Jumat, 25 Desember 2015

Winter Wish : Chapter 4 (Snow Angel Fanfiction Special Christmas)

Author : Liliana Tan

Starring :
TORO Energy as Ji Teng / TORO
Margaret Wang as Chi Xue Tung / Snow Lotus (Xue Lian)
Shu Wei Energy as himself
Niu Nai Energy as Himself
Ah Di Energy as Himself
Kunda Energy as Himself
Johny Yen as Chi Xing Feng
Cheryl Yang as Elaine

NB : SPECIAL CHRISTMAS.

“Winter Wish : Chapter 4 (Snow Angel Fanfiction Special Christmas)”






“Auuww...Maafkan aku!” ujar Xue Tung saat secara tak sengaja dia menabrak seseorang di depannya. Dia berlutut untuk mencari tongkatnya yang terjatuh, tapi seseorang telah lebih dulu menarik tangannya lembut dan menyodorkan tongkat itu padanya.

“Ini tongkatmu!” ujar suara lembut itu. Xue Tung terdiam sejenak saat mengenali sentuhan lembut di tangannya itu.

“Apa kau orang yang selalu membantuku diam-diam setiap kali aku pulang dari restoran tempatku bekerja?” tebak Xue Tung, dia mengingat sentuhan lembut dan hangat dari tangan seseorang yang selalu membantunya diam-diam setiap malam saat dia pulang dari restoran tempat dia bekerja.

Xue Tung ingat tangan itu yang selalu mengulurkan tangan dan diam-diam membantunya, tangan itu yang membantunya mengambil tongkatnya yang terjatuh, tangan itu yang menuntunnya dan memayunginya saat hujan turun sangat lebat, tangan itu yang membukakan pintu taksi untuknya dan bahkan tangan itu juga yang menyelamatkannya saat segerombolan berandalan hampir saja memperkosa Xue Tung di suatu malam. Tapi setiap kali Xue Tung menanyakan namanya, sosok misterius itu selalu terdiam. Xue Tung tak pernah mendengar suaranya, hanya sentuhan lembut dan hangat tangannya yang selalu dia ingat.

“Benar. Kurasa sekarang saatnya kau tahu siapa aku sebenarnya,” jawab sosok itu dengan lembut.

“Aku mengenali suaramu. Brother Shu Wei? Kau teman mereka kan? Jadi kau yang selama ini membantuku diam-diam?” tanya Xue Tung dengan yakin.




“Benar. Aku Chang Shu Wei dari Energy. Aku juga teman TORO dan Niu Nai. Aku adalah pengagummu sejak lama. Aku mengagumi bakatmu bermain piano, aku mengagumi ketegaranmu, aku mengagumi keberanianmu dan entah sejak kapan, rasa kagumku berubah menjadi cinta,” ujar Shu Wei mengakui perasaannya.

“Brother Shu Wei, kurasa jika wanita lain yang mendengar pengakuan ini, mereka pasti bersorak girang. Seorang personil Boyband Papan Atas Taiwan menyukai mereka, ini adalah anugerah yang tak terkira,” jawab Xue Tung ramah, sebisa mungkin tidak menyakiti hati orang yang selama ini diam-diam membantunya.

“Bagaimana denganmu?” tanya Shu Wei dengan hati berdebar kencang.
“Maafkan aku. Karena dalam hatiku...” kalimat Xue Tung terpotong oleh kalimat Shu Wei yang berkata dengan perih, “Hanya ada Ji Teng seorang,” lanjutnya sakit. 

Xue Tung terdiam, lalu mengangguk pelan.
“Kurasa TORO sudah menceritakan semua padamu kan?” jawab Xue Tung menyesal.

“Tapi selamanya kau akan menjadi Malaikat Pelindung Pribadiku,” lanjut Xue Tung dengan tersenyum tulus, tak ingin menyakiti hati Shu Wei.

“Aku tahu. TORO benar, tak ada seorangpun yang bisa menggantikan Ji Teng dalam hatimu. Kurasa aku harus puas hanya dengan menjadi Malaikat Pelindung Pribadimu, benarkan?” jawab Shu Wei, mencoba mengerti walau hatinya terasa sangat sakit.
“Setidaknya dengan begini, aku masih bisa berada di sisimu,” lanjutnya dalam hati.




“Lihat ini! Kalung dan bola kristal ini adalah hadiah Natal dari Ji Teng. Bagus tidak? Kedua benda ini sangat penting bagiku, bahkan sama pentingnya dengan nyawaku,” ujar Xue Tung menunjukkan kalung berliontin Lotus yang tergantung di lehernya dan mengeluarkan sebuah bola kristal dari dalam tas kecilnya.




“Indah sekali,” ujar Shu Wei kagum. Tapi dia merasa sepertinya dia pernah melihat kalung itu di suatu tempat, dan bola kristal itu sepertinya juga bukan bola kristal sembarangan yang bisa dibeli di mana saja. 

“Ji Teng sepertinya adalah sosok yang sangat berkelas,” puji Shu Wei dalam hati.
“Sepertinya sangat sulit untuk bersaing dengannya,” tambahnya sedih.

“Biarkan aku berada di sisimu, setidaknya hingga Ji Teng-mu kembali,” pinta Shu Wei tulus, dia masih berharap asalkan dia setia berada di sisi gadis ini, suatu hari nanti hati gadis ini pasti tersentuh dan menerima cintanya.

“Baiklah. Asalkan para fansmu tidak marah padaku,” ujar Xue Tung bercanda dan mereka berduapun tertawa.

“Tapi bolehkah aku tahu kenapa matamu bisa seperti ini?” tanya Shu Wei dengan hati-hati agar tidak menyinggung gadis ini.

“Seingatku saat itu, ibuku berusaha menghindari seorang anak laki-laki yang akan menyeberang jalan, Ibu membanting setirnya ke kiri jalan lalu mobil kami menabrak pembatas jalan lalu jatuh ke jurang dan meledak. Ibuku meninggal dan sejak itu aku tak bisa melihat. Dokter bilang kornea mataku rusak,” jawab Xue Tung dengan sedih.

“Aku hidup dalam kegelapan, hingga suatu hari Ji Teng datang lalu memberikanku cahaya terang. Dia satu-satunya temanku, satu-satunya orang yang peduli padaku, saat anak-anak yang lain menghina dan menjauhiku,” lanjut Xue Tung dengan setetes air menetes dari sudut matanya yang indah setiap kali mengingat Ji Teng.

Shu Wei merasa hatinya sakit, Xue Tung sangat mencintai pria itu. Shu Wei bisa merasakan hal itu walau dia belum pernah sekalipun bertemu Ji Teng.
“Benarkah tak ada kesempatan untukku?” batinnya sedih dan pilu.

“Besok adalah Hari Natal, apa kau juga akan tampil di konser nanti?” tanya Shu Wei, mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Benar. Aku diminta untuk memainkan lagu pembuka dan penutup di awal dan akhir konser,” jawab Xue Tung ramah.

“Berarti kau akan bermain piano sebelum dan sesudah kami,” jawab Shu Wei lagi. Xue Tung mengangguk riang.
“Kehormatan bagiku bisa menjadi pembuka konser Energy,” ujarnya tulus sambil tersenyum tulus.

Shu Wei dan Xue Tung berbicara dengan akrab tanpa menyadari ada banyak pasang mata mengawasi mereka dengan iri.

=====

25 Desember....
Akhirnya Hari Natal tiba juga, hari ini adalah malam pertunjukan mereka. Hari yang sibuk karena hari ini mereka harus melakukan gladi bersih untuk pertunjukan tadi malam. Energy menyanyikan lagu-lagu populer mereka dan sukses menghibur semua penonton malam itu.

浮浮沉沉的心 有多少试炼
Fu fu chen chen te sin yu tuo shao she lien
Jatuh bangun dalam hidup ini hanyalah sebuah ujian kehidupan

只希望我的怀里
Che shi wang wo te huai li
Hanya berharap lenganku ini...

是一个没有风没有雨小小的世界
She yi khe mei yu feng mei yu yu siao siao te she cie
Bisa melindungi dunia kecilmu dari angin dan hujan yang menerpa

如果什么都会变
Ru kuo sem mo tou huei pien
Bila segala hal di dunia ini bisa berubah...

爱一定能例外
Ai yi ting neng li wai
Cinta harus mendapat pengecualian

在你和我和天空的面前 许下一个 预言
Cai ni he wo he thien khung te mien chien shi sia yi khe yi yen
Di hadapanmu dan di hadapan langit, aku akan mengucapkan sumpah ini...


# 虽然我还不知道
Suei ran wo hai pu che tao
Walaupun aku tidak tahu...

到达幸福最快速的路线
Tao tha sing fu cuei kuai shu te lu sien
Jalan tercepat untuk meraih kebahagiaan

虽然我不能解释
Suei ran wo pu neng cie she
Walaupun aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya...

但时间终于会证明一切 Babe
Tang she cien chung yu huei cheng ming yi chie Babe
Tapi waktu akan membuktikan semuanya, sayang...


REFF :
爱到某年某月某一天
Ai tao mo nien mo yue mo yi thien
Mencintai setiap hari, setiap bulan, setiap tahun

直到我微笑的闭上眼
Che tao wo wei siao te phi shang yen
Hingga aku bisa memejamkan mataku sambil tersenyum

闪过心里最后的画面
Shan kuo sin li cuei hou te hua mien
Gambaran akhir kisah ini berkelebat dalam hatiku...

还是蓝天里的你 Yeah...
Hai she lan thien li te nǐ yeah..
Ataukah birunya langit yang kulihat itu adalah kau ??

爱到某年某月某一天
Ài tao mo nien mo yue mo yi thien
Mencintai setiap hari, setiap bulan, setiap tahun

渴望一直守护一个人的感觉
Khe wang yi che shou hu yi khe ren te kan cie
Berharap bisa selalu menjaga perasaan hati seseorang

让我邀请你 一起去看一看永远 Yeah...
Rang wo yao ching ni, yi chi chi kan yi kan yung yen Yeah...
Biarkan aku menemanimu bersama memandang langit selamanya


## 短短的旅程 长长的一辈子
Thuan thuan te lu cheng chang chang te yi pei che
Perjalanan hidup kita yang singkat ini akan terjadi seumur hidup...

从此你的每一天
Chung che ni te mei yi thien
Sejak saat itu dalam hari-harimu...

都让爱 都让我 陪着你一起走
Tou rang ai tou rang wo pei che ni yi chi chou
Biarkan aku, biarkan cinta ini menemanimu melangkah bersama

无论最后是什么时候
Wu luen cuei hou she sem mo she hou
Hingga akhir perjalanan hidup ini tak peduli kapanpun waktunya

一直到我们都走不动
Yi che tao wo men tou chou pu tung
Hingga akhirnya kita tahu dan juga mengerti bahwa...

爱上了一个人
Ai shang le yi khe ren
Mencintai seseorang...

不再是一个人 紧紧牵着你的手 Yeah....Na Ooh
Pu cai she yi khe ren chin chin chien che ni te shou Yeah....Na Ooh
Bukankah harus selalu menggenggam tangannya dengan erat ??


( Energy – Mo Nian Mo Yue Mo Yi Thien )

Si pianis buta, Snow Lotus pun sukses membuat semua penonton kagum padanya, pada seorang gadis buta yang memiliki bakat dan semangat luar biasa. Pada akhir pertunjukan itu, Xue Tung menceritakan sebuah kisah sebelum dia memainkan lagu terakhirnya malam itu.

“Lagu ini adalah favorite dari temanku. Pertama kali aku bertemu dengannya adalah di malam hujan bersalju. Saat itu aku sedang tersesat, saat tiba-tiba aku mendengar sebuah suara lembut menyanyikan sebuah lagu yang begitu indah. Saat itu, suaranya adalah sebuah penuntun bagiku, Saat aku tersesat dan tak tahu jalan menuju pulang, suara itu akan menuntunku dan membantuku mencari jalan pulang. Dia jugalah yang telah membawa cahaya dalam hidupku, memintaku agar selalu menjalani hidup ini dengan tersenyum. Untuk seseorang yang selalu kurindukan, aku masih di sini, menunggumu kembali. Selamat Natal semuanya. Semoga Damai Natal menyertai kita semua,” ujar Xue Tung dengan senyuman manisnya, lalu mulai memainkan sebuah melodi yang indah.

一个人能说出怎么样的对白
Yi khe ren neng shuo chu cem mo yang te tuei pai
Apa yang harus kukatakan pada diriku sendiri saat aku seorang diri seperti ini?

空房间只剩我的无奈
Khung fang chien che sheng wo te wu nai
Yang tersisa dalam ruangan ini hanyalah ketidakberdayaanku

花谢了花又开
Hua sie le hua yu kai
Bunga-bunga berguguran namun kembali mekar

你却不在回来
Nǐ cuei pu cai huei lai
 Tapi kau takkan pernah kembali

静静的试着忘了爱
Ching ching te she chi wang le ai
Perlahan-lahan aku mulai melupakan cinta

这么冷的冬天
Che mo leng te thung thien
Di tengah musim salju yang begitu dingin...

我走在一个人的街上
Wo chou cai yi khe ren te chie shang
Aku berjalan seorang diri di jalanan yang sepi

天空飘下了雪
Thien khung piao sia le xue
Salju perlahan turun dari langit...

而我想起了你
Er wo siang chi le ni
Saat aku mulai memikirkanmu...

就在这个时候眼泪流下来
Ciu cai che khe she hou yen lei liu sia lai
Saat itulah airmata menetes turun dari mataku...


Xue Tung menyanyikan lagu yang pernah didengarnya dari Ji Teng malam itu. Lagu yang membawanya bertemu cahaya dan cinta dalam hidupnya. Saat menyanyikan lagu itu, Xue Tung mengingat semua kenangan indahnya bersama Ji Teng, masa kecil yang begitu indah, masa kecil yang takkan pernah terulang. Setetes airmata jatuh dari sudut mata Xue Tung saat menyanyikan lagu itu.

“Aku merindukanmu. Ji Teng, aku merindukanmu.” Ujar Xue Tung dalam hati. Perih.

Tak jauh dari sana, tiga pasang mata menatap kagum penuh cinta tapi juga diliputi kesedihan.
“Airmata itu, dia pasti menangis untuk Ji Teng-nya. Ini sangat menyedihkan, kita bahkan tidak mampu bersaing dengan bayangannya. Bagaimana jika seandainya Ji Teng benar-benar muncul di depan kita?” ujar Niu Nai dengan tersenyum sedih.

“Kau benar. Ji Teng tak ada di sini secara fisik, tapi dia akan selalu ada dalam hatinya sampai kapanpun,” ujar TORO tak kalah sedih.

“Tapi tak ada seorangpun yang tahu kapan Ji Teng akan kembali, ada di mana Ji Teng saat ini, ataupun fakta dia masih hidup atau mati, benarkan? Masih ada kesempatan, aku takkan menyerah,” ujar Shu Wei tak setuju. TORO terdiam, melihat betapa Shu Wei tak mau menyerah walau tahu dalam hati Xue Tung hanya ada Ji Teng seorang.

TORO terdiam, mendadak dia merasa pernah mendengar lagu itu sebelumnya. “Lirik dan nadanya sangat familiar. Di mana aku pernah mendengarnya?” TORO mendadak mengalihkan pembicaraan.

“Benarkah? Aku baru mendengar lagu ini sekali,” sahut Shu Wei bingung. Masih berkutat dengan kenangannya, TORO mendadak teringat pada mimpinya yang tampak samar.

“Mimpi itu...” gumamnya tanpa sadar.
“Mimpi yang mana?” Niu Nai terlihat penasaran.

“Aku pernah mendengar lagu itu dalam mimpiku. Sepasang anak kecil yang berdiri di tengah hamparan salju, bola kristal dan sebuah kalung, lalu sebuah lagu yang mengalun sedih disertai dengan kalimat “Aku akan kembali,” Ada apa dengan otakku?” TORO memaki otaknya dengan frustasi.

“Mimpi apa?” tanya Shu Wei, mendadak ikut penasaran, lalu TORO pun mulai menceritakan tentang mimpinya. Tentang kecelakaan itu dan juga tentang kenangan di tengah hamparan salju.

Shu Wei terpana. Bola kristal. Kalung. Lalu kecelakaan yang dilihat TORO dalam mimpinya, sama persis dengan kecelakaan yang dialami Xue Tung saat kecil yang telah merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta. Lalu spontan Shu Wei teringat tentang foto terakhir TORO bersama ibunya yang tak sengaja dia lihat dalam dompet temannya.

Flashback...
“Apa dia ibumu? Cantik sekali,” Shu Wei ingat saat itu dia bertanya pada TORO perihal ibunya.
“Benar. Itu foto terakhir ibuku sebelum beliau meninggal,” jawab TORO sedih.
“Boleh aku tahu kenapa ibumu meninggal?” tanya Shu Wei lagi.

“Ibu meninggal karena menyelamatkan aku saat sebuah mobil akan menabrakku,” jawab TORO saat itu dengan tatapan mata yang sedih.

“Kalung yang cantik. Apa kalung itu juga dikubur bersama ibumu?” tatapan mata Shu Wei beralih pada kalung indah yang tergantung di leher ibu TORO.

“Tidak. Ibu memberikan kalung itu padaku sebelum meninggal, Ibu ingin aku memberikan kalung itu pada calon istriku kelak,” jawab TORO sambil tertawa lucu.
“Jadi kalung itu ada padamu saat ini?” Shu Wei kembali bertanya.

“Hei, kenapa kau sangat tertarik pada kalung ibuku?” TORO merasa temannya sangat aneh.




“Tidak. Hanya saja, modelnya sangat unik. Mungkin aku bisa meniru modelnya untuk membuat lagi kalung yang serupa tapi tak sama,” saat itu Shu Wei sudah mulai berpikir untuk membuatkan kalung yang bermodel mirip dengan kalung ibu TORO. Sebuah kalung  berliontin Lotus yang sesuai dengan nama gadis yang diam-diam dicintainya, Snow Lotus.

“Tidak. Kalung itu sudah kuberikan pada seorang gadis yang istimewa,” ujar TORO saat itu.

“Berarti gadis itu adalah calon istrimu? Benarkan? Bukankah ibumu bilang dia ingin kau memberikan kalung itu pada calon istrimu kelak?” Shu Wei menggoda temannya.

TORO tersenyum malu-malu dan menjawab ragu, “Mungkin. Jika aku menemukannya, aku akan segera melamarnya. Semoga saat itu, dia masih menungguku dan belum melupakan aku. Sekarang aku sedang berusaha menemukannya,” ujar TORO tak yakin. Dan tak lama kemudian, sebuah insiden terjadi saat TORO terjatuh dari panggung konser dan kepalanya menghantam lantai dengan keras, darah bercucuran dari kepalanya, dia mengalami gegar otak ringan dan kehilangan sebagian ingatan masa lalunya. Sebagian kehidupan masa lalunya pergi begitu saja.

End Of Flashback...

“Ji Teng? Mungkinkah TORO adalah Ji Teng?” Shu Wei menatap TORO tanpa berkedip. Hatinya menolak mengakui tapi semua kisah yang didengarnya dari Snow Lotus juga dari TORO sangat mirip.

“Kenapa kau menatapku seperti itu, Shu Wei?” tanya TORO bingung. Shu Wei hanya menggelengkan kepalanya cepat-cepat.

“Tidak apa-apa! Pertunjukan sudah selesai. Aku ingin memberi ucapan selamat pada Snow Lotus,” jawab Shu Wei salah tingkah. Tapi saat menoleh, ternyata Xue Tung sudah tak ada di sana.

“Eh, ke mana dia?” tanya Shu Wei pada kedua temannya yang juga kebingungan.
“Kita terlalu fokus pada cerita TORO hingga tidak menyadari Snow Lotus sudah pergi,” jawab Niu Nai.

“Aku akan mencarinya,” ujar TORO.
“Aku juga,” Shu Wei tak mau kalah. Melihat kedua temannya segera pergi mencari, Niu Nai pun tak ingin ketinggalan.

Shu Wei berjalan tergesa-gesa ingin mencari Xue Tung tapi karena tak menemukannya di manapun, dia pun memutuskan untuk bertanya pada salah satu pegawai resort, “Maaf, apa Anda melihat pianis buta yang lewat sini?” tanya Shu Wei pada seorang pegawai resort yang tampak sibuk membawa banyak koper di tangannya.

“Oh, pianis itu? Sekitar lima belas menit yang lalu, saya melihat beberapa orang wanita memaksanya ikut dengannya ke suatu tempat,” jawab si pegawai resort dengan gaya mengingat.

“Mereka pergi ke mana? Apa kau sempat melihat?” tanya Shu Wei mendadak panik.
“Ke sana!” tunjuknya ke area ski.
“Terima kasih!” sahut Shu Wei lalu segera melesat ke sana. Tapi belum sampai di sana, dia tak sengaja mendengar obrolan beberapa orang gadis yang tampak mencurigakan.

“Apa tidak apa-apa meninggalkan gadis buta itu di sana?” tanya seorang gadis bermata sipit dan berambut pendek dengan sedikit takut.

“Memangnya kenapa? Siapa suruh dia begitu tidak tahu diri. Dia pikir dia siapa? Hanya seorang gadis buta tapi berani mendekati idola kita. Setelah Niu Nai, lalu TORO kemudian Shu Wei. Dasar tak tahu diri!” jawab yang satu lagi tak peduli.

“Benar. Apa hebatnya sih gadis buta itu hingga semua personil Energy suka padanya?” cibir gadis yang satu lagi. Shu Wei ingin maju dan melabrak mereka, tapi dia mengendalikan dirinya karena tahu itu akan menjadi skandal untuk mereka. Jadi dia memutuskan untuk mengabaikan mereka dan pergi mencari keberadaan Xue Tung di area Ski yang tak jauh dari sana.

Sementara itu, TORO juga sedang kebingungan mencari Xue Tung yang tiba-tiba menghilang, saat tak sengaja dia bertemu Ah Di dan Kun Da yang kebetulan mencarinya.

“TORO, kau mau ke mana? Kami berdua sedang mencarimu. Ayo kita rayakan Natal bersama. Mana Niu Nai dan Shu Wei?” tanya Ah Di penasaran.

“Aku tidak bisa. Maaf. Aku sedang mencari Snow Lotus,” jawab TORO panik seraya menoleh ke kanan dan ke kiri.

“Snow Lotus?” tanya Kun Da dengan bingung. Saat tak sengaja menoleh ke arah jendela resort, saat itulah dia melihat seorang gadis dengan tongkatnya berjalan ke arah hutan di belakang resort di tengah hujan salju yang begitu dingin.

“Bukankah itu Snow Lotus? Apa yang dilakukannya di tengah hujan salju seperti ini? Apa dia gila? Tidakkah dia melihat salju turun dengan lebat?” TORO tersentak kaget, spontan mendekat ke arah jendela dan dia melihat gadis buta itu, pianis itu berjalan ke arah hutan perlahan-lahan.

“Dia tidak bisa melihat saljunya. Bagaimana dia bisa tahu kalau sekarang sedang hujan salju?” ujar TORO menarik napas.

“Kau benar. Aku lupa,” seru Kun Da dengan nada menyesal. TORO terdiam tak percaya lalu kemudian segera berlari ke arah resepsionis untuk meminjam senter lalu bergegas keluar.

“TORO, akan ada badai salju sebentar lagi,” teriak Ah Di tapi tidak dihiraukannya.
Ah Di dan Kun Da hanya bisa pasrah melihat teman mereka dan mendoakan keselamatannya Saat sedang memandang cemas keluar jendela, tiba-tiba Shu Wei dan Niu Nai muncul di sana

“Di luar dingin sekali. Aku hampir mati kedinginan. Akan ada badai salju sebentar lagi, tapi kita masih belum menemukan gadis itu,” ujar Shu Wei seraya merapatkan mantelnya. Dia baru saja kembali dari area ski untuk mencari Xue Tung tapi tak bisa menemukannya di manapun. Niu Nai pun baru saja memutari seluruh resort untuk mencari gadis itu tapi tak juga menemukannya.

“Apa kalian juga sedang mencari Snow Lotus?” tanya Kun Da pada Niu Nai dan Shu Wei.
“Benar. Apa kau melihatnya?” tanya Shu Wei tampak bersemangat.
“Benar. Dia berjalan masuk ke dalam hutan, dan TORO baru saja berlari mengejarnya,” jawab Kun Da seraya menuding ke arah jendela.

“APA?” ujar Shu Wei dan Niu Nai serentak lalu segera berlari ke arah jendela untuk memastikan. Mereka melihat di sana, walau mulai tampak semakin mengecil, mantel merah TORO tampak menyala terang di tengah hamparan salju putih yang ada di luar.

“Akan ada badai salju, kenapa kau biarkan dia pergi?” Niu Nai berteriak khawatir.
“Berapa lama dia pergi?” tanya Niu Nai lirih.
“Sekitar 10 menit yang lalu,” jawab Ah Di seraya melirik arlojinya.

“Kita harus segera menyusul mereka,” usul Shu Wei, tapi langkahnya terhenti saat Niu Nai berkata “Terlambat Shu Wei. Lihat itu! Badai saljunya sudah datang. Kita takkan bisa ke mana-mana,” ujar Niu Nai seraya menunjuk salju-salju yang beterbangan seperti pusaran karena tertiup angin.

Dengan pasrah akhirnya mereka berempat hanya bisa menunggu dengan cemas.
“Sudah kalian cari di semua tempat? Kalian harus bisa menemukan pianis itu dan juga kalungnya,” ujar seorang pria bertubuh tinggi, dengan jas hitam yang rapi sedang memberi instruksi pada beberapa orang bawahannya.

Mendengar kata pianis disebut, membuat Shu Wei dan Niu Nai saling pandang dengan penasaran. “Maaf, apa Anda sedang mencari pianis itu? Snow Lotus?” tanya Shu Wei dengan hati-hati. Pria bertubuh tinggi dan berjas rapi itu spontan menoleh dan tersenyum ramah, “Ah, Energy,” ujarnya saat melihat ke-4 personil Energy ada di hadapannya.

“Terima kasih atas pertunjukan hebat kalian malam ini. Aku Chi Xing Feng, General Manager Yong Chi Group sangat berterima kasih,” ujar Chi Xing Feng dengan ramah.

“Sama-sama. Tetima kasih sudah mengundang kami,” jawab Niu Nai, Sang Leader dengan ramah.
“Tapi omong-omong, apa Anda sedang mencari pianis itu?” tanya Shu Wei lagi.
“Kau melihatnya?” tanya Xing Feng penasaran.

“Aku melihatnya masuk ke dalam hutan sekitar dua puluh menit yang lalu. Tapi jangan cemas karena teman kami, TORO sedang mengejarnya,” jawab Kun Da tanpa perlu ditanya.

“Ini semua karena kalung itu. Jika kalung itu tidak hilang, Xue Tung tidak mungkin nekat masuk ke dalam hutan untuk mencarinya,” ujar Xing Feng, tanpa sengaja menyebut nama Xue Tung di depan mereka.

“Xue Tung? Apa itu nama asli Snow Lotus?” tanya Niu Nai penasaran. Xing Feng hanya mengangguk pelan.

“Apa itu kalung yang diberikan Ji Teng padanya?” tebak Shu Wei, rasa sakit dan cemburu muncul dalam hatinya.

“Demi sebuah kalung kenangan, dia bahkan rela menerobos hutan di malam badai salju seperti ini. Snow Lotus, sebesar itukah cintamu padanya?” batin Shu Wei pahit. Menyadari selamanya takkan pernah ada kesempatan untuknya.

Kemudian dia terdiam sejenak saat teringat nama asli gadis itu, “Xue Tung. Di mana aku pernah mendengar nama itu?” gumam Shu Wei pada dirinya sendiri.

Di tengah kebingungannya, seorang wanita bertubuh tinggi, berambut coklat lurus, bermata sipit, berwajah runcing dengan memakai blazer hitam yang rapi, dan tampak seperti seorang eksekutif bisnis, tiba-tiba muncul dan memberi laporan, “Maaf Pak, Detektif yang Anda minta untuk mencari dan menemukan Ji Teng sudah datang dan memberikan hasil penyelidikannya. Semua ada di sini Pak,” lapor wanita itu dengan hormat seraya menyodorkan sebuah amplop besar berwarna coklat pada Chi Xing Feng.

“Terima kasih, Elaine,” jawab Xing Feng lalu segera meraih amplop coklat besar itu dari tangan Elaine.

“Sama-sama, pak. Dan kabar gembiranya, Detektif itu mengatakan jika Ji Teng ada di sini,” tambah Elaine lagi sambil tersenyum.

“Akhirnya dia kembali setelah sekian tahun menghilang dan membuat adikku sangat menderita. Aku ingin tahu siapa itu Ji Teng yang selalu dia rindukan setiap hari selama 12 tahun lamanya. Pria brengsek itu harus membayar setiap airmata adikku dan semua penderitaannya,” Chi Xing Feng memaki kesal, membuat semua personil Energy yang ada di sana tampak bingung.

“Adik?” ulang Kun Da.
“Maaf Pak, Anda seharusnya tidak bicara terlalu keras,” Elaine mengingatkan tapi mereka semua terlanjur mendengar. Akhirnya, menolak untuk menjawab, Chi Xing Feng memutuskan untuk langsung saja membuka apa yang ada dalam amplop tersebut, dan begitu dia menarik foto yang ada di dalamnya, dia kaget bukan kepalang. Spontan, Chi Xing Feng menjatuhkan amplop coklat itu dan membuat semua isinya berhamburan keluar.

“Ternyata dia?” ulang Chi Xing Feng tak menyangka, dengan raut wajah pucat pasi. Berkas-berkas itu jatuh berhamburan di dekat kaki Shu Wei dan Niu Nai dan tak sengaja terlihat oleh mereka. Shu Wei dan Niu Nai tak kalah shock saat melihat foto teman mereka, TORO ada di dalam kumpulan berkas-berkas hasil penyelidikan itu.

Shu Wei akhirnya teringat di mana dia pernah mendengar nama “Xue Tung” disebut.
“Aku ingat. TORO pernah menggumamkan nama Xue Tung dalam tidurnya. Tapi itu jauh sebelum dia mengalami amnesia dan kehilangan sebagian ingatannya,” ujar Shu Wei seraya memungut berkas-berkas itu dengan hati hancur.

“Amnesia?” ulang Chi Xing Feng tak percaya.
“Pak. Sebaiknya kita undang tamu istimewa kita untuk makan malam di suatu tempat yang lebih private,” usul Elaine dengan waspada mengingat mereka sedang berada di lobby hotel yang ramai lalu lalang orang. Chi Xing Feng menangguk lalu mengundang semua personil Energy dan Manager mereka untuk ikut dengannya ke suatu tempat.

=====

“Baru kemarin TORO mengakui di hadapan kami semua bahwa dia jatuh cinta pada seorang Pianis buta. Dan pianis itu adalah Snow Lotus atau Xue Lian. Siapa yang menyangka jika Snow Lotus itu adalah cinta masa kecilnya, masa lalunya yang tak sengaja dia lupakan. Bukankah takdir itu sangat aneh. Walau sebuah kecelakaan telah membuat TORO melupakannya, tapi takdir jugalah yang membuat TORO kembali jatuh cinta padanya untuk yang kedua kalinya,” ujar Ah Di kagum dan tersentuh.

“Dan demi gadis itu juga, TORO rela menembus badai salju demi untuk mencari dan menemukannya,” lanjut Kun Da kagum akan besarnya kekuatan cinta mereka.

“Wow! Kuasa Tuhan sedang bekerja. Kurasa sejak awal mereka memang ditakdirkan untuk bersama. Tanpa tahu siapa nama aslinya, tidak peduli walau sejak awal TORO tahu dia buta, dia tetap mencintainya dan bahkan rela menembus badai salju untuk mencarinya,” lanjut Ah Di kagum.

“Inilah cinta sejati..Sanggup menerima apapun kekurangan pasangan kita. TORO jatuh cinta pada gadis itu tanpa tahu dialah si gadis salju, cinta masa kecilnya dan masa lalunya yang tak sengaja dia lupakan,” ujar Kun Da lagi.

“Sejak aku mendengar TORO bercerita soal mimpinya, tentang kecelakaan itu, lagu itu, bola kristal, kalung berliontin Lotus juga tentang sepasang anak kecil di tengah hamparan salju, aku sudah merasa bahwa TORO adalah Ji Teng, pria yang selalu dirindukan oleh Xue Tung. Mereka memiliki kisah yang mirip satu sama lain. Tapi aku berusaha menipu diriku sendiri dan berpikir bahwa itu tidak mungkin. TORO bukan Ji Teng. Tapi setelah aku melihat berkas-berkas hasil penyelidikan itu, aku tahu ini saatnya bagiku untuk mundur. Jika untuk melawan bayangan Ji Teng saja kami tak mampu, apalagi jika Ji Teng benar-benar muncul di hadapan kami saat ini,” Shu Wei tersenyum pahit, dia harus rela mundur walau hatinya sakit.

“Mereka berdua sudah ditakdirkan sejak kecil, tak peduli terpisah sejauh apa pun, tak peduli walau sebuah kecelakaan membuat TORO kehilangan masa lalunya, takdir tetap memiliki cara untuk membuat mereka bertemu lagi. Akan sangat egois jika aku tetap memaksa untuk memisahkan mereka. Benarkan Niu Nai?” lanjut Shu Wei dengan berbesar hati seraya menatap Leadernya yang juga nampak kesedihan di matanya.

“Bukankah TORO pernah berkata di dunia ini hanya ada 2 penyesalan. Pertama, jatuh cinta pada seorang gadis yang di dalam hatinya mencintai pria lain dan kedua, bila melihat orang yang kita cintai tidak bahagia. Dan bila hanya Ji Teng yang bisa membuatnya bahagia, maka dia akan lakukan apa saja untuk mengembalikan Ji Teng padanya. To make her happy is his ultimate wish. Kurasa sekarang, aku akan melakukan apa yang pernah dia katakan,” jawab Niu Nai tulus walau sorot matanya terlihat sedih.

“Jika hanya TORO, maksudku Ji Teng yang bisa membuatnya bahagia, aku rela melepaskan semuanya pada mereka,” jawab Niu Nai setuju dengan Shu Wei.

“Tapi masalahnya TORO tak ingat apa pun. Dan Xue Tung pun tak tahu jika TORO adalah Ji Teng. Dia pun takkan percaya walau kita memberitahunya,”  jawab Ah Di, mengingatkan.

“Benarkah dia tak ingat apa pun?” tanya Xing Feng tak percaya.
“Energy sangat populer. Kau bisa mencari dengan mudah berita soal kami. Jika kau tak percaya, kau bisa mencari di internet tentang berita kecelakaan TORO waktu itu. Demi memberikan space untukku, TORO tak sadar telah sampai di ujung panggung, dia terjatuh dari atas panggung konser yang lumayan tinggi dan kepalanya menghantam tanah dengan keras. Darah mengalir deras dari kepalanya, dan dia mengalami gegar otak ringan yang membuatnya kehilangan sebagian ingatan masa lalunya,” jelas Ah Di sementara Xing Feng dengan dibantu Elaine memeriksa berkas-berkas tentang TORO.

“Ada di sini, Pak. Dia berkata benar,” tunjuk Elaine pada sebuah artikel koran yang menyebut soal insiden yang dialami personil Energy beberapa saat menjelang konser yang berakibat harus dibatalkannya konser mereka hingga kondisi TORO benar-benar pulih.

“Kurasa jika mereka memang saling mencintai dan ditakdirkan untuk bersama, walau otaknya tidak mampu mengingat, hatinya pasti bisa mengingat dengan jelas,” jawab Chi Xing Feng dengan menerawang.

To Be Continued...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar