Sama
seperti novel-novel yang lainnya, saya juga akan memberi gambaran sekilas alias
teaser mengenai Tetralogi 4 Musim pertama saya, yaitu “Winter Tears”. Gak usah
banyak-banyak sih, seperti yang sebelum-sebelumnya, Cuma 4 bab aja. Kalau
semuanya dibongkar di blog, tar gak ada yang mau beli donk hehehe =) So, please
welcome The First From My Four Seasons Series “Winter Tears”
“(Teaser) Winter Tears : Prolog”
“Apa yang kau lakukan di sini? Apa Suster
Kepala yang menyuruhmu mencariku?” tanya seorang gadis kecil berambut panjang
dan bermantel putih di dalam hutan yang tertutup salju.
“Aku tersesat. Tempat apa ini? Aku mau keluar.
Apa yang kau lakukan di tempat sedingin ini?” seorang anak laki-laki balik
bertanya padanya. Dia gadis kecil yang aneh, di saat anak-anak lainnya sedang
merayakan Natal bersama di dalam rumah dan makan makanan yang enak, dia justru
berada di dalam hutan yang dingin dan gelap.
“Aku sedang mencari Peri Salju. Peri Salju
hanya muncul saat malam Natal dan akan mengabulkan permintaan anak yang selalu
bersikap baik,” jawab si gadis kecil sambil tersenyum, saat menoleh, rambut
hitamnya yang lurus dan tergerai sepanjang pinggang tampak berkibar ditiup
angin musim dingin yang berhembus.
“PERI SALJU?” ulang si anak laki-laki
bingung.
“Benar, Peri Salju,” jawabnya lagi.
“Kau dengar omong kosong itu dari mana?
Lucu sekali,” cibir si anak laki-laki, menertawakannya.
“Anak orang kaya sepertimu, yang selalu
mendapatkan apa yang mereka inginkan, memang tidak butuh Peri Salju untuk mengabulkan
keinginanmu, benarkan? Tapi tidak begitu denganku. Ibuku meninggal dan ayahku
membuangku. Kau tahu kenapa aku ingin menemukan si Peri Salju? Karena aku ingin
dia membantuku membawa kembali Ayahku!” jawab gadis kecil itu, tiba-tiba
menangis pelan.
Melihat airmatanya, perasaan bersalah
mencengkeram si anak laki-laki. “Maaf.
Aku benar-benar minta maaf,” si anak laki-laki meminta maaf karena merasa
bersalah telah membuat gadis kecil itu menangis.
“Kau ingin keluar dari hutan ini kan?”
tanya si gadis kecil tiba-tiba seraya menghapus airmatanya.
“Ikutilah jalan setapak itu dan
berjalanlah lurus tanpa berhenti sampai kau melihat sebuah pondok kecil. Jika
kau sudah sampai di pondok kecil itu maka kau sudah bisa melihat Panti
Asuhanku. Bila masih bingung, kau pandanglah bintang itu, maka dia pasti akan
membantumu menemukan jalan pulang,” lanjutnya lagi seraya menuding ke langit
malam.
“Bintang?” ulang si anak laki-laki
bingung.
“Bintang Polaris, bintang yang cantik di
langit utara yang dijadikan penanda arah
utara. Ikuti bintang itu maka kau akan bisa keluar dari hutan ini,” jawabnya
lagi.
“Lalu kau?” tanya si anak laki-laki.
“Aku akan mencari Peri Salju dan aku tidak
akan kembali sebelum menemukannya. Kau pergilah dulu! Sampai jumpa!” jawab si
gadis kecil singkat lalu berjalan ke arah hutan.
“Tapi sekarang sudah malam, tidakkah
sebaiknya kau cari dia besok pagi saja? Kita pulang bersama,“ tawar si anak
laki-laki padanya.
“TIDAK! Peri Salju hanya muncul saat
Natal, jika malam ini aku tidak menemukannya, aku harus menunggu tahun depan.
Itu terlalu lama. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi besok? Bagaimana jika seandainya
besok aku mati? Aku harus menemukan Peri Salju sekarang juga,” jawabnya keras
kepala.
“Tapi...” Si anak laki-laki berusaha
memprotes tapi gadis kecil itu memotong kalimatnya.
“Setidaknya aku sudah berusaha kan? Walau
gagal aku tidak akan menyesal. Sampaikan terima kasih pada Ayahmu untuk semua
kebaikannya. Kami menikmati pesta Natalnya. Dan baju-baju yang dibelikannya
untuk kami juga sangat indah,” jawabnya lagi sambil tersenyum manis.
“Sama-sama. Boleh aku tahu namamu?” tanya
anak laki-laki itu ingin tahu.
Gadis kecil itu tersenyum dan menjawab “Little
Snow,” ujarnya lalu menghilang ke dalam hutan.
Begitu dia pergi, anak laki-laki itu menyadari
sesuatu terjatuh dari tempat gadis kecil itu berdiri tadi. Dia memungut benda
yang berkilauan itu dan menatapnya. Sebuah kalung berliontin bintang separuh
yang mirip dengan miliknya sendiri tapi di belakang liontin itu terukir sebuah
huruf Xue (雪) yang berarti “Salju”.
“Kenapa sangat mirip dengan milikku?” ujar
si anak laki-laki seraya menatap heran kalung itu, kemudian dia teringat
sesuatu, “Little Snow, kalungmu...” teriak si anak laki-laki tapi sepertinya si
gadis kecil itu sudah tidak mendengar lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar