tersungging di bibirnya.
“Well, kuakui ‘dia’ yang awalnya membuatku penasaran.
Tapi aku tak mungkin mencintai bayangan, kan? Kaulah yang secara nyata berdiri
di hadapanku sekarang.” jawab Jae Ha menjawab dengan mantap.
“Terima kasih Oppa. Aku
sangat menghargainya. Belum pernah ada seorang pria yang mengatakan dia
mencintaiku.” ujar Lizzy seraya memeluk Jae Ha hangat.
“Apa kau menerimaku?” tanya Jae Ha malu-malu dan Lizzy
mengangguk mantap dalam pelukannya.
“Tentu. I think I like you too.” jawabnya manis dan manja
sambil tetap berpelukan mesra di tengah hujan.
“Jika saatnya sudah tiba, aku akan mengirimmu ke sana. KAU
BERIKUTNYA!! Keempat gadis itu tidak akan membunuh kakakku jika seandainya
kakakku tidak mencintaimu. KAU AWAL DARI SEMUA MUSIBAH yang menimpa kami.
KAU!!” batin Lizzy perih sambil tetap memeluk Jae Ha erat tetapi sebelah
tangannya mengangkat belati.
“YOU ARE NEXT!!!” batinnya dengan ekspresi dingin. Tapi saat
hampir sedikit lagi dia menancapkan belati itu ke punggung Jae Ha, dia melihat
bayangan seseorang muncul dari balik pepohonan. Lizzy buru-buru menyimpan
kembali belati itu ke dalam saku mantelnya dan berpura-pura kedinginan.
“Di sini dingin sekali. Ayo kita pergi!” ujarnya lembut,
menutupi kepanikannya seraya perlahan melepaskan pelukannya dari Jae Ha dengan
salah tingkah.
“Apa kalian sudah selesai? Hujannya semakin deras. Kami
khawatir sekali.” Seorang gadis berteriak dari kejauhan, suaranya terdengar
cemas. Lizzy menoleh kearah belakang punggung Jae Ha dan melihat Rae Na dan Kyu
Jong berdiri disana dengan menggenggam payung ditangan mereka.
“Baiklah! Ayo pergi!” ujar Lizzy ramah lalu berjalan lebih
dulu didepan Jae Ha.
“Hampir saja! Lizzy, apa yang kau lakukan?” Lizzy mengutuk
dirinya sendiri yang hampir saja melakukan kesalahan fatal dengan membunuh
orang.
End Of Flashback...
“Kau lihat itu? Dia punya bayangan.” Bisik Kyu Jong perlahan
di telinga Rae Na seraya menunjuk bayangan yang muncul di bawah kaki Lizzy yang
berjalan di depan mereka.
“Celaka! Berarti Lizzy yang palsu ada bersama Lizza dan Gin
Rae.” Ujar Rae Na panik seraya meraih ponselnya dari dalam tas dan segera
menelpon temannya.
“Gin Rae-ah, gadis yang bersamamu sekarang adalah Lizzy yang
palsu. Dia gadis tanpa bayangan itu. Dia pembunuh misterius itu.” Ujar Rae Nae
di ponselnya.
“MWO? Apa kau serius?” Shin Gin Rae terdengar takut dan
panik.
“Bagaimana ini? Apa maunya?” Shin Gin Rae semakin terdengar
panik.
“Tahan dia sampai kami datang!” perintah Rae Na tegas lalu
segera bergegas menuju ke dalam mobil menyusul Lizzy dan Jae Ha.
“Kenapa kalian lama sekali di luar?” tanya Lizzy cemas saat
melihat kedua temannya tergesa-gesa masuk ke mobil.
“Lizzy yang palsu. Si gadis tanpa bayangan itu, sekarang ada
bersama saudaramu.” Ujar Rae Na memberitahu.
“APA? Dia bersama Lizza?” wajah Lizzy mendadak pucat.
“TIDAK! Gadis itu ingin membunuh salah satu dari kami agar
dia bisa menggantikan kami selamanya. Jangan sampai itu terjadi.” Lizzy
bergidik ngeri.
“Jae Ha Hyung, cepat jalankan mobilnya! Kita diburu waktu.”
Ujar Kyu Jong pada temannya. Tanpa banyak bicara, Yoon Jae Ha segera
menjalankan mobilnya dan melaju ke tempat di mana Shin Gin Rae, Lizza, Hwang Tae
Hee dan gadis tanpa bayangan itu berada.
“Aku benar-benar tak mengerti, sebenarnya makhluk apa yang
sedang kita hadapi ini? Dia tak punya bayangan. Dia lolos dari api dua kali.
Dan dia memiliki wajah yang sama dengan si kembar.” Ujar Kyu Jong terdengar
frustasi.
“Mungkin kita akan tahu jawabannya jika kita bisa
menangkapnya, itu pun jika kita bisa menangkapnya.” Jawab Rae Na skeptis.
Beberapa menit kemudian mereka tiba di wilayah restoran itu
berada, tapi baru memasuki setengah jalan, mereka sudah melihat banyak sekali
mobil polisi dan pemadam kebakaran berseliweran ditempat itu. Bukan hanya itu
saja, ada banyak sekali orang yang juga berkerumun ditempat itu, membuat lalu
lintas menuju ke restoran itu macet total. Tak punya pilihan, mereka berempat
pun turun dari mobil dan memutuskan untuk menuju ke restoran itu dengan
berjalan kaki.
“Seorang gadis terperangkap di dalam sana. Cepat panggil
petugas pemadam kebakaran yang lain untuk menyelamatkannya.” Seru seseorang
dengan panik. Sesuatu menghantam jantung Lizzy, dia merasakan firasat yang
tidak baik. Buru-buru dia berlari menembus kerumunan orang itu dan mencari
sumber kebakaran yang dimaksud wanita itu.
“Lizzy!” panggil Jae Ha seraya berlari mengikutinya.
“Ada apa ini?” tanya Kyu Jong bingung saat melihat Lizzy
berlari spontan.
“Kurasa sesuatu telah terjadi.” Jawab Rae Na seraya berlari
mengikuti kedua temannya.
Lizzy berlari hingga dia melihat sosok Shin Gin Rae sedang
menangis histeris tak jauh dari restoran tempat kebakaran itu berasal.
“LIZZA!” teriaknya histeris dengan Hwang Tae Hee berdiri
disampingnya menenangkan.
“Apa yang terjadi?” Lizzy perlahan mendekati mereka dan
wajahnya langsung pucat pasi saat tak lama kemudian dia melihat seorang pria berjalan
keluar dari dalam api dengan menggendong seorang wanita dalam pelukannya. Wajah
sang gadis penuh luka, seluruh badannya hitam seperti habis terbakar, Lizzy
menjerit histeris saat mengenali itu adalah adiknya.
“LIZZA! TIDAK!” raung Lizzy sambil menangis keras.
“Kakak...Di-a i-ngin ki-ta ma-ti...” ujarnya lemah, sebelum
tangannya terkulai lemah dan setangkai bunga Lily Putih terjatuh dari
genggamannya. Lizzy terdiam shock menatap bunga Lily putih yang jatuh dari
genggaman tangan adiknya.
“Bunga itu. Bunga yang melambangkan kematian itu muncul
lagi. Bukankah semua orang yang menyakiti Lily Kim sudah mati?” ujar Rae Na tak
percaya melihatnya.
“Delapan korban tewas dan mereka semua adalah orang-orang
yang pernah menyakiti Lily. Sudah selesai, benarkan? Kalian adalah adik kandung
Lily, kenapa pembunuh itu mengincar kalian juga?” protes Rae Na tak mengerti.
Lizzy terdiam membisu. Sudut matanya mengikuti kemana tubuh adik kembarnya
dibawa sambil menangis pelan, tak mengatakan apapun.
Lizza koma. Lagi. Setelah bulan lalu dia sempat terbangun,
kini dia terbaring koma sekali lagi. Gadis yang malang. Sementara Lizzy hanya
terdiam shock. Jiwanya seolah menghilang, kini dia tampak bagai mayat hidup
yang hanya terduduk di samping ranjang Lizza, menolak bicara, menolak makan dan
hanya menatap kosong ke depan.
“Restoran tiba-tiba terbakar, tak lama setelah Lizzy yang
palsu meminta ijin ke toilet sebentar...” Shin Gin Rae bercerita.
“Kami sudah mengajak Lizza keluar tapi dia menolak, dia
mengatakan kakaknya masih di dalam.” Lanjutnya sambil menangis.
“Dia tak percaya saat kami mengatakan bahwa yang di dalam
itu bukan kakaknya. Kami ingin menahannya tapi orang-orang yang ada disana
menyeret kami keluar.” Sambung Tae Hee mengenang.
“Dia lolos lagi kan?” ujar Jae Ha singkat.
“Gadis tanpa bayangan itu selalu menggunakan api untuk
melarikan diri. Sebelumnya dia lolos dari kebakaran dua kali. Sungguh ajaib!
Siapa sebenarnya gadis itu?” Rae Na mulai dengan gayanya menginvestigasi.
“Manusia biasa takkan mampu melakukan itu kan?” Kyu Jong
menimpali.
==============
“Aku memang selalu bermimpi ingin menjadi seorang Detektif,
tapi bukan seperti ini caranya.” Kim Rae Na mengumpat kesal saat teman-temannya
memberi usul untuk menggunakan ulang tahunnya sebagai cara untuk memancing si
pembunuh keluar.
“Kenapa harus ulang tahunku? Kalian sengaja ingin menjadikan
aku tumbal?” ujarnya kesal, masih tak suka dengan rencana teman-temannya
itu.Baru dia akan memprotes lagi tapi pelayan keluarga Lizzy sudah lebih dulu
datang dan mempersilakan mereka naik ke atas.
“Silakan naik Nona dan Tuan Muda sekalian. Semoga kehadiran
kalian bisa membuat Nona Muda kami membaik.”
Ujar si kepala pelayan yang sudah terlihat seperti nenek-nenek itu.
“Berapa lama Bibi bekerja disini?” Rae Na bertanya iseng,
kekesalannya teralihkan saat merasa kasihan melihat seorang wanita tua seperti
ini masih saja bekerja.
“Sejak Bibi lahir Bibi sudah melayani keluarga ini. Usia
Bibi sama dengan usia Ayah Tuan Besar. Bibi tahu betul bagaimana Nona Muda
sangat menyayangi saudara kembarnya.” Ujar Nenek itu pelan seraya mengantar
mereka ke lantai atas.
“Lily...Saat hidup dia seperti apa?” Tae Hee yang juga
ikut ke rumah itu iseng bertanya juga.
“Nona Besar Lily gadis yang pendiam. Dia hanya menghabiskan
waktunya dengan menulis dan membaca di kamarnya. Jika bosan, dia akan menulis
di taman. Tapi dia juga sangat menyayangi kedua adik kembarnya, khususnya Nona
Kecil Lizza yang istimewa.” Jawab si wanita tua mengenang dengan sedih.
“Kematian yang mengerikan. Terjatuh dari atap gedung
Fakultas tempat Nona belajar. Orang yang mendorongnya benar-benar bukan
manusia.” Lanjut si wanita tua, sambil terus memimpin jalan hingga akhirnya
tiba di sebuah kamar besar yang terletak di lantai dua, kamar tempat Lizzy
berada.
“Silakan masuk! Saya akan tinggalkan Anda semua dengannya.”
Ujar si wanita tua dengan sopan.
“Orang tua Lizzy ada di mana?” tanya Jae Ha penasaran,
sebelum wanita tua itu benar-benar keluar dari kamar.
“Tuan Besar dan Nyonya Besar kembali ke New York siang ini.
Ada bisnis penting yang tidak bisa ditinggalkan.” Jawab si pelayan tua itu.
“Apa pekerjaan lebih penting dari putri mereka sendiri?
Lizzy shock seperti ini dan Lizza terbaring koma di Rumah Sakit. Orang tua
macam apa mereka? Apa mereka baru puas setelah melihat putri mereka mati
seperti Lily?” Yoon Jae Ha mendadak marah.
“Jae Ha Hyung!” Kyu Jong berseru mengingatkan seraya menepuk
pundak Jae Ha pelan.
“Tapi dalam hati Nyonya Besar, Nona Lily tak pernah mati.”
Jawab si wanita tua itu misterius.
“Nona Lily masih disini. Dia hanya tertidur, bukan mati.
Setidaknya itu yang diyakini Nyonya Besar selama ini.” Jawab si wanita tua
semakin membingungkan.
“Mereka semua sudah gila.” Bisik Hwang Tae Hee pelan sambil
mendekati Lizzy yang duduk bersandar di kepala ranjang tapi matanya menatap
kosong ke depan.
“Hi Lizzy. Bagaimana kabarmu? Apa yang harus kami lakukan
untuk membantumu?” tanya Hwang Tae Hee lirih seraya memegang tangan Lizzy
dibalik selimut. Tapi kemudian dia menyadari jika gadis ini seperti memegang
sesuatu.
Penasaran. Hwang Tae Hee membuka selimut yang awalnya
menutupi tubuh gadis itu dan dia melihat sebuah buku kecil ada dalam genggaman
tangan gadis itu. Lalu dia menatap bingung Lizzy yang hanya terdiam seperti
patung.
=======
Pranggg...
Sesuatu dilemparkan ke dalam jendela kamar Kin Rae Na. Rae
Na yang terkejut segera berlari melihat keluar jendela kamarnya tapi tak ada
siapapun disana. Tak jauh disana, dia bawah kakinya dia melihat secarik kertas
yang membungkus sebuah batu yang cukup besar. Penasaran, dia mengambil dan
membaca pesan yang tertulis dengan tinta merah. Bau anyir merebak saat kertas
itu dibuka. Bau anyir seperti darah.
Pesan itu berbunyi “Batalkan pestanya atau kau mati! YOU ARE
NEXT!” sebuah pesan kematian tertulis disana bersama setangkai bunga Lily
putih. Kim Rae Na terperanjat.
“Aku berikutnya?” jantungnya berdetak kencang. Siapapun
pelakukanya, dia tidak ingin pesta ulang tahun itu diadakan. Entah apa
alasannya.
“Mungkinkah dia tahu kalau pesta ini untuk menjebaknya?”
batin Kim Rae Na berperang.
“Aku tidak ingin mati sekarang! Yang benar saja! Lizzy,
sadarlah!” Rae Na berseru panik dalam hatinya, dia segera mengambil ponselnya
dan menghubungi teman-temannya. Beberapa menit kemudian, mereka semua sudah
berkumpul dirumahnya dengan wajah cemas.
“Harusnya sejak awal kita tidak terlibat dalam masalah ini.
Aku tak pernah menyakiti Lily, kenapa gadis tanpa bayangan itu memburuku juga?”
protes Kim Rae Na.
“Lizzy dan Lizza juga tak pernah menyakiti Lily, mereka adik
kandungnya, jadi kenapa pembunuh itu juga ingin membunuh mereka?” ujar Shin Gin
Rae mengingatkan.
“Tapi aku tak mau mati seperti yang lainnya!” ujar Kim Rae
Na ngeri.
“Kau takkan mati! Aku akan melindungimu.” Ujar Kyu Jong
lembut, membuat Rae Na tersentuh.
“Oppa...” dia tak tahu harus bicara apa.
“Tapi pembunuh itu tak pernah gagal.” Rae Na semakin skeptis.
“Siapa bilang tak pernah gagal?” sangkal Yoon Jae Ha.
“Lizzy dan Lizza gagal dibunuhnya. Mereka masih hidup kan?”
lanjut Jae Ha.
“Iya, tapi Lizza koma dan Lizzy bagaikan mayat hidup.” Ujar
Kyu Jong menghancurkan setitik harapan itu.
“Kyu Jong, kau memang seperti singkatan namamu. K.J alias
Killing Joy. Kau benar-benar tahu bagaimana caranya merusak kebahagiaan.”
Sindir Jae Ha kesal, yang hanya dibalas dengan senyum tipis dari Kyu Jong.
“Ada sesuatu yang ingin kukatakan. Tapi aku tak yakin kalian
akan percaya.” Ujar Tae Hee lirih, suaranya terdengar tak yakin.
“Apa kau tahu sesuatu?” tanya Kyu Jong sedikit
bersemangat.Tae Hee mengangguk singkat walau terlihat tak yakin sama sekali.
“Lizzy. Kurasa dia...” Tae Hee terdiam, ragu. Kalimat Tae
Hee yang ragu-ragu sukses mendapat tatapan bingung semua orang.
“Ada apa dengan Lizzy?” tanya Gin Rae penasaran.
“Tidak. Lupakan saja!” jawab Tae Hee sambil tersenyum aneh,
dia memutuskan untuk menyelidiki sendiri masalah ini.
=======
The Birthday Party, 28 November 2014...
Akhirnya hari itu tiba juga, hari ulang tahun Kim Rae Na,
dimana dia mengundang semua temannya di Jurusan Jurnalistik untuk berpesta
semalam suntuk di sebuah mansion mewah dipinggir hutan.
“Kyu Jong Oppa, apa kau tidak bisa menyewa tempat yang lebih
indah, berkelas, dan tidak menyeramkan seperti ini?” protes Kim Rae Na pada
kekasihnya.
“Bukankah tujuan kita untuk memancing pembunuh itu keluar?”
jawab Kyu Jong dengan tersenyum tanpa merasa bersalah.
“Jadi kau ingin menjadikan aku tumbal?” Kim Rae Na merajuk
kesal lalu ingin berbalik pergi tapi Kyu Jong segera menarik tangannya dan
memeluknya erat.
“Mana mungkin aku tega menjadikanmu tumbal? Aku tak bisa
hidup tanpamu Kim Rae Na dan hanya ini satu-satunya cara untuk memancing
pembunuh itu keluar.” Kyu Jong memberikan rayuan manis agar kekasihnya tidak
marah.
“Tapi kalau aku sampai mati...” Kyu Jong buru-buru menutup
mulut Rae Na dengan sebuah ciuman mesra.
“Kau takkan mati. Takkan ada yang mati lagi. Aku berjanji.
Selamat Ulang Tahun Bidadariku. Nikmati pesta ulang tahunmu.” Ujar Kyu Jong
lembut, menenangkan kekasihnya.
Kim Rae Na hanya mengangguk pelan, walau hatinya masih
gelisah. Dia berjalan keluar dari dapur lalu bergabung bersama teman-temannya
yang lain untuk memulai pestanya. Awalnya semua berjalan lancar, tapi saat kue
tart akan dihidangkan tiba-tiba lampu mendadak padam. Keadaan menjadi gelap
gulita. Ruang pesta menjadi kacau balau. Semua gadis menjerit histeris karena
takut. Mereka berhamburan ingin mencari jalan keluar, tapi semua pintu terkunci.
“Kyu Jong Oppa, Jae Ha Sunbae, Shin Gin Rae, Tae Hee Sunbae,
kalian dimana?” teriak Kim Rae Na ketakutan. Dia targetnya, dia tahu dialah
target berikutnya. Tak ada seorangpun yang menjawab. Situasi yang awalnya kacau
mendadak menjadi sunyi senyap. Semua orang mendadak menghilang ditelan
kegelapan.
“Ke mana semua orang? Bukankah tadi situasinya sangat ramai?”
batin Kim Rae Na ketakutan, dia melangkah perlahan seraya meraba dalam gelap,
dia merogoh mencari ponselnya, tapi dia segera mengutuk dirinya sendiri karena
lupa bahwa dia sedang mengenakan Gaun Pesta dan sejak kapan gaun pesta memiliki
saku benarkan?
“SHIT!” umpatnya dalam hati.
“Where are you, guys?” teriaknya sekali lagi, masih berjalan
dalam kegelapan.
“AARRGGHHH...” terdengar teriakan panjang dari salah satu
ruangan di mansion besar itu. Lee Kyu Jong. Rae Na mengenali suara itu. Segera,
dia bergegas menghampiri asal suara itu.
“Oppa...” teriaknya memanggil dalam gelap.
“Aww...” dia terjatuh karena tersandung sesuatu tak jauh
dari kakinya. Rae Na bangun dengan segera saat menyadari dia terjatuh di depan
tubuh seseorang. Berusaha melihat dalam kegelapan yang nyaris pekat, dia
merasakan sesuatu yang basah dari leher orang itu. Rae Na meraba cairan itu dan
bau anyir tercium di hidungnya.
“DARAH!” dia tercekat saat mengenali cairan amis itu adalah
darah.
“Siapa dia? Apa dia sudah mati? Gadis tanpa bayangan itu apa
sudah membunuhnya? Akulah targetnya, apakah pembunuh itu telah salah mengenali
korbannya?” Kim Rae Na hanya bisa berkata dalam hati, tanpa mampu
menyuarakannya.
“KIM RAE NA...” panggil sebuah suara dari dalam kegelapan.
Terdengar samar-samar. Bulu kuduknya langsung meremang mendengar seseorang
memanggil namanya dengan cara seperti itu. Dia terpaku sesaat sebelum akhirnya
mulai berdiri dalam gelap.
“SIAPA KAU? APA MAUMU?” tanyanya sok berani walau suaranya
jelas terdengar gemetar.
“Aku tak suka ada orang yang suka mencampuri urusanku.” Ujar
suara lembut itu. Suara wanita. Suara yang dikenalnya.
“Lizzy?” tebak Rae Na ke arah seorang wanita yang mendadak
muncul dari dalam kegelapan. Siluetnya berdiri tak jauh dari tempat Rae Na
berdiri sekarang, gadis itu mengenakan gaun putih yang membuatnya terlihat
bercahaya ditengah kegelapan yang hanya diterangi sinar bulan yang menerobos
dari jendela. Gadis itu tersenyum seraya memegang setangkai bunga Lily putih
di tangannya.
“Hallo Kim Rae Na!” ujar gadis bergaun putih itu dengan
lembut.
“Kau Lizzy atau Lizza?” tanya Rae Na masih bingung, dalam
suasana terang saja dia masih bingung membedakan mereka apalagi dalam kegelapan
seperti ini.
“Menurutmu?” tanya sosok itu singkat dengan seringai dingin
di wajahnya seraya perlahan berjalan mendekat. Suaranya terdengar begitu dingin
dan tegas.
Rae Na tersadar. Dia bukan Lizzy ataupun Lizza, tapi gadis
itu. Gadis tanpa bayangan itu. Pembunuh misterius itu. Gadis yang memiliki
wajah yang sama dengan si kembar.
“TIDAK! Kau bukan Lizzy ataupun Lizza. Siapa kau sebenarnya?
Apa maumu?” tanya Rae Na dengan berani.
“Ke mana semua orang? Kenapa mendadak semuanya sunyi senyap?”
batinnya ketakutan. Dia sedang bersama si pembunuh dalam kegelapan, seseorang
yang bahkan tak mati dalam kebakaran.
“Aku ingin memberimu hadiah ulang tahun.” Jawabnya tenang
dan terdengar menyeramkan, suaranya mirip bisikan angin di tengah malam yang
membuat bulu kuduk meremang. Sosok itu terus berjalan perlahan mendekatinya
seraya mengangkat salah satu tangannya, dalam terpaan cahaya bulan, Rae Na
melihat sesuatu berkilat di tangannya. Sebuah pisau perak. Rae Na berjalan
mundur ketakutan, dia harus pergi secepatnya dari tempat ini.
“Sial! Kemana semua orang?” batinnya kesal seraya berputar
dan berlari tapi sial dia menabrak seseorang dalam gelap.
“Aauuuww!” ujar mereka bersamaan.
“Lizzy?” ujar Rae Na mengenali suara itu.
“Kau benar Lizzy yang asli atau pembunuh itu?” tanyanya
ketakutan. Misteri gadis kembar ini benar-benar membuatnya hampir gila.
“Aku Lizzy yang asli.” Jawab sosok yang tadi ditabraknya.
“Tapi kau terdiam shock seperti mayat hidup kan?”tanya Rae
Na ditengah kebingungannya.
“Tak ada waktu untuk menjelaskan. Kita harus
mengembalikannya ke dalam cermin.” Jawab Lizzy lalu segera berdiri dan merapikan
bajunya.
“CERMIN? Apa hubungannya dengan cermin?” tanya Kim Rae Na
semakin bingung.
“Dia jiwa adik kembarku yang selama ini terkurung dalam
cermin. Yang marah karena sejak Kak Lily meninggal, tak ada seorangpun yang
peduli padanya.” Jawab Lizzy sambil berbisik.
“Adik kembarmu? Lizza?” tanya Rae Na bingung.
“BUKAN! Tapi Lilith!” jawabnya singkat.
“Halo Kakak. Aku senang kau mengingatku.” Ujar sosok itu
akhirnya. Dia berdiri tak jauh dari mereka, memandang kedua gadis itu dengan
seringai aneh diwajahnya.
Kim Rae Na terpana melihat dua orang gadis yang sama persis.
“Hallo Lilith! Kurasa sekarang saatnya kau kembali ke
duniamu. Aku tak mau lagi kau memakai tubuhku sebagai perantaramu.” Ujar
seorang gadis lagi dari arah belakang. Senter yang dipegang Lizzy spontan
mengarah ke sumber suara itu dan betapa terkejutnya dia melihat Lizza berdiri
di sana.
“Lizza, bukankah kau terbaring koma?” tanya Lizzy terharu
bercampur bahagia.
“Tuhan memberiku kekuatan untuk bangkit Kak. Dalam mimpi aku
melihat dia memakai tubuhku untuk berbuat kejahatan. Selama aku terbaring koma,
dia meminjam tubuhku. Aku tak mau dia meminjam tubuhku lagi.” Jawab Lizza
dengan dingin.
“Oh Tidak! Aku sudah pusing dengan dua orang gadis kembar
dan sekarang ada satu lagi.” Protes Kim Rae Na kesal.
“SEKARANG! NYALAKAN LAMPUNYA!” perintah Lizza lantang dan
dalam sekejap lampu menyala serentak dan disekeliling ruangan itu, tepatnya di
sekeliling gadis tanpa bayangan itu berdiri berjejer cermin-cermin berukuran
besar, yang mengarah padanya.
“KAU!” pekiknya marah pada ‘saudara kembarnya’, menatap
tajam kearah Lizza.
“Kak, tunggu apalagi? Bacakan manteranya! Kurung dia dalam
cermin itu!” ujar Lizza pada Lizzy yang masih tampak kebingungan. Teringat
dengan buku kecil yang ditemukannya di kamar Lily, Lizzy segera mengeluarkan
dari dalam tasnya dan membalik halamannya dengan cepat. Lalu membacakan mantera
yang tertulis di dalamnya.
Dan ajaib, tak lama kemudian lampu ditempat itu mulai
meredup dan menyala silih berganti, terdengar jeritan nyaring yang berasal dari
gadis tanpa bayangan itu, dan dia tersedot masuk ke dalam salah satu cermin.
“Kakak, hentikan! Bagaimanapun juga aku adalah adikmu.”
Pintanya memohon dari dalam cermin seraya berusaha ingin keluar.
“Kau sudah mati, Lilith! Kembalilah ke alammu! Jangan ganggu
kami lagi. Istirahatlah dengan tenang bersama Kak Lily disana.” Ujar Lizzy lalu
kembali membacakan manteranya.
“Lebih baik kita hancurkan cerminnya!” usul Yoon Jae Ha yang
tadi entah bersembunyi di mana.
“Jangan! Kumohon! Kakak, aku ingin keluar!” serunya lantang,
masih memohon pada Lizzy.
“Maafkan aku, Lilith! Selamat tinggal.” Ujar Lizza lalu
mengambil sebuah kayu dan memukulkannya ke dalam cermin itu.
PRANGGG... Suara cermin yang pecah terdengar bersamaan. Yoon
Jae Ha, Shin Gin Rae, Lizza, Lee Kyu Jong dan Hwang Tae Hee memecahkan keenam
cermin besar itu bersamaan, menghancurkannya berkeping-keping agar arwah Lilith
tidak kembali lagi.
========
“Ini sudah berakhir, benarkan?” tanya Kim Rae Na beberapa
saat kemudian sambil menatap pecahan kaca di mana-mana.
“Kuharap sudah.” Jawab Lizzy singkat, tampak lelah.
“Hei Lizza, kapan kau sadar dari koma?” tanya Rae Na pada si
kembar yang satunya.
“Tak lama setelah Tae Hee Oppa mengatakan dia mencintaiku.”
Jawab Lizza malu-malu sambil melirik Tae Hee yang tampak salah tingkah.
“Kurasa itu efektif.” Jawab Tae Hee singkat seraya
memalingkan wajahnya.
“Dan kau Lizzy, kapan kau sadar dari shockmu?” tanya Kim Rae
Na penasaran, dengan gayanya yang seperti Detektif.
“Kurasa saat aku melihat Kak Lily muncul dalam mimpiku, dia
memberitahuku soal Lilith. Menunjukkan padaku sebuah buku kecil yang selama ini
disimpannya rapi.” Lizzy terdiam sejenak.
“Dari buku itu aku tahu bahwa selama ini Kak Lily telah tak
sengaja menemukan sebuah buku tua yang berisi cara memanggil arwah, dan dia tak
sengaja memanggil arwah adik kami yang sudah meninggal, melalui perantara
cermin itu.” Lizzy kemudian mengeluarkan buku kecilnya dan menunjukkan pada
mereka.
“Kak Lily yang memanggil, dan kak Lily juga pasti tahu cara
mengurungnya lagi. Untung dia menuliskannya semuanya dalam buku kecil ini.
Arwah Lilith marah saat tahu Kak Lily meninggal, itu sebabnya dia membalas
dendam dan membunuh semua orang yang menyakiti Kakak. Tapi dia tetap butuh
perantara fisik dan Lizza adalah orang yang tepat. Lizza yang sebelumnya
terbaring koma, tak ingat kalau selama koma Lilith sudah memakai tubuhnya untuk
berbuat jahat.” Jelas Lizzy lagi.
“Benar. Aku baru sadar saat Hwang Tae Hee Oppa menceritakan
padaku soal kebakaran di Ruang Musik Universitas. Aku tak ada disana secara
fisik, tapi aku memiliki luka bakar di sana. Walau terdengar tak masuk akal
akhirnya aku sampai pada satu kesimpulan bahwa Lilith sudah merasukiku.” Lanjut
Lizza terdengar ngeri.
“Aku masih tak mengerti.” Ujar Shin Gin Rae dengan gaya
berpikir.
“Sudahlah lupakan. Yang penting semuanya sudah berakhir.”
Jawab Lizzy pelan dan lega.
“Benar. Ada banyak hal di dunia ini yang terdengar tak masuk
akal tapi memang seperti itulah kenyataannya.” Jawab Kyu Jong setuju.
“Benar. Sudah berakhir. Termasuk pesta ulang tahunku yang
berantakan.” Protes Kim Rae Na tak rela.
“Omong-omong, ada di mana kalian tadi? Kenapa tak ada
seorangpun yang menolongku?” protes Kim Rae Na masih kesal karena tak ada seorangpun
yang menolongnya.
“Hei, kami sedang mempersiapkan cermin yang diminta Lizza.
Dan kau lihat mereka semua, semua tamu kita terlanjur pingsan saat melihat
Lilith berjalan menembus dinding.” Protes Kyu Jong membela diri.
“Kenapa lampunya bisa mati?” tanya Kim Rae Na lagi, masih
terus mengejar.
“Soal lampu, proteslah pada Lizza. Dia yang mematikan
lampunya dengan telekinesisnya.” Ujar Kyu Jong seraya menoleh pada Lizza yang
cengengesan.
“Mianhe. Aku harus mematikan lampunya untuk memancingnya
keluar. Ini bagian dari rencana.” Jawab Lizza dengan nada menyesal.
“Rencana yang tidak aku tahu.” Jawab Rae Na masih kesal.
“Aku hampir mati tadi. Teganya kalian!” lanjutnya masih
marah.
“Ada Lizza di sini. Jadi kami merasa sedikit tenang. Lizza
kan punya kekuatan. Dia bisa melindungimu.” Jawab Yoon Jae Ha sambil tertawa
canggung.
“Ah sudahlah. Yang penting si gadis tanpa bayangan itu
takkan mengganggu kita lagi kan?” Kim Rae Na kembali meyakinkan dirinya sambil
menatap si kembar, Lizzy dan Lizza.
“Kami harap tidak!” jawab si kembar bersamaan.
“So, belum lewat tengah malam. Bagaimana jika kita lanjutkan
pestanya?” usul Hwang Tae Hee seraya melirik arlojinya.
“Usul bagus, Tae Hee. Tapi tentu kita harus bertanya dulu
pada yang berulang tahun hari ini.” Ujar Kyu Jong seraya melirik Rae Na.
“Ayolah, sayang. Jangan ngambek! Kita lanjutkan pestanya ya.
Kita harus merayakan ulang tahunmu sekaligus akhir dari tragedi ini. No more
Girl Without Shadow.” Rayu Lee Kyu Jong seraya memeluk pinggang kekasihnya
mesra. Kim Rae Na menatap kekasih dan teman-temannya dan mengangguk pelan.
“Well, baiklah! Anggap saja kita merayakan kemenangan kita
atas pembunuh itu. LETS PARTY!” serunya riang yang disambut tepuk tangan semua
orang.
“Tapi semua tamu sudah pergi.” Ujar Shin Gin Rae.
“Well, thats okay! Masih ada kita kan?” jawab Lizzy ceria.
“Aku dan Lizza akan siapkan makanannya.” Ujar Lizzy seraya
berjalan ke dapur bersama adiknya.
“Kami akan bersihkan ruang pestanya.” Ujar Tae Hee dan Jae
Ha lalu segera bergegas pergi ke aula utama.
“Dan aku akan membantu si kembar.” Ujar Gin Rae menyusul si
kembar Kim.
Tinggal Rae Na dan Kyu Jong berdua di sana.
“So, kita hanya berdua sekarang.”ujar Kyu Jong tak jelas.
“Lalu?” Kim Rae Na tampak tak mengerti.
“Ayolah sayang, kau tahu apa maksudku. Can I kiss you?”
tanyanya nakal.
“Tidak! Kau sudah meninggalkan aku tadi. Enak saja! Pergi
sana!” jawab Kim Rae Na berpura-pura kesal. Kyu Jong tertawa lalu menarik
tangan gadisnya dan langsung menciumnya tanpa aba-aba.
Rae Na yang tak menyangka akan ‘diserang’ hanya megap-megap
saat bibir Kyu Jong ‘melumat’ bibirnya. Rasa kesalnya mendadak hilang dan tanpa
sadar diapun membalas ciuman panas itu.
“You know what? Saat kau marah kau terlihat lebih manis. So
cute!” ujar Kyu Jong sambil tersenyum mesum.
“Apa yang ada dalam pikiranmu?” tanya Rae Na sinis melihat
senyum nakal di wajah Kyu Jong.
“Mungkin aku bisa memberimu hadiah spesial malam ini. Hadiah
yang takkan pernah kau lupakan seumur hidup.” Jawabnya nakal seraya kembali
menarik tubuh Rae Na dan memeluknya erat, sambil kembali membenamkan kepalanya
di leher gadis itu seraya menciumi aromanya yang wangi.
“Oppa...” rintih Rae Na berusaha menolak, tapi Kyu Jong
seolah tak mendengar terus melaksanakan aksinya. Saat ciumannya kian membrutal,
Yoon Jae Ha datang mengacaukan semuanya.
“Hei kalian! Sekarang bukan saatnya untuk bermesraan. Ruang
pestanya sudah siap.” Ujar Yoon Jae Ha, datang disaat yang paling tepat.
“Oh Shit! Hyung, kenapa kau suka sekali merusak kebahagiaan
orang?” ujar Kyu Jong kesal tapi Kim Rae Na hanya tertawa.
“Sudah kubilang kan? Ayo!” jawab Rae Na lalu bergegas
menyusul Jae Ha ke ruang pesta.
“Saengilchukkae Hamnida...Saengilchukkae
Hamnida...Saranghaneun Kim Rae Na. Saengilchukkae Hamnida.” Semua orang
bernyanyi saat melihat Rae Na dan Kyu Jong masuk ke ruang utama.
“Tiup lilinnya!” ujar si kembar bersamaan.
“Tapi ucapkan dulu permohonanmu.” Tambah Shin Gin Rae lagi.
Kim Rae Na tersenyum dan menjawab “Well, aku hanya berharap
takkan ada tragedi lagi.
Tidak ada lagi si gadis tanpa bayangan. Tidak ada lagi
pembunuhan dan semuanya selesai sampai disini.” Ujar Rae Na lalu meniup
lilinnya dengan gembira.
“Selamat Ulang Tahun, Kim Rae Na!” sekali lagi si kembar
berkata dengan serentak lalu maju dan memeluk Kim Rae Na bersamaan.
“Gomawo Twins.” Jawab Rae Na sambil tersenyum senang.
“Hei, kalian kompak sekali.” Goda Yoon Jae Ha pada si kembar.
“Aduh, kalau kalian berdiri berjejer seperti ini, aku takkan
bisa membedakan yang mana Lizzy dan yang mana Lizza.” Ujar Tae Hee tiba-tiba
yang membuat semua orang tertawa.
“Selamat ulang tahun sobat. Semoga panjang umur.” Giliran
Shin Gin Rae maju dan memeluk sahabatnya lembut.
“Gomawo Gin Rae-ah.” Jawab Rae Na lagi.
“Happy Birthday Miss Lee...” goda Jae Ha sambil melirik
nakal Lee Kyu Jong, seraya menyalami Kim Rae Na.
“Yeah right, Happy Birthday Nyonya Lee hehehe...Semoga
kalian segera menikah dan punya banyak anak.” Goda Hwang Tae Hee iseng yang
spontan membuat Rae Na tersipu malu.
“Punya banyak anak apanya?” ujarnya pelan walau dalam
hatinya dia berharap.
“Hei, Tuan Lee. Mana ucapan selamat dan kadomu? Jangan
bilang sudah kau berikan lebih dulu.” Lagi, Hwang Tae Hee menggoda mereka.
“Dia sudah memberikannya lebih dulu, bahkan dia memberikan
bonusnya juga.” Jawab Yoon Jae Ha menggoda mereka.
“HYUNG!” Lee Kyu Jong berseru dengan wajah memerah. Semua
orang yang mengerti maksudnya langsung tertawa terbahak-bahak.
“Ayo sana! Tidak usah sok malu-malu kucing di depan kami.”
Yoon Jae Ha mendorong Kyu Jong kearah Rae Na yang terlihat malu-malu.
“Eeehhmmm...Happy Birthday, Chagiya. I Love You.” Bisiknya
seraya memeluk Rae Na di depan teman-temannya.
“Ohhh..So sweet.” Lizzy berseru menggoda.
“Cium...cium...cium...” Lizza berseru mengompori kedua
sejoli yang dimabuk kepayang itu. Seruan yang disambut meriah teman mereka yang
lain.
Akhirnya karena terus disoraki, Lee Kyu Jong perlahan
menarik wajah Kim Rae Na dan menatapnya mesra.
“Mereka yang menyuruhku.” Ujarnya lalu sedetik kemudian
mencium bibir gadis itu lembut.
“Kim Rae Na, will you marry me?’ ujarnya disela-sela ciuman
panas mereka. Rae Na tersenyum dan mengangguk malu-malu.
“Yes, I will. You Know what, Oppa? Kurasa ini adalah hari
ulang tahun paling berkesan dalam hidupku.” Jawab Rae Na sambil tersenyum malu
yang diiringi tepuk tangan semua orang.
Dibalik jendela, sesosok bayangan putih menatap dalam diam,
dia tersenyum lega dan bahagia melihat apa yang terjadi di dalam sana.
“Selamat tinggal semuanya. Dan terima kasih...” ujar sosok
putih itu sebelum terbang menghilang.
Lizza tak sengaja menangkap sekilas sosok putih itu dan
berseru tertahan. “Kakak, aku melihat Kak Lily disana.” Bisiknya pada Lizzy.
“Apa?” Lizzy terkejut mendengarnya, lalu spontan mengikuti
arah pandangan Lizza tapi tak ada apa pun di sana.
“Dia sudah pergi.” Ujar Lizza sedih.
“Hanya tinggal kita berdua.” Jawab Lizzy tak kalah sedih.
“Berjanjilah padaku jangan pernah tinggalkan aku sendiri.
Kita datang ke dunia ini bersama, pergi pun juga harus bersama.” Pinta Lizza
pada kakaknya.
“Aku berjanji.” Jawab Lizzy sambil tersenyum sayang pada
adiknya.
“Kurasa setelah ini mungkin aku tak mau memandang cermin.”
Bisik Lizza sebelum berjalan menghampiri meja di mana makanan dan minuman
diletakkan.
“Ayo kita bersulang! Untuk ulang tahun Kim Rae Na juga untuk
masa depan yang lebih cerah. No More Tragedy. Bersulang!” ajak Lizza seraya
mengangkat gelas wiskinya.
“Bersulang!” yang lain pun sepakat mengikuti. Mereka semua
tertawa dengan gembira, tanpa seorangpun menyadari setangkai Lily putih
tergeletak di kaki meja. Lily putih yang melambangkan kematian.
TAMAT !!!