Author : Liliana Tan
Starring :
TORO Energy as Ji Teng / TORO
Margaret Wang as Chi Xue Tung / Snow Lotus (Xue Lian)
Shu Wei Energy as himself
Niu Nai Energy as Himself
Ah Di Energy as Himself
Kunda Energy as Himself
Johny Yen as Chi Xing Feng
Cheryl Yang as Elaine
NB : SPECIAL CHRISTMAS.
“Winter Wish : Chapter 4 (Snow Angel Fanfiction
Special Christmas)”
“Auuww...Maafkan aku!” ujar Xue Tung saat secara tak
sengaja dia menabrak seseorang di depannya. Dia berlutut untuk mencari
tongkatnya yang terjatuh, tapi seseorang telah lebih dulu menarik tangannya lembut
dan menyodorkan tongkat itu padanya.
“Ini tongkatmu!” ujar suara lembut itu. Xue Tung terdiam
sejenak saat mengenali sentuhan lembut di tangannya itu.
“Apa kau orang yang selalu membantuku diam-diam setiap
kali aku pulang dari restoran tempatku bekerja?” tebak Xue Tung, dia mengingat
sentuhan lembut dan hangat dari tangan seseorang yang selalu membantunya
diam-diam setiap malam saat dia pulang dari restoran tempat dia bekerja.
Xue Tung ingat tangan itu yang selalu mengulurkan tangan
dan diam-diam membantunya, tangan itu yang membantunya mengambil tongkatnya
yang terjatuh, tangan itu yang menuntunnya dan memayunginya saat hujan turun
sangat lebat, tangan itu yang membukakan pintu taksi untuknya dan bahkan tangan
itu juga yang menyelamatkannya saat segerombolan berandalan hampir saja
memperkosa Xue Tung di suatu malam. Tapi setiap kali Xue Tung menanyakan
namanya, sosok misterius itu selalu terdiam. Xue Tung tak pernah mendengar
suaranya, hanya sentuhan lembut dan hangat tangannya yang selalu dia ingat.
“Benar. Kurasa sekarang saatnya kau tahu siapa aku
sebenarnya,” jawab sosok itu dengan lembut.
“Aku mengenali suaramu. Brother Shu Wei? Kau teman mereka
kan? Jadi kau yang selama ini membantuku diam-diam?” tanya Xue Tung dengan
yakin.
“Benar. Aku Chang Shu Wei dari Energy. Aku juga teman
TORO dan Niu Nai. Aku adalah pengagummu sejak lama. Aku mengagumi bakatmu
bermain piano, aku mengagumi ketegaranmu, aku mengagumi keberanianmu dan entah
sejak kapan, rasa kagumku berubah menjadi cinta,” ujar Shu Wei mengakui
perasaannya.
“Brother Shu Wei, kurasa jika wanita lain yang mendengar
pengakuan ini, mereka pasti bersorak girang. Seorang personil Boyband Papan
Atas Taiwan menyukai mereka, ini adalah anugerah yang tak terkira,” jawab Xue
Tung ramah, sebisa mungkin tidak menyakiti hati orang yang selama ini diam-diam
membantunya.
“Bagaimana denganmu?” tanya Shu Wei dengan hati berdebar
kencang.
“Maafkan aku. Karena dalam hatiku...” kalimat Xue Tung
terpotong oleh kalimat Shu Wei yang berkata dengan perih, “Hanya ada Ji Teng
seorang,” lanjutnya sakit.
Xue Tung terdiam, lalu mengangguk pelan.
“Kurasa TORO sudah menceritakan semua padamu kan?” jawab
Xue Tung menyesal.
“Tapi selamanya kau akan menjadi Malaikat Pelindung
Pribadiku,” lanjut Xue Tung dengan tersenyum tulus, tak ingin menyakiti hati
Shu Wei.
“Aku tahu. TORO benar, tak ada seorangpun yang bisa
menggantikan Ji Teng dalam hatimu. Kurasa aku harus puas hanya dengan menjadi
Malaikat Pelindung Pribadimu, benarkan?” jawab Shu Wei, mencoba mengerti walau
hatinya terasa sangat sakit.
“Setidaknya dengan begini, aku masih bisa berada di
sisimu,” lanjutnya dalam hati.
“Lihat ini! Kalung dan bola kristal ini adalah hadiah
Natal dari Ji Teng. Bagus tidak? Kedua benda ini sangat penting bagiku, bahkan
sama pentingnya dengan nyawaku,” ujar Xue Tung menunjukkan kalung berliontin
Lotus yang tergantung di lehernya dan mengeluarkan sebuah bola kristal dari
dalam tas kecilnya.
“Indah sekali,” ujar Shu Wei kagum. Tapi dia merasa
sepertinya dia pernah melihat kalung itu di suatu tempat, dan bola kristal itu
sepertinya juga bukan bola kristal sembarangan yang bisa dibeli di mana saja.
“Ji Teng sepertinya adalah sosok yang sangat berkelas,” puji Shu Wei dalam
hati.
“Sepertinya sangat sulit untuk bersaing dengannya,”
tambahnya sedih.
“Biarkan aku berada di sisimu, setidaknya hingga Ji
Teng-mu kembali,” pinta Shu Wei tulus, dia masih berharap asalkan dia setia
berada di sisi gadis ini, suatu hari nanti hati gadis ini pasti tersentuh dan
menerima cintanya.
“Baiklah. Asalkan para fansmu tidak marah padaku,” ujar
Xue Tung bercanda dan mereka berduapun tertawa.
“Tapi bolehkah aku tahu kenapa matamu bisa seperti ini?”
tanya Shu Wei dengan hati-hati agar tidak menyinggung gadis ini.
“Seingatku saat itu, ibuku berusaha menghindari seorang
anak laki-laki yang akan menyeberang jalan, Ibu membanting setirnya ke kiri
jalan lalu mobil kami menabrak pembatas jalan lalu jatuh ke jurang dan meledak.
Ibuku meninggal dan sejak itu aku tak bisa melihat. Dokter bilang kornea mataku
rusak,” jawab Xue Tung dengan sedih.
“Aku hidup dalam kegelapan, hingga suatu hari Ji Teng
datang lalu memberikanku cahaya terang. Dia satu-satunya temanku, satu-satunya
orang yang peduli padaku, saat anak-anak yang lain menghina dan menjauhiku,”
lanjut Xue Tung dengan setetes air menetes dari sudut matanya yang indah setiap
kali mengingat Ji Teng.
Shu Wei merasa hatinya sakit, Xue Tung sangat mencintai
pria itu. Shu Wei bisa merasakan hal itu walau dia belum pernah sekalipun
bertemu Ji Teng.
“Benarkah tak ada kesempatan untukku?” batinnya sedih dan
pilu.
“Besok adalah Hari Natal, apa kau juga akan tampil di
konser nanti?” tanya Shu Wei, mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Benar. Aku diminta untuk memainkan lagu pembuka dan
penutup di awal dan akhir konser,” jawab Xue Tung ramah.
“Berarti kau akan bermain piano sebelum dan sesudah
kami,” jawab Shu Wei lagi. Xue Tung mengangguk riang.
“Kehormatan bagiku bisa menjadi pembuka konser Energy,”
ujarnya tulus sambil tersenyum tulus.
Shu Wei dan Xue Tung berbicara dengan akrab tanpa
menyadari ada banyak pasang mata mengawasi mereka dengan iri.
=====
25 Desember....
Akhirnya Hari Natal tiba juga, hari ini adalah malam
pertunjukan mereka. Hari yang sibuk karena hari ini mereka harus melakukan
gladi bersih untuk pertunjukan tadi malam. Energy menyanyikan lagu-lagu populer
mereka dan sukses menghibur semua penonton malam itu.
浮浮沉沉的心 有多少试炼
Fu fu chen chen te sin yu tuo shao she lien
Fu fu chen chen te sin yu tuo shao she lien
Jatuh bangun
dalam hidup ini hanyalah sebuah ujian kehidupan
只希望我的怀里
Che
shi wang wo te huai li
Hanya
berharap lenganku ini...
是一个没有风没有雨小小的世界
She yi khe mei yu feng mei yu yu siao siao te she cie
She yi khe mei yu feng mei yu yu siao siao te she cie
Bisa
melindungi dunia kecilmu dari angin dan hujan yang menerpa
如果什么都会变
Ru kuo
sem mo tou huei pien
Bila segala
hal di dunia ini bisa berubah...
爱一定能例外
Ai yi ting neng li wai
Ai yi ting neng li wai
Cinta harus
mendapat pengecualian
在你和我和天空的面前 许下一个 预言
Cai ni he wo he thien khung te mien chien shi sia yi khe yi yen
Cai ni he wo he thien khung te mien chien shi sia yi khe yi yen
Di hadapanmu
dan di hadapan langit, aku akan mengucapkan sumpah ini...
# 虽然我还不知道
Suei ran wo hai
pu che tao
Walaupun aku
tidak tahu...
到达幸福最快速的路线
Tao tha sing fu cuei kuai shu te lu sien
Tao tha sing fu cuei kuai shu te lu sien
Jalan
tercepat untuk meraih kebahagiaan
虽然我不能解释
Suei ran wo pu
neng cie she
Walaupun aku
tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya...
但时间终于会证明一切 Babe
Tang she cien
chung yu huei cheng ming yi chie Babe
Tapi waktu
akan membuktikan semuanya, sayang...
REFF :
爱到某年某月某一天
Ai tao mo nien
mo yue mo yi thien
Mencintai
setiap hari, setiap bulan, setiap tahun
直到我微笑的闭上眼
Che tao wo wei siao te phi shang yen
Che tao wo wei siao te phi shang yen
Hingga aku
bisa memejamkan mataku sambil tersenyum
闪过心里最后的画面
Shan kuo sin li
cuei hou te hua mien
Gambaran
akhir kisah ini berkelebat dalam hatiku...
还是蓝天里的你 Yeah...
Hai she lan
thien li te nǐ yeah..
Ataukah
birunya langit yang kulihat itu adalah kau ??
爱到某年某月某一天
Ài tao mo nien
mo yue mo yi thien
Mencintai
setiap hari, setiap bulan, setiap tahun
渴望一直守护一个人的感觉
Khe wang yi che shou hu yi khe ren te kan cie
Khe wang yi che shou hu yi khe ren te kan cie
Berharap bisa
selalu menjaga perasaan hati seseorang
让我邀请你 一起去看一看永远 Yeah...
Rang wo
yao ching ni, yi chi
chi kan yi kan yung yen Yeah...
Biarkan aku
menemanimu bersama memandang langit selamanya
## 短短的旅程 长长的一辈子
Thuan thuan
te lu cheng chang chang
te yi pei che
Perjalanan
hidup kita yang singkat ini akan terjadi seumur hidup...
从此你的每一天
Chung che
ni te mei yi thien
Sejak saat
itu dalam hari-harimu...
都让爱 都让我 陪着你一起走
Tou
rang ai tou rang wo pei che ni
yi chi chou
Biarkan aku,
biarkan cinta ini menemanimu melangkah bersama
无论最后是什么时候
Wu luen cuei
hou she sem mo she hou
Hingga akhir
perjalanan hidup ini tak peduli kapanpun waktunya
一直到我们都走不动
Yi che tao wo men tou chou pu tung
Yi che tao wo men tou chou pu tung
Hingga akhirnya kita tahu dan juga
mengerti bahwa...
爱上了一个人
Ai shang le yi khe
ren
Mencintai
seseorang...
不再是一个人 紧紧牵着你的手 Yeah....Na Ooh
Pu cai she yi khe
ren chin chin chien che ni
te shou Yeah....Na Ooh
Bukankah
harus selalu menggenggam tangannya dengan erat ??
( Energy – Mo Nian Mo Yue Mo Yi Thien )
Si pianis buta, Snow Lotus pun sukses membuat semua
penonton kagum padanya, pada seorang gadis buta yang memiliki bakat dan
semangat luar biasa. Pada akhir pertunjukan itu, Xue Tung menceritakan sebuah
kisah sebelum dia memainkan lagu terakhirnya malam itu.
“Lagu ini adalah favorite dari temanku. Pertama kali aku
bertemu dengannya adalah di malam hujan bersalju. Saat itu aku sedang tersesat,
saat tiba-tiba aku mendengar sebuah suara lembut menyanyikan sebuah lagu yang
begitu indah. Saat itu, suaranya adalah sebuah penuntun bagiku, Saat aku
tersesat dan tak tahu jalan menuju pulang, suara itu akan menuntunku dan
membantuku mencari jalan pulang. Dia jugalah yang telah membawa cahaya dalam
hidupku, memintaku agar selalu menjalani hidup ini dengan tersenyum. Untuk
seseorang yang selalu kurindukan, aku masih di sini, menunggumu kembali.
Selamat Natal semuanya. Semoga Damai Natal menyertai kita semua,” ujar Xue Tung
dengan senyuman manisnya, lalu mulai memainkan sebuah melodi yang indah.
一个人能说出怎么样的对白
Yi khe ren neng shuo chu cem mo yang te tuei pai
Yi khe ren neng shuo chu cem mo yang te tuei pai
Apa yang harus kukatakan pada diriku sendiri saat aku
seorang diri seperti ini?
空房间只剩我的无奈
Khung fang chien che sheng wo te wu nai
Khung fang chien che sheng wo te wu nai
Yang tersisa dalam ruangan ini hanyalah
ketidakberdayaanku
花谢了花又开
Hua sie le hua yu kai
Hua sie le hua yu kai
Bunga-bunga berguguran namun kembali mekar
你却不在回来
Nǐ cuei pu cai huei lai
Nǐ cuei pu cai huei lai
Tapi kau takkan
pernah kembali
静静的试着忘了爱
Ching ching te she chi wang le ai
Ching ching te she chi wang le ai
Perlahan-lahan aku mulai melupakan cinta
这么冷的冬天
Che mo leng te
thung thien
Di tengah musim salju yang begitu dingin...
我走在一个人的街上
Wo chou cai yi khe ren te chie shang
Wo chou cai yi khe ren te chie shang
Aku berjalan seorang diri di jalanan yang sepi
天空飘下了雪
Thien khung piao sia le xue
Thien khung piao sia le xue
Salju perlahan turun dari langit...
而我想起了你
Er wo siang chi le ni
Er wo siang chi le ni
Saat aku mulai memikirkanmu...
就在这个时候眼泪流下来
Ciu cai che khe
she hou yen lei liu sia lai
Saat itulah airmata menetes turun dari mataku...
Xue Tung menyanyikan lagu yang pernah didengarnya dari Ji Teng malam itu. Lagu yang membawanya bertemu cahaya dan cinta dalam hidupnya. Saat menyanyikan lagu itu, Xue Tung mengingat semua kenangan indahnya bersama Ji Teng, masa kecil yang begitu indah, masa kecil yang takkan pernah terulang. Setetes airmata jatuh dari sudut mata Xue Tung saat menyanyikan lagu itu.
“Aku merindukanmu. Ji
Teng, aku merindukanmu.” Ujar Xue Tung dalam hati. Perih.
Tak jauh dari sana, tiga pasang mata menatap kagum penuh
cinta tapi juga diliputi kesedihan.
“Airmata itu, dia pasti menangis untuk Ji Teng-nya. Ini
sangat menyedihkan, kita bahkan tidak mampu bersaing dengan bayangannya.
Bagaimana jika seandainya Ji Teng benar-benar muncul di depan kita?” ujar Niu
Nai dengan tersenyum sedih.
“Kau benar. Ji Teng tak ada di sini secara fisik, tapi
dia akan selalu ada dalam hatinya sampai kapanpun,” ujar TORO tak kalah sedih.
“Tapi tak ada seorangpun yang tahu kapan Ji Teng akan
kembali, ada di mana Ji Teng saat ini, ataupun fakta dia masih hidup atau mati,
benarkan? Masih ada kesempatan, aku takkan menyerah,” ujar Shu Wei tak setuju.
TORO terdiam, melihat betapa Shu Wei tak mau menyerah walau tahu dalam hati Xue
Tung hanya ada Ji Teng seorang.
TORO terdiam, mendadak dia merasa pernah mendengar lagu
itu sebelumnya. “Lirik dan nadanya sangat familiar. Di mana aku pernah
mendengarnya?” TORO mendadak mengalihkan pembicaraan.
“Benarkah? Aku baru mendengar lagu ini sekali,” sahut Shu
Wei bingung. Masih berkutat dengan kenangannya, TORO mendadak teringat pada
mimpinya yang tampak samar.
“Mimpi itu...” gumamnya tanpa sadar.
“Mimpi yang mana?” Niu Nai terlihat penasaran.
“Aku pernah mendengar lagu itu dalam mimpiku. Sepasang
anak kecil yang berdiri di tengah hamparan salju, bola kristal dan sebuah
kalung, lalu sebuah lagu yang mengalun sedih disertai dengan kalimat “Aku akan
kembali,” Ada apa dengan otakku?” TORO memaki otaknya dengan frustasi.
“Mimpi apa?” tanya Shu Wei, mendadak ikut penasaran, lalu
TORO pun mulai menceritakan tentang mimpinya. Tentang kecelakaan itu dan juga
tentang kenangan di tengah hamparan salju.
Shu Wei terpana. Bola kristal. Kalung. Lalu kecelakaan
yang dilihat TORO dalam mimpinya, sama persis dengan kecelakaan yang dialami
Xue Tung saat kecil yang telah merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta. Lalu
spontan Shu Wei teringat tentang foto terakhir TORO bersama ibunya yang tak
sengaja dia lihat dalam dompet temannya.
Flashback...
“Apa dia ibumu? Cantik sekali,” Shu Wei ingat saat itu
dia bertanya pada TORO perihal ibunya.
“Benar. Itu foto terakhir ibuku sebelum beliau
meninggal,” jawab TORO sedih.
“Boleh aku tahu kenapa ibumu meninggal?” tanya Shu Wei
lagi.
“Ibu meninggal karena menyelamatkan aku saat sebuah mobil
akan menabrakku,” jawab TORO saat itu dengan tatapan mata yang sedih.
“Kalung yang cantik. Apa kalung itu juga dikubur bersama
ibumu?” tatapan mata Shu Wei beralih pada kalung indah yang tergantung di leher
ibu TORO.
“Tidak. Ibu memberikan kalung itu padaku sebelum
meninggal, Ibu ingin aku memberikan kalung itu pada calon istriku kelak,” jawab
TORO sambil tertawa lucu.
“Jadi kalung itu ada padamu saat ini?” Shu Wei kembali
bertanya.
“Hei, kenapa kau sangat tertarik pada kalung ibuku?” TORO
merasa temannya sangat aneh.
“Tidak. Hanya saja, modelnya sangat unik. Mungkin aku
bisa meniru modelnya untuk membuat lagi kalung yang serupa tapi tak sama,” saat
itu Shu Wei sudah mulai berpikir untuk membuatkan kalung yang bermodel mirip
dengan kalung ibu TORO. Sebuah kalung
berliontin Lotus yang sesuai dengan nama gadis yang diam-diam
dicintainya, Snow Lotus.
“Tidak. Kalung itu sudah kuberikan pada seorang gadis
yang istimewa,” ujar TORO saat itu.
“Berarti gadis itu adalah calon istrimu? Benarkan?
Bukankah ibumu bilang dia ingin kau memberikan kalung itu pada calon istrimu
kelak?” Shu Wei menggoda temannya.
TORO tersenyum malu-malu dan menjawab ragu, “Mungkin.
Jika aku menemukannya, aku akan segera melamarnya. Semoga saat itu, dia masih
menungguku dan belum melupakan aku. Sekarang aku sedang berusaha menemukannya,”
ujar TORO tak yakin. Dan tak lama kemudian, sebuah insiden terjadi saat TORO
terjatuh dari panggung konser dan kepalanya menghantam lantai dengan keras,
darah bercucuran dari kepalanya, dia mengalami gegar otak ringan dan kehilangan
sebagian ingatan masa lalunya. Sebagian kehidupan masa lalunya pergi begitu
saja.
End Of Flashback...
“Ji Teng? Mungkinkah TORO adalah Ji Teng?” Shu Wei menatap TORO tanpa berkedip.
Hatinya menolak mengakui tapi semua kisah yang didengarnya dari Snow Lotus juga
dari TORO sangat mirip.
“Kenapa kau menatapku seperti itu, Shu Wei?” tanya TORO
bingung. Shu Wei hanya menggelengkan kepalanya cepat-cepat.
“Tidak apa-apa! Pertunjukan sudah selesai. Aku ingin
memberi ucapan selamat pada Snow Lotus,” jawab Shu Wei salah tingkah. Tapi saat
menoleh, ternyata Xue Tung sudah tak ada di sana.
“Eh, ke mana dia?” tanya Shu Wei pada kedua temannya yang
juga kebingungan.
“Kita terlalu fokus pada cerita TORO hingga tidak
menyadari Snow Lotus sudah pergi,” jawab Niu Nai.
“Aku akan mencarinya,” ujar TORO.
“Aku juga,” Shu Wei tak mau kalah. Melihat kedua temannya
segera pergi mencari, Niu Nai pun tak ingin ketinggalan.
Shu Wei berjalan tergesa-gesa ingin mencari Xue Tung tapi
karena tak menemukannya di manapun, dia pun memutuskan untuk bertanya pada
salah satu pegawai resort, “Maaf, apa Anda melihat pianis buta yang lewat
sini?” tanya Shu Wei pada seorang pegawai resort yang tampak sibuk membawa
banyak koper di tangannya.
“Oh, pianis itu? Sekitar lima belas menit yang lalu, saya
melihat beberapa orang wanita memaksanya ikut dengannya ke suatu tempat,” jawab
si pegawai resort dengan gaya mengingat.
“Mereka pergi ke mana? Apa kau sempat melihat?” tanya Shu
Wei mendadak panik.
“Ke sana!” tunjuknya ke area ski.
“Terima kasih!” sahut Shu Wei lalu segera melesat ke
sana. Tapi belum sampai di sana, dia tak sengaja mendengar obrolan beberapa
orang gadis yang tampak mencurigakan.
“Apa tidak apa-apa meninggalkan gadis buta itu di sana?”
tanya seorang gadis bermata sipit dan berambut pendek dengan sedikit takut.
“Memangnya kenapa? Siapa suruh dia begitu tidak tahu
diri. Dia pikir dia siapa? Hanya seorang gadis buta tapi berani mendekati idola
kita. Setelah Niu Nai, lalu TORO kemudian Shu Wei. Dasar tak tahu diri!” jawab
yang satu lagi tak peduli.
“Benar. Apa hebatnya sih gadis buta itu hingga semua
personil Energy suka padanya?” cibir gadis yang satu lagi. Shu Wei ingin maju
dan melabrak mereka, tapi dia mengendalikan dirinya karena tahu itu akan
menjadi skandal untuk mereka. Jadi dia memutuskan untuk mengabaikan mereka dan
pergi mencari keberadaan Xue Tung di area Ski yang tak jauh dari sana.
Sementara itu, TORO juga sedang kebingungan mencari Xue
Tung yang tiba-tiba menghilang, saat tak sengaja dia bertemu Ah Di dan Kun Da
yang kebetulan mencarinya.
“TORO, kau mau ke mana? Kami berdua sedang
mencarimu. Ayo kita rayakan Natal bersama. Mana Niu Nai dan Shu Wei?” tanya Ah
Di penasaran.
“Aku tidak bisa. Maaf. Aku sedang mencari Snow Lotus,”
jawab TORO panik seraya menoleh ke kanan dan ke kiri.
“Snow Lotus?” tanya Kun Da dengan bingung. Saat tak sengaja menoleh ke arah jendela resort, saat itulah dia melihat
seorang gadis dengan tongkatnya berjalan ke arah hutan di belakang resort di tengah hujan salju yang begitu dingin.
“Bukankah
itu Snow Lotus? Apa yang dilakukannya di tengah hujan salju seperti ini? Apa
dia gila? Tidakkah dia melihat salju turun dengan lebat?” TORO tersentak kaget,
spontan mendekat ke arah jendela dan dia melihat gadis buta itu, pianis itu
berjalan ke arah hutan perlahan-lahan.
“Dia
tidak bisa melihat saljunya. Bagaimana dia bisa tahu kalau sekarang sedang
hujan salju?” ujar TORO menarik napas.
“Kau
benar. Aku lupa,” seru Kun Da dengan nada menyesal. TORO terdiam tak percaya
lalu kemudian segera berlari ke arah resepsionis untuk meminjam senter lalu
bergegas keluar.
“TORO,
akan ada badai salju sebentar lagi,” teriak Ah Di tapi tidak dihiraukannya.
Ah
Di dan Kun Da hanya bisa pasrah melihat teman mereka dan mendoakan
keselamatannya Saat sedang memandang cemas keluar jendela, tiba-tiba Shu Wei
dan Niu Nai muncul di sana
“Di
luar dingin sekali. Aku hampir mati kedinginan. Akan ada badai salju sebentar
lagi, tapi kita masih belum menemukan gadis itu,” ujar Shu Wei seraya
merapatkan mantelnya. Dia baru saja kembali dari area ski untuk mencari Xue
Tung tapi tak bisa menemukannya di manapun. Niu Nai pun baru saja memutari
seluruh resort untuk mencari gadis itu tapi tak juga menemukannya.
“Apa
kalian juga sedang mencari Snow Lotus?” tanya Kun Da pada Niu Nai dan Shu Wei.
“Benar.
Apa kau melihatnya?” tanya Shu Wei tampak bersemangat.
“Benar.
Dia berjalan masuk ke dalam hutan, dan TORO baru saja berlari mengejarnya,”
jawab Kun Da seraya menuding ke arah jendela.
“APA?”
ujar Shu Wei dan Niu Nai serentak lalu segera berlari ke arah jendela untuk
memastikan. Mereka melihat di sana, walau mulai tampak semakin mengecil, mantel
merah TORO tampak menyala terang di tengah hamparan salju putih yang ada di
luar.
“Akan
ada badai salju, kenapa kau biarkan dia pergi?” Niu Nai berteriak khawatir.
“Berapa
lama dia pergi?” tanya Niu Nai lirih.
“Sekitar
10 menit yang lalu,” jawab Ah Di seraya melirik arlojinya.
“Kita
harus segera menyusul mereka,” usul Shu Wei, tapi langkahnya terhenti saat Niu
Nai berkata “Terlambat Shu Wei. Lihat itu! Badai saljunya sudah datang. Kita
takkan bisa ke mana-mana,” ujar Niu Nai seraya menunjuk salju-salju yang
beterbangan seperti pusaran karena tertiup angin.
Dengan
pasrah akhirnya mereka berempat hanya bisa menunggu dengan cemas.
“Sudah
kalian cari di semua tempat? Kalian harus bisa menemukan pianis itu dan juga
kalungnya,” ujar seorang pria bertubuh tinggi, dengan jas hitam yang rapi
sedang memberi instruksi pada beberapa orang bawahannya.
Mendengar
kata pianis disebut, membuat Shu Wei dan Niu Nai saling pandang dengan
penasaran. “Maaf, apa Anda sedang mencari pianis itu? Snow Lotus?” tanya Shu
Wei dengan hati-hati. Pria bertubuh tinggi dan berjas rapi itu spontan menoleh
dan tersenyum ramah, “Ah, Energy,” ujarnya saat melihat ke-4 personil Energy
ada di hadapannya.
“Terima
kasih atas pertunjukan hebat kalian malam ini. Aku Chi Xing Feng, General
Manager Yong Chi Group sangat berterima kasih,” ujar Chi Xing Feng dengan
ramah.
“Sama-sama.
Tetima kasih sudah mengundang kami,” jawab Niu Nai, Sang Leader dengan ramah.
“Tapi
omong-omong, apa Anda sedang mencari pianis itu?” tanya Shu Wei lagi.
“Kau
melihatnya?” tanya Xing Feng penasaran.
“Aku
melihatnya masuk ke dalam hutan sekitar dua puluh menit yang lalu. Tapi jangan
cemas karena teman kami, TORO sedang mengejarnya,” jawab Kun Da tanpa perlu
ditanya.
“Ini
semua karena kalung itu. Jika kalung itu tidak hilang, Xue Tung tidak mungkin
nekat masuk ke dalam hutan untuk mencarinya,” ujar Xing Feng, tanpa sengaja
menyebut nama Xue Tung di depan mereka.
“Xue
Tung? Apa itu nama asli Snow Lotus?” tanya Niu Nai penasaran. Xing Feng hanya
mengangguk pelan.
“Apa
itu kalung yang diberikan Ji Teng padanya?” tebak Shu Wei, rasa sakit dan
cemburu muncul dalam hatinya.
“Demi
sebuah kalung kenangan, dia bahkan rela menerobos hutan di malam badai salju seperti
ini. Snow Lotus, sebesar itukah cintamu padanya?” batin Shu Wei pahit.
Menyadari selamanya takkan pernah ada kesempatan untuknya.
Kemudian
dia terdiam sejenak saat teringat nama asli gadis itu, “Xue Tung. Di mana aku
pernah mendengar nama itu?” gumam Shu Wei pada dirinya sendiri.
Di
tengah kebingungannya, seorang wanita bertubuh tinggi, berambut coklat lurus,
bermata sipit, berwajah runcing dengan memakai blazer hitam yang rapi, dan
tampak seperti seorang eksekutif bisnis, tiba-tiba muncul dan memberi laporan,
“Maaf Pak, Detektif yang Anda minta untuk mencari dan menemukan Ji Teng sudah
datang dan memberikan hasil penyelidikannya. Semua ada di sini Pak,” lapor
wanita itu dengan hormat seraya menyodorkan sebuah amplop besar berwarna coklat
pada Chi Xing Feng.
“Terima
kasih, Elaine,” jawab Xing Feng lalu segera meraih amplop coklat besar itu dari
tangan Elaine.
“Sama-sama,
pak. Dan kabar gembiranya, Detektif itu mengatakan jika Ji Teng ada di sini,”
tambah Elaine lagi sambil tersenyum.
“Akhirnya
dia kembali setelah sekian tahun menghilang dan membuat adikku sangat
menderita. Aku ingin tahu siapa itu Ji Teng yang selalu dia rindukan setiap
hari selama 12 tahun lamanya. Pria brengsek itu harus membayar setiap airmata
adikku dan semua penderitaannya,” Chi Xing Feng memaki kesal, membuat semua
personil Energy yang ada di sana tampak bingung.
“Adik?”
ulang Kun Da.
“Maaf
Pak, Anda seharusnya tidak bicara terlalu keras,” Elaine mengingatkan tapi
mereka semua terlanjur mendengar. Akhirnya, menolak untuk menjawab, Chi Xing
Feng memutuskan untuk langsung saja membuka apa yang ada dalam amplop tersebut,
dan begitu dia menarik foto yang ada di dalamnya, dia kaget bukan kepalang.
Spontan, Chi Xing Feng menjatuhkan amplop coklat itu dan membuat semua isinya
berhamburan keluar.
“Ternyata
dia?” ulang Chi Xing Feng tak menyangka, dengan raut wajah pucat pasi.
Berkas-berkas itu jatuh berhamburan di dekat kaki Shu Wei dan Niu Nai dan tak
sengaja terlihat oleh mereka. Shu Wei dan Niu Nai tak kalah shock saat melihat
foto teman mereka, TORO ada di dalam kumpulan berkas-berkas hasil penyelidikan
itu.
Shu
Wei akhirnya teringat di mana dia pernah mendengar nama “Xue Tung” disebut.
“Aku
ingat. TORO pernah menggumamkan nama Xue Tung dalam tidurnya. Tapi itu jauh
sebelum dia mengalami amnesia dan kehilangan sebagian ingatannya,” ujar Shu Wei
seraya memungut berkas-berkas itu dengan hati hancur.
“Amnesia?”
ulang Chi Xing Feng tak percaya.
“Pak.
Sebaiknya kita undang tamu istimewa kita untuk makan malam di suatu tempat yang
lebih private,” usul Elaine dengan waspada mengingat mereka sedang berada di
lobby hotel yang ramai lalu lalang orang. Chi Xing Feng menangguk lalu
mengundang semua personil Energy dan Manager mereka untuk ikut dengannya ke
suatu tempat.
=====
“Baru
kemarin TORO mengakui di hadapan kami semua bahwa dia jatuh cinta pada seorang
Pianis buta. Dan pianis itu adalah Snow Lotus atau Xue Lian. Siapa yang
menyangka jika Snow Lotus itu adalah cinta masa kecilnya, masa lalunya yang tak
sengaja dia lupakan. Bukankah takdir itu sangat aneh. Walau sebuah kecelakaan
telah membuat TORO melupakannya, tapi takdir jugalah yang membuat TORO kembali
jatuh cinta padanya untuk yang kedua kalinya,” ujar Ah Di kagum dan tersentuh.
“Dan
demi gadis itu juga, TORO rela menembus badai salju demi untuk mencari dan
menemukannya,” lanjut Kun Da kagum akan besarnya kekuatan cinta mereka.
“Wow!
Kuasa Tuhan sedang bekerja. Kurasa sejak awal mereka memang ditakdirkan untuk
bersama. Tanpa tahu siapa nama aslinya, tidak peduli walau sejak awal TORO tahu
dia buta, dia tetap mencintainya dan bahkan rela menembus badai salju untuk
mencarinya,” lanjut Ah Di kagum.
“Inilah
cinta sejati..Sanggup menerima apapun kekurangan pasangan kita. TORO jatuh cinta pada gadis itu tanpa
tahu dialah si gadis salju, cinta masa kecilnya dan masa lalunya yang tak
sengaja dia lupakan,” ujar Kun Da lagi.
“Sejak
aku mendengar TORO bercerita soal mimpinya, tentang kecelakaan itu, lagu itu,
bola kristal, kalung berliontin Lotus juga tentang sepasang anak kecil di
tengah hamparan salju, aku sudah merasa bahwa TORO adalah Ji Teng, pria yang
selalu dirindukan oleh Xue Tung. Mereka memiliki kisah yang mirip satu sama
lain. Tapi aku berusaha menipu diriku sendiri dan berpikir bahwa itu tidak
mungkin. TORO bukan Ji Teng. Tapi setelah aku melihat berkas-berkas hasil
penyelidikan itu, aku tahu ini saatnya bagiku untuk mundur. Jika untuk melawan
bayangan Ji Teng saja kami tak mampu, apalagi jika Ji Teng benar-benar muncul
di hadapan kami saat ini,” Shu Wei tersenyum pahit, dia harus rela mundur walau
hatinya sakit.
“Mereka
berdua sudah ditakdirkan sejak kecil, tak peduli terpisah sejauh apa pun, tak
peduli walau sebuah kecelakaan membuat TORO kehilangan masa lalunya, takdir
tetap memiliki cara untuk membuat mereka bertemu lagi. Akan sangat egois jika
aku tetap memaksa untuk memisahkan mereka. Benarkan Niu Nai?” lanjut Shu Wei
dengan berbesar hati seraya menatap Leadernya yang juga nampak kesedihan di
matanya.
“Bukankah TORO pernah berkata di dunia ini hanya ada 2
penyesalan. Pertama, jatuh cinta pada seorang gadis yang di dalam hatinya
mencintai pria lain dan kedua, bila melihat orang yang kita cintai tidak
bahagia. Dan bila hanya Ji Teng yang bisa membuatnya bahagia, maka dia akan
lakukan apa saja untuk mengembalikan Ji Teng padanya. To make her happy is his
ultimate wish. Kurasa sekarang, aku akan melakukan apa yang pernah dia
katakan,” jawab Niu Nai tulus walau sorot matanya terlihat sedih.
“Jika
hanya TORO, maksudku Ji Teng yang bisa membuatnya bahagia, aku rela melepaskan
semuanya pada mereka,” jawab Niu Nai setuju dengan Shu Wei.
“Tapi
masalahnya TORO tak ingat apa pun. Dan Xue Tung pun tak tahu jika TORO adalah
Ji Teng. Dia pun takkan percaya walau kita memberitahunya,” jawab Ah Di, mengingatkan.
“Benarkah
dia tak ingat apa pun?” tanya Xing Feng tak percaya.
“Energy
sangat populer. Kau bisa mencari dengan mudah berita soal kami. Jika kau tak
percaya, kau bisa mencari di internet tentang berita kecelakaan TORO waktu itu.
Demi memberikan space untukku, TORO tak sadar telah sampai di ujung panggung,
dia terjatuh dari atas panggung konser yang lumayan tinggi dan kepalanya
menghantam tanah dengan keras. Darah mengalir deras dari kepalanya, dan dia
mengalami gegar otak ringan yang membuatnya kehilangan sebagian ingatan masa
lalunya,” jelas Ah Di sementara Xing Feng dengan dibantu Elaine memeriksa
berkas-berkas tentang TORO.
“Ada
di sini, Pak. Dia berkata benar,” tunjuk Elaine pada sebuah artikel koran yang
menyebut soal insiden yang dialami personil Energy beberapa saat menjelang konser
yang berakibat harus dibatalkannya konser mereka hingga kondisi TORO
benar-benar pulih.
“Kurasa
jika mereka memang saling mencintai dan ditakdirkan untuk bersama, walau
otaknya tidak mampu mengingat, hatinya pasti bisa mengingat dengan jelas,”
jawab Chi Xing Feng dengan menerawang.
To Be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar