Peri
Salju, apakah hanya sekedar legenda ataukah dia benar-benar ada di dunia? Ji
Teng dan Xue Tung mempercayai hal ini, tapi mampukah Peri Salju membawa mereka
kembali suatu hari nanti? Setelah terpisah selama bertahun-tahun, mampukah
kisah cinta yang sempat terputus kini terjalin kembali? You will know if you
read this stories... Just like Ji Teng said “Aku percaya dan menunggu
keajaiban...Keajaiban yang akan membawa Chi Xue Tung kembali padaku...” Mungkin
saja Peri Salju adalah perpanjangan tangan dari Tuhan yang ingin memberikan
berkat bagi umatnya, who know right? Mari bersama saya menjelajahi dinginnya
hamparan salju di Taipei untuk menemukan Si Peri Salju, siapa tahu Andalah yang
akan menemukan si Peri Salju. Dan siapa tahu pula dia benar-benar bisa
mengabulkan keinginan Anda selama ini.
“(Teaser) Winter Memories : Chapter 2”
“Carilah
bintang yang paling terang, disanalah Peri Salju berada,” kenang Ji Teng
pada ucapan ibunya.
“Bintang
yang paling terang,” ulangnya penuh semangat. Dengan berani menerobos masuk ke
dalam hutan, tidak peduli walau salju turun semakin lebat.
“Tuhan,
bantu aku menemukan Peri Salju. Bantu aku mempertemukan kembali orang tuaku.
Bantu aku menghapus airmata di mata Ibuku. Keinginanku hanyalah agar orang
tuaku bisa kembali bersatu, Hanya hal sederhana itu,” pinta Ji Teng seraya
terus menembus hujan salju di tengah hutan. Dia berkali-kali menggosok-gosokkan
kedua telapak tangannya untuk mengusir rasa dingin yang menyerangnya sambil
terus melangkah dengan berani. Hingga tak sengaja dia terpeleset dan jatuh
berguling menuruni gunung dengan keras.
“Aaahhhhh...”
teriaknya keras saat kakinya terpeleset dan membuatnya jatuh berguling di
antara timbunan salju.
“JI
TENG!” dua orang yang berada di sisi yang berseberangan, sama-sama mendengar
teriakan keras dari tempat yang tak jauh dari posisi mereka saat ini. Hati
mereka sama-sama diliputi ketakutan dan kecemasan, dan tanpa banyak kata
bergegas menuju ke tempat teriakan itu berasal.
Ji
Teng berusaha terbangun meski kakinya terkilir karena jatuh dari tempat yang
sangat tinggi. Dia meringis kesakitan, dia hampir saja menangis jika saja dia
tidak teringat pesan Ibunya bahwa seorang pria pantang meneteskan airmata,
seorang pria tak boleh menangis, seorang pria harus kuat dan berani.
“Aku
tak boleh menangis. Ibu bilang aku tak boleh menangis. Rasa sakit di kakiku
tidak sebanding dengan rasa sakit Ibuku saat dia kehilangan Ayah. Demi Ibu, aku
harus menemukan Peri Salju. Aku tak boleh menyerah. Peri Salju hanya muncul di
Malam Natal, aku tak mau menunggu hingga tahun depan. Harus kutemukan malam ini
juga,” tekadnya semakin kuat walau rasa sakit di kakinya tak tertahankan. Tapi
demi agar Ibunya tak lagi meneteskan airmata, Ji Teng tak mau menyerah.
Dia
terus berusaha melangkah walaupun dia harus menyeret kakinya. Tiba-tiba tak
jauh dari sana, dia melihat sebuah bunga berwarna putih yang berada di dalam es
yang membeku.
“Peri
Salju. Ternyata Peri Salju itu memang benar ada,” ujarnya bahagia dengan
airmata haru menetes di pipinya.
“Ibu,
aku menemukan Peri Salju untukmu,” ujarnya seraya meraih bunga putih di dalam
es tersebut dengan bahagia.
“Peri
Salju, keinginanku adalah agar Ayah dan Ibuku bisa kembali bersatu. Aku ingin
keluargaku berkumpul. Aku ingin bertemu dengan Ayahku. Bisakah kau
mengabulkannya untukku?” pinta Ji Teng dengan menangis haru seraya menggenggam
Peri Salju dalam pelukannya, berdoa dengan segenap hatinya.
“Ji
Teng...” suara seorang pria muda terdengar memanggil namanya. “Apa kau Ji
Teng?” lanjutnya. Ji Teng menoleh ke arah suara yang memanggilnya dengan
bingung. Dia tidak mengenali pria muda berusia sekitar tiga puluh tahun
tersebut, tapi sorot matanya yang terlihat ramah dan memancarkan kehangatan
membuat Ji Teng merasa aman dan nyaman saat melihatnya.
Pria
muda itu berdiri tak jauh darinya, dengan napas tersengal-sengal dia menatap ke
arah Ji Teng. Matanya kemudian menyadari bahwa Ji Teng memeluk sebuah bunga
putih yang berada dalam es yang membeku. Itu “Peri Salju”. Bunga yang ada dalam
legenda. Tanpa sadar airmata mengalir di pipi pria muda itu saat dia
melihatnya. Melihat Ji Teng dan bunga dalam pelukannya. Rasanya sama seperti
melihat kenangan masa kecilnya.
Perlahan
dia mendekati Ji Teng dan tersenyum manis padanya, “Kau berhasil. Kau sudah
menemukan Peri Salju,” ujarnya lembut seraya memeluk Ji Teng dengan sayang yang
hanya bisa menurut bingung.
“Paman
siapa?” tanya Ji Teng kebingungan.
“Apa
keinginanmu? Apa yang membuatmu nekad berjalan ke dalam hutan di tengah badai
salju seperti ini?” tanya pria muda itu, menghiraukan pertanyaan Ji Teng.
“Keinginanku
adalah agar Ayah dan Ibuku bisa bersatu, Aku ingin bertemu dengan Ayahku. Aku
ingin Ibuku tak lagi menangis, dan yang selalu membuat Ibu menangis adalah
karena dia selalu merindukan Ayahku, jadi aku ingin mereka bisa bersatu lagi
seperti dulu,” jawabnya polos seraya memeluk lebih erat bunga es itu.
“Dan
aku percaya Peri Salju pasti akan mengabulkan keinginanku,” lanjutnya lagi
dengan tersenyum bahagia. Pria muda itu melepaskan pelukannya dan mengacak-acak
rambutnya dengan sayang.
“Kau
anak yang baik. Ibumu juga pasti wanita yang baik,” ujar si pria muda sambil
tersenyum.
“Tentu.
Ibuku adalah wanita yang paling baik di dunia ini. Dia adalah...” kalimat Ji
Teng spontan terputus saat suara seorang wanita memanggilnya cemas.
“JI
TENG...” panggil si wanita lalu berlari dan memeluk Ji Teng dengan erat sambil
menangis. Pria muda yang berlutut membelakanginya tak menyadari kehadiran si
wanita. Tapi dia mengingat dengan jelas suara itu. Suara yang sangat
dirindukannya. Dengan satu gerakan cepat, wanita itu meraih Ji Teng dan
membawanya ke dalam pelukannya, tidak menaruh perhatian pada pria muda yang
berlutut membelakanginya.
“Kenapa
kau suka sekali membuat Ibu khawatir? Apa kau tahu betapa takutnya Ibu?
Bagaimana jika seandainya Ibu kehilanganmu? Hanya kau satu-satunya yang Ibu
miliki di dunia ini. Kehilanganmu, Ibu juga tak ingin hidup lagi,” wanita muda
itu memarahi putranya sambil memeluknya erat dengan airmata menetes di pipinya.
“Ibu,
maafkan aku! Aku janji takkan membuat Ibu cemas lagi. Lihat! Ji Teng berhasil
menemukan Peri Salju untuk Ibu. Peri Salju akan membawa Ibu bertemu dengan
Ayah, jadi Ibu tak perlu menangis lagi,” ujar Ji Teng dengan polos seraya
menunjukkan bunga es itu pada ibunya yang hanya bisa menangis haru.
“Ji
Teng, asal kau bersama Ibu, bagi Ibu itu sudah cukup,” ujar wanita itu lembut penuh
haru.
“Ayahmu...Dia
tidak akan kembali bersama kita. Dia bahkan tak tahu kalau kau ada, dia...”
kalimat wanita itu spontan terputus saat pria muda itu berdiri dan memandang ke
arah mereka.
“Bagaimana
jika seandainya sekarang dia mengetahuinya?” tanya si pria muda yang sukses
membuat wanita muda itu tercekat.
“KAU!”
wanita muda itu tampak sangat terkejut melihat kehadiran sosok di hadapannya.
“Lama
tak berjumpa. Aku bahkan tak tahu jika kau sudah memiliki seorang putra yang
begitu tampan dan berani,” ujar si pria muda dengan lirih seraya memandang Ji
Teng dengan sayang.
“Hanya
satu pertanyaanku, kenapa kau memberinya nama sama seperti namaku? Apa dia
adalah putraku?” tanya pria muda itu tanpa basa basi dan langsung tepat pada
sasaran. Wanita itu terdiam, lalu segera menggendong Ji Teng dan membawanya
pergi dari sana.
“Ke
mana lagi kau ingin lari? Tidakkah kau bosan terus berlari? Kembalilah, Chi Xue
Tung! Aku Ji Teng, sangat merindukanmu,” pinta pria muda dengan mata
berkaca-kaca dan suara bergetar.
To
Be Continued...
#Liliana
Tan#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar