Masih tetap dengan
Short Story special New Year with GOT7 member. Walau judulnya samaan dengan
judul Ffnya Toro dan Margareth Wang yang publish tahun lalu tapi dijamin ceritanya
berbeda sama sekali. Cuma kebetulan aja judulnya sama. Bagi yang ingin
mengetahui kelanjutannya, silakan dibaca di bawah ini. Tapi maaf ya karena ada
beberapa adegan yang HARUS DI CUT karena blog bisa dibaca semua orang jadi agar
lebih private, kalau mau baca versi lengkapnya TANPA CUT, Anda bisa FOLLOW akun
Wattpad saya : @lilianatan1708. Bagi yang mau aja. So, happy reading girls ^.^
“Winter Wish – Chapter 2 (GOT7 New Year Edition)”
Chapter 2 : What Have You Done To My Heart?
“Oh Ya Tuhan. Apa
yang kalian lakukan?” seru seseorang yang tiba-tiba saja muncul di belakang
sana dan menatap tak percaya. Kepala Sekolah Kim menatap tak percaya JB dan
Lily yang masih berada dalam posisi yang berpelukan, entah kenapa dan sejak
kapan dia tiba-tiba muncul di sana.
Spontan JB dan
Lily menjauhkan diri dengan panik dan gugup. Lily buru-buru merapikan rambut
dan bajunya yang kini tampak berantakan.
“Lily, JB,
benarkah hubungan kalian sudah sejauh ini? Kupikir kalian hanyalah idola dan
fans.” Kepala Sekolah tampak tak percaya dengan apa yang dilihatnya malam ini.
“Itu...Kami...Aku
memang...Aku memang menyukai Lily.” Jawab JB gugup seraya menggaruk-garuk
kepalanya yang tidak gatal.
JB sendiri tidak
mengerti ada apa dengan dirinya. Setiap berada di dekat Lily, dia selalu tak
bisa menahan dirinya, dia selalu ingin menyentuhnya, menciumnya dan menjadikan
gadis itu miliknya.
Tangannya dan
otaknya bergerak tak seirama. Otaknya jelas-jelas tahu bahwa menyentuh seorang
gadis tanpa lebih dulu menikahinya adalah salah, tapi tangannya seolah bergerak
sendiri tanpa bisa dikendalikan.
Padahal berhadapan
dengan personil G-Friend Yuju yang seksi dan cantik saja, JB tampak tak nyaman.
Dia sama sekali tak ingin menyentuh gadis itu walau koreografi mengharuskannya
seperti itu. Tapi JB tetap memilih tidak menyentuhnya sama sekali dan hanya
membiarkan tangannya mengambang di udara. Berbeda saat dia bersama Lily, JB
selalu tak bisa menahan dirinya.
“Control yourself,
JB-ah! You are a gentleman and Not Pervert!” JB memarahi dirinya sendiri atas
tangannya yang lancang.
“Baiklah. Baiklah.
Hubungan kalian adalah urusan kalian. Tapi demi kebaikan kalian berdua,
khususnya karirmu yang sedang berada di puncak. Tolong jangan lakukan hal
seperti itu di tempat yang bisa dilihat orang seperti ini. Lakukan di tempat
yang hanya ada kalian berdua saja.” Kepala Sekolah memberikan nasehatnya.
“Maafkan aku jika
aku tampak seperti gadis murahan dan tidak sopan. Aku benar-benar menyesal.”
Ujar Lily seraya membungkukkan badannya, merasa bersalah.
“Kalian masih
muda. Sangat wajar jika kalian dikuasai oleh gairah muda kalian.” Ujar Kepala
Sekolah mengerti.
“Aku hanya tidak
ingin ada orang yang memotret kalian dan menjadikannya skandal. Aku tak ingin
kau menjadi sasaran kebencian para Fans, Lily. Kau mengerti, kan?” lanjut
Kepala Sekolah. Masuk akal.
Lily mengangguk
mengerti. “Aku mengerti. Maafkan aku.” Ujarnya lagi.
“Baiklah.
Lanjutkan saja di tempat yang lebih sepi. Aku pergi dulu.” Ujar Kepala Sekolah
sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan sepasang kekasih itu.
Sepeninggal Kepala
Sekolah, JB dan Lily kembali duduk berdampingan dalam diam. Masing-masing dari
mereka tampak gugup, canggung dan malu dan tak tahu bagaimana harus memulai
pembicaraan.
“Sudah malam.
Sepertinya aku harus tidur.” Ujar Lily, mencoba mengakhiri rasa canggungnya.
Dia mulai berdiri dan ingin melangkah pergi saat tiba-tiba menggenggam
tangannya erat.
“Aku masih ingin
bersamamu. Tolong jangan pergi! Aku janji tidak akan kurang ajar lagi.” Suara
JB terdengar penuh permohonan. Lily terdiam sesaat kemudian kembali duduk di
tempatnya, tak jadi pergi.
“Maafkan
kekurangajaranku. Aku tidak tahu kenapa setiap kali ada di dekatmu, aku sulit
menahan diriku. Tangan dan otakku benar-benar bergerak tak seirama. Aku tahu
aku tak seharusnya kurang ajar seperti itu, tapi tanganku seolah bergerak
sendiri tanpa bisa kukendalikan.” JB menjelaskan dengan hati berdebar kencang.
“Kurasa malam ini
adalah malam yang indah untukmu.” Ujar Lily sambil tersenyum manis.
“APA?” JB tampak
tak mengerti.
“Setelah di atas
panggung kau menarikan tarian seksi bersama seorang gadis cantik dan seksi,
setelah itu kau melakukan hal yang sama padaku.” Ujar Lily, nada suaranya
tampak cemburu.
“Aku bahkan tidak
menyentuh Yuju-ssi. Tanganku hanya mengambang di udara. Aku tak ingin menyentuh
wanita lain selain kau.” JB membela diri.
“Jeongmalyo?” Lily
menatapnya seraya tersenyum menggodanya.
“Kau mau lihat
videonya? Aku yakin pasti sudah beredar di youtube.” Ujar JB lalu segera meraih
ponselnya untuk membuktikannya pada Lily. Tapi gadis itu menghentikannya.
“Tidak perlu. Aku
sudah melihatnya. Aku tahu kau tidak menyentuhnya sama sekali.” Jawab Lily
sambil tersenyum menggodanya.
“Jadi kau tidak
cemburu dan marah padaku, kan?” tanya JB tampak sedikit lega.
“Apa aku punya hak
untuk cemburu?” Lily balik bertanya dengan serius.
“Kau punya hak
untuk cemburu pada setiap wanita yang dekat denganku. Karena kau adalah
pacarku.” Jawab JB tegas dan mantap. Lily hanya menatapnya dengan ekspresi tak
terbaca.
“Dan ini bukan
mimpi semata.” Lanjut JB lagi.
“Aku tahu.
Sekarang aku percaya ini bukan mimpi setelah kau hampir saja menelanjangiku.”
Gurau Lily yang kemudian dia sesali karena membuat suasana kembali canggung.
“MAAF.” JB kembali
meminta maaf karena kekurangajarannya.
“Aku juga
bersalah. Aku ikut terbawa suasana.” Jawab Lily malu-malu.
“Bisakah kau tidak
memakai rok sependek itu di musim seperti ini? Tidakkah kau merasa dingin?
Lagipula aku tidak mau ada orang lain yang melihat pahamu.” JB mengalihkan
pembicaraan seraya menunjuk rok Lily yang baginya tampak sangat menggoda.
“APA?” Lily kaget
mendengar JB mengkritik roknya.
“Kupikir pria
pasti suka melihat wanita memakai rok mini.” Jawab Lily spontan.
“Jadi kau sengaja
menggodaku?” ujar JB dengan tatapan nakal.
“Bukan begitu.
Bukankah kau pernah berkata jika kau tidak keberatan melihat wania berpakaian
minim?” tanya Lily memancing.
“Tapi kurasa kau lupa apa yang kukatakan selanjutnya. Bukankah setelah itu aku
juga berkata aku tidak keberatan melihat wanita berpakaian minim asalkan dia
hanya memakainya di hadapanku, bukan di hadapan orang lain.” Jawab JB
menegaskan.
“Jangankan
berpakaian minim, aku bahkan tidak keberatan melihatmu telanjang di hadapanku.
Walau tanpa sehelai benangpun, kau tetap cantik di mataku.” Lanjutnya dengan
tatapan mata nakal.
“YYYAAA!! IM JAE
BUM, YOU’RE REALLY PERVERT!” seru Lily dengan wajah memerah. JB tersenyum geli
setelah berhasil menggoda kekasihnya.
“Jadi, apa kau
masih di sini saat tahun baru nanti? Aku ingin merayakan tahun baru bersamamu.”
JB mengalihkan pembicaraan agar suasana tak kembali canggung.
“Sepertinya
begitu.” Jawab Lily, teringat dia belum membeli tiket untuk pulang.
“Maukah kau
merayakan Tahun Baru bersamaku?” tanya JB, sebuah ajakan kencan terbuka.
“Tapi bukankah
jadwalmu sangat padat? Kulihat GOT7 bahkan ikut melakukan Countdown Timer,
benarkan? Kau akan ada di acara MBC Gayo Daejun pada malam pergantian tahun.”
Jawab Lily seraya mengingat jadwal GOT7.
“Kita bisa
merayakannya bersama setelah aku pulang dari sana.” Jawab JB, masih mencari
cela.
“Apa kau akan
hadir juga di sana?” tanyanya lagi.
“Kenapa? Apa kau
akan tampil lagi dalam special stage dan menarikan tarian seksi dengan gadis
cantik lagi?” jawab Lily, terdengar cemburu. JB menyadari ini dan dia tersenyum
senang mendengarnya.
“Apa pacarku
sedang cemburu?” godanya lagi. Lily tersenyum sinis seraya membuang wajahnya ke
arah lain.
“Aku tidak cemburu.” Sangkal Lily.
“Jelas-jelas kau
cemburu.” Seru JB tak mau kalah.
“Kau menyebalkan.
Aku tidak...” Lily ingin memprotes lagi saat tiba-tiba ponselnya berdering.
“Ohhh...nomor tak
dikenal. Siapa?” perhatian Lily spontan teralihkan saat ponselnya mendadak
berbunyi keras dan “GOT7 – Rewind” terdengar sebagai bunyi ringtone-nya. JB
tersenyum senang mendengar lagunya dijadikan ringtone oleh kekasihnya sendiri.
Lily mengangkat
ponsel itu dengan ragu karena merasa tidak mengenal nomor itu, namun kemudian
dia berseru kaget seraya menyebutkan sebuah nama, “DAVID!” ujarnya riang,
tampak tak percaya.
JB menatap penuh
kecemburuan saat melihat Lily tampak tersenyum senang menerima panggilan
telepon itu.
Terdengar
pembicaraan asyik dalam bahasa yang tidak JB mengerti dan itu membuatnya
semakin kesal. Dia jelas-jelas tahu bahwa David adalah nama seorang pria. Dan
pria tidak dikenal itu sedang menelpon kekasihnya di tengah malam buta seperti
ini dan yang lebih mengesalkan lagi adalah Lily tampak senang menerimanya. JB
hanya memandang tak berdaya Lily yang bicara dengan asyik dengan seorang pria
yang tidak dikenalnya dari kejauhan.
Setelah
pembicaraan yang lumayan lama, setidaknya bagi JB, akhirnya Lily kembali duduk
di sampingnya.
“Telepon dari
siapa? Kau tampak senang menerimanya.” Ujar JB, mencoba mencari tahu.
“Seorang teman
lama.” Jawab Lily singkat dengan mata berbinar yang memancarkan kesedihan.
“Seorang pria?”
tanya JB lagi dengan suara berat. Lily mengangguk membenarkan.
“He is my first
love.” Jawab Lily dengan sedih.
DEEGGGGG...Cinta
pertama. Kalimat yang menusuk JB bagai belati.
“Aku menyukainya
saat kami masih kelas 2 SMP. Terlalu muda dan naif untuk menyebutnya cinta pertama.
Tapi dialah yang pertama kali membuat jantungku berdebar kencang. David teman
sekelasku. Dia sangat baik padaku. Sebuah kebaikan yang kusalah artikan sebagai
cinta namun ternyata aku salah, dia hanya menganggapku teman biasa. Tak lebih
dari sahabat.” Lily mulai menceritakan masa lalunya.
“Sejak itu aku
menjadi waspada terhadap kebaikan yang diberikan seorang pria padaku. Aku
selalu bertanya-tanya dalam hatiku apakah kebaikan mereka murni karena mereka
menyukaiku atau hanya kasihan atau mungkin hanya kebaikan seorang teman biasa.
Aku tak mudah percaya lagi karena aku pernah dikecewakan.” Jawab Lily dengan
menerawang.
“Untuk apa dia
menelponmu?” lagi, JB mencoba mengorek lebih jauh tentang pria tak dikenal itu.
Dia cinta pertama
Lily. Lily pernah menyukainya. Walau menurut Lily, pria itu tidak membalas
perasaannya, tapi “bukankah perasaan manusia bisa berubah?” itu yang dikatakan
JB dalam hatinya.
“Hanya untuk
memberitahu bahwa dia ada di Indonesia. Sebelumnya, dia kuliah dan bekerja di
Australia. Sekarang dia pulang untuk merayakan tahun baru bersama keluarganya,
juga untuk bertemu teman lama.” Jawab Lily jujur.
“Apa itu termasuk
kau?” tanya JB lagi, masih tak rela membayangkan Lily akan bertemu dengan cinta
pertamanya. Bagaimana jika cinta lama itu bersemi kembali?
“Sepertinya
begitu. Tapi sayangnya aku tak ada di Indonesia.” Jawab Lily dengan senyum
menyesal.
“Apa kau masih
menyukainya?” tanya JB dengan sedikit rasa takut dalam hatinya.
“Tidak. Aku sudah
menghapus perasaan itu setelah aku tahu dia berpacaran dengan kakak kelas kami.
David menyukai wanita yang lebih tua darinya.” Jawab Lily dengan ekspresi tak
terbaca. JB sedikit lega mendengarnya.
Dia ingin
mengatakan sesuatu saat Lily tiba-tiba memandangnya dengan aneh, “Kau kenapa?
Kenapa pelipismu berdarah? Apa kau tergores sesuatu?” ujar Lily dengan wajah
khawatir seraya menatap JB seraya menepikan poninya.
“Aaahhh....Itu
goresan kuku. Sepertinya aku yang melukaimu. Tadi luka itu tak ada.” Lily
tampak menyesal.
“Maafkan aku.
Sepertinya saat tadi kita berciuman, aku tanpa sadar menggores pelipismu.”
Lanjut Lily malu-malu.
JB tersenyum kikuk
seraya meraba pelipisnya yang kini baru terasa sakit. “Tidak apa-apa. Kau tidak
sengaja. Asal kau tidak melukai hatiku, hanya luka di pelipis, itu bukan masalah
besar.” Jawab JB menenangkan sekaligus meminta gadis itu agar tak melukai
hatinya. Lily terdiam, dia tahu itu sebuah pesan tersembunyi.
“Aku akan
mengambil plester. Tunggu sebentar.” Ujar Lily lalu segera masuk ke dalam
asrama dan meninggalkan ponselnya di bangku. Tak lama setelah Lily berjalan
masuk untuk mengambil plester, ponsel Lily kembali berdering.
JB meraih ponsel
yang berada di atas bangku dan melihat nomor tak dikenal. Dengan ragu dia
mengangkatnya.
“Hi Lily...I
forget to tell you something. I Just called to say I Love You. Can you give me
a chance?” ujar seorang pria di seberang saluran saat mendengar bunyi telepon
diangkat. Dia langsung bicara panjang lebar tanpa bertanya lebih dulu.
JLLEEEEBBB. JB
yang mengangkat ponsel itu tanpa suara merasakan sakit di hatinya saat
mendengar kalimat “I Love You” meluncur keluar dari bibir pria tidak dikenal
itu. Dia mencengkeram ponsel Lily dengan kuat, rasanya dia sangat ingin sekali
memaki pria di ujung sana.
“Lily...Are you
still there? Did you hear what I said?” tanya suara di telepon itu saat tak
kunjung mendapat jawaban dari lawan bicaranya.
“I know you must
be shock right? Okay then, I will giving you some time...Bye Lily, I will
calling you later.” Ujarnya lagi dengan pasrah. Lalu tak lama kemudian, dia
segera menutup teleponnya.
JB mendadak
merasakan kemarahan dalam hatinya. Dia merasa sangat tak berdaya, pria itu
adalah cinta pertama Lily dan dia lebih dekat dengannya baik dalam segi
kewarnegaraan ataupun hubungan pertemanan.
Mereka berasal
dari lingkungan yang sama yaitu bukan dari kalangan artis dan lebih mudah bagi
mereka untuk bersama karena takkan ada seorangpun yang akan merintangi hubungan
mereka, kecuali mungkin JB sendiri tentunya.
JB meletakkan
kembali ponsel Lily di tempat semula dan berniat pergi diam-diam untuk
menenangkan hati dan pikirannya yang kacau saat tiba-tiba Lily memanggilnya.
“Jae Bum-ah, kau
mau ke mana?” suara Lily yang lembut spontan menghentikan langkahnya. JB
menoleh dan melihat senyum manis itu kembali menyapanya.
“Apa kau ingin
pulang sekarang? Bisakah kau tunggu aku menempelkan plester di pelipismu?”
pinta Lily lembut seraya menarik lengan JB dan menyuruhnya kembali duduk.
JB seolah tak
punya kekuatan untuk melawan, dia dengan patuh duduk kembali di bangku itu dan
Lily berdiri di hadapannya, tampak tenang membuka bungkusnya dan mengambil
plesternya.
Dengan lembut, dia
menyibakkan poni yang menutupi kening JB dan berkata pelan, “Aku suka gaya
rambutmu seperti ini, Kau tampak cute dan manis. Really looks like a young boy,
sesuai dengan umurmu yang sebenarnya.” Puji Lily seraya perlahan menempelkan
plesternya.
“Jeongmal?” JB
tampak sedikit lebih baik setelah mendengar Lily memujinya.
“Aku tak suka kau
memakai rambut Dora itu. You looks like a nerd.” jawab Lily lagi, kembali
memberikan pendapatnya.
“Rambut Dora?” JB
tampak bingung dengan istilah Lily.
“Benar. Kau pernah
lihat kartun Dora the Explorer? Aku tak suka gaya rambutnya. Seperti orang
bodoh. Kaupun terlihat sangat aneh saat memakai gaya rambut seperti itu. Flower
boy bromance, bukankah kau pakai gaya rambut seperti itu?” Lily menjelaskan
panjang lebar.
“Kau tak suka,
ya?” tanya JB memastikan lagi dan Lily menggeleng mantap.
“Aku suka gaya
rambutmu yang sekarang. Aku juga tak suka saat rambutmu ditarik semua ke atas.
Terlihat tua. If You Do era adalah era terbaik darimu. Tapi Hard Carry era juga
lumayan, asalkan kau berhenti memakai gaya rambut Dora itu dan tidak menarik
semua rambutmu ke atas. Aku lebih suka melihat keningmu tertutup poni belah
seperti ini.” lagi, Lily mengkritik gaya rambut Dora JB.
JB mendadak
tersenyum manis mendengarnya. “Terima kasih atas penilaianmu. Aku akan
mengingatnya.” Jawabnya lembut.
Entah kenapa dia
yang tadinya marah mendadak kemarahan itu lenyap saat mendengar Lily memujinya
dan melihat senyumannya yang manis. Oh, inikah yang dinamakan cinta? Membuat
hatinya yang beku mencair seketika.
“Lily, what have
you done to my heart?” ujar JB tiba-tiba lalu menarik tangan Lily yang telah
selesai memplester pelipisnya, membuat Lily jatuh terduduk di pangkuannya.
“YYYAAA, IM JAE
BUM !!! Jangan mulai lagi.” Ujar Lily waspada.
“Hanya sebentar
saja.” Pinta JB dengan seringai nakal.
“Aku tak percaya.
Kau bilang hanya sebentar tapi kau pasti takkan mau melepaskan aku.” Jawab Lily
cemberut, masih duduk dalam pangkuan JB.
“Apa aku terlihat
seperti itu?” tanya JB lagi, menggodanya.
“Kau tidak
terlihat seperti itu tapi nyatanya kau seperti itu. Kau membuatku takut. Apa kau punya kepribadian ganda? Atau
jangan-jangan kau punya saudara kembar?” tanya Lily curiga, menatap JB dengan
mata berkilat ingin tahu yang di mata JB terlihat sangat manis.
“JB yang kulihat
di depan kamera tidak seperti itu, tapi JB yang ada di hadapanku sekarang,
sangat berbeda dari yang kulihat di TV.” Lanjut Lily lagi.
“Hahaha...Apa kau
sedang menulis naskah drama? Kau cocok jadi penulis, sayang.” Gurau JB sambil
tertawa lucu mendengar Lily menginterogasinya.
“Aku memang
penulis novel. Aku menulis banyak cerita tentangmu.” Jawab Lily ceria.
Mata JB membulat
terkejut. “Benarkah? Sepertinya ada banyak hal yang belum kuketahui tentangmu.”
Jawabnya lagi.
“Kau memang tidak
tahu apa-apa.” Jawab Lily singkat, sebuah jawaban yang membuat JB sedih karena
memang dia tak tahu apa pun soal gadis ini.
“Kau benar.”
Jawabnya sedih.
“Baiklah. Kalau
begitu kita harus mencari hari di mana kau bisa menceritakan segalanya tentang
dirimu. Aku ingin lebih mengenalmu. Bagaimana?” lanjut JB.
“Baiklah. Asalkan
GOT7 tidak sibuk.” Jawab Lily setuju.
“Apa kau tidak
ingin menceritakan kisah kita ini?” JB bertanya ingin tahu.
“Bolehkah itu?”
tanya Lily meminta ijin.
“Kalaupun kau
menulis yang sebenarnya, orang lain pasti akan menganggapnya hanya fiksi
belaka. Jadi tuliskan saja.” Jawab JB, terdengar masuk akal.
Bukankah dia
memang penulis? Jadi apa pun yang dia tulis, orang lain pasti hanya akan
menganggapnya hanya fiksi belaka, so no problems, right?
“Baiklah. Aku akan
menuliskannya nanti.” Jawab Lily sambil tersenyum manis dan menyibakkan poni JB
yang menutupi matanya.
“Give me one
kiss...” ujar JB dengan nada menuntut.
“Only one kiss.”
Lily menekankan. JB mengangguk mantap.
“Fine...” jawab
Lily dan CUP...Dia mencium sekilas bibir JB lalu segera berdiri dan berlari
menjauh.
“YYAAA !!! Itu
kurang. Aku tak mau kecupan.” Protes JB kecewa lalu mengejar Lily dan menangkap
tubuhnya serta memeluknya lebih erat.
“I wanna kiss not
a peck.” Ujar JB lalu menekankan bibirnya di bibir Lily dan melumatnya dengan
ganas selama beberapa saat hingga mereka berdua kehabisan napas.
“Sudah. Pulang
sana!” ujar Lily dengan napas tersengal-sengal seraya mendorong tubuh JB
menjauh. JB mengeluh tak rela tapi dia tahu dia harus pulang.
“Kau akan
menontonku saat akhir tahun, kan? Aku ingin merayakan tahu baru bersamamu.”
pinta JB seperti anak kecil merengek meminta permen.
“Bukankah kau ikut
Countdown timer di MBC Gayo Daejun?” tanya Lily dan JB mengangguk mantap.
“Kita bisa bertemu
setelah itu.” jawab JB lagi.
“Kau tidak lelah?”
tanya Lily lagi.
JB menggeleng
mantap. “Aku tak pernah lelah bertemu denganmu.” Jawabnya romantis, membuat
Lily tertunduk malu.
“Baiklah.” Jawab
Lily pelan.
“Bagaimana dengan
KBS Gayo DaeChukjae? Kau akan datang juga, kan?” lagi, JB meminta Lily melihat
penampilannya.
“Apa kau akan ada
special stage lagi?” Lily mencoba mengorek informasi.
“Tidak. Kali ini
hanya Bambam dan Yugyeom.” Jawab JB dengan nada menenangkan. Tanpa sadar, Lily
tersenyum senang.
“Baiklah. Aku
pulang. Kau masuk dan cepat tidur.” Ujar JB akhirnya, walau terdengar tak rela.
Tapi sebelum
pergi, dia kembali menoleh pada kekasihnya, “Oh ya, jika seandainya ada pria
yang menyatakan cinta padamu, apa kau akan menerimanya?” tanya JB was-was.
Lily terkejut
dengan pertanyaan itu tapi dia menggeleng pelan, “Aku tak pernah
memikirkannya., karena sudah ada orang yang kusukai.” Jawab Lily malu-malu.
“Siapa orang itu?”
tanya JB penasaran.
“Dia adalah pria
bodoh dan juga pria mesum yang sekarang sedang bertanya ‘siapa’. Dia bodoh,
kan?” gurau Lily dan JB tersenyum kesal mendengarnya.
“Maksudmu aku?”
tanyanya lagi.
“Bukan. Tapi Park
Jin Young.” Jawab Lily kesal, tapi dengan senyum di wajahnya.
“YYYAAA!! Aku
serius.” JB tampak tak suka mendengar Lily menyebut nama pria lain walau itu
membernya sekalipun.
“Kau tidak akan
tersentuh jika ada seorang pria yang menyatakan cinta padamu, kan?” lagi, JB
meminta kepastian.
“Tidak. Kau ini
cerewet sekali.” Jawab Lily dengan cemberut.
“Walaupun itu Mark
atau Jin Young, kau tak boleh menerima cinta mereka, ya.” Ujar JB dengan nada
cemburu.
“Tidak akan. Orang
yang kucintai adalah Im Jae Bum. Puas? Sudah pulang sana! Kau berisik.” Ujar
Lily malu-malu lalu mendorong punggung JB menuju ke mobilnya.
“Baiklah. Baiklah.
Aku pulang, sayang.” Ujarnya lalu sekali lagi mencium bibir Lily sebelum masuk
ke dalam mobilnya.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar