Minggu, 01 Januari 2017

Winter Wish – Chapter 2 (GOT7 New Year Edition)



Masih tetap dengan Short Story special New Year with GOT7 member. Walau judulnya samaan dengan judul Ffnya Toro dan Margareth Wang yang publish tahun lalu tapi dijamin ceritanya berbeda sama sekali. Cuma kebetulan aja judulnya sama. Bagi yang ingin mengetahui kelanjutannya, silakan dibaca di bawah ini. Tapi maaf ya karena ada beberapa adegan yang HARUS DI CUT karena blog bisa dibaca semua orang jadi agar lebih private, kalau mau baca versi lengkapnya TANPA CUT, Anda bisa FOLLOW akun Wattpad saya : @lilianatan1708. Bagi yang mau aja. So, happy reading girls ^.^

“Winter Wish – Chapter 2 (GOT7 New Year Edition)”




Chapter 2 : What Have You Done To My Heart?

“Oh Ya Tuhan. Apa yang kalian lakukan?” seru seseorang yang tiba-tiba saja muncul di belakang sana dan menatap tak percaya. Kepala Sekolah Kim menatap tak percaya JB dan Lily yang masih berada dalam posisi yang berpelukan, entah kenapa dan sejak kapan dia tiba-tiba muncul di sana.

Spontan JB dan Lily menjauhkan diri dengan panik dan gugup. Lily buru-buru merapikan rambut dan bajunya yang kini tampak berantakan.

“Lily, JB, benarkah hubungan kalian sudah sejauh ini? Kupikir kalian hanyalah idola dan fans.” Kepala Sekolah tampak tak percaya dengan apa yang dilihatnya malam ini. 

“Itu...Kami...Aku memang...Aku memang menyukai Lily.” Jawab JB gugup seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

JB sendiri tidak mengerti ada apa dengan dirinya. Setiap berada di dekat Lily, dia selalu tak bisa menahan dirinya, dia selalu ingin menyentuhnya, menciumnya dan menjadikan gadis itu miliknya.

Tangannya dan otaknya bergerak tak seirama. Otaknya jelas-jelas tahu bahwa menyentuh seorang gadis tanpa lebih dulu menikahinya adalah salah, tapi tangannya seolah bergerak sendiri tanpa bisa dikendalikan.

Padahal berhadapan dengan personil G-Friend Yuju yang seksi dan cantik saja, JB tampak tak nyaman. Dia sama sekali tak ingin menyentuh gadis itu walau koreografi mengharuskannya seperti itu. Tapi JB tetap memilih tidak menyentuhnya sama sekali dan hanya membiarkan tangannya mengambang di udara. Berbeda saat dia bersama Lily, JB selalu tak bisa menahan dirinya.

“Control yourself, JB-ah! You are a gentleman and Not Pervert!” JB memarahi dirinya sendiri atas tangannya yang lancang.

“Baiklah. Baiklah. Hubungan kalian adalah urusan kalian. Tapi demi kebaikan kalian berdua, khususnya karirmu yang sedang berada di puncak. Tolong jangan lakukan hal seperti itu di tempat yang bisa dilihat orang seperti ini. Lakukan di tempat yang hanya ada kalian berdua saja.” Kepala Sekolah memberikan nasehatnya.

“Maafkan aku jika aku tampak seperti gadis murahan dan tidak sopan. Aku benar-benar menyesal.” Ujar Lily seraya membungkukkan badannya, merasa bersalah.

“Kalian masih muda. Sangat wajar jika kalian dikuasai oleh gairah muda kalian.” Ujar Kepala Sekolah mengerti.

“Aku hanya tidak ingin ada orang yang memotret kalian dan menjadikannya skandal. Aku tak ingin kau menjadi sasaran kebencian para Fans, Lily. Kau mengerti, kan?” lanjut Kepala Sekolah. Masuk akal. 

Lily mengangguk mengerti. “Aku mengerti. Maafkan aku.” Ujarnya lagi. 
“Baiklah. Lanjutkan saja di tempat yang lebih sepi. Aku pergi dulu.” Ujar Kepala Sekolah sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan sepasang kekasih itu.

Sepeninggal Kepala Sekolah, JB dan Lily kembali duduk berdampingan dalam diam. Masing-masing dari mereka tampak gugup, canggung dan malu dan tak tahu bagaimana harus memulai pembicaraan.

“Sudah malam. Sepertinya aku harus tidur.” Ujar Lily, mencoba mengakhiri rasa canggungnya. Dia mulai berdiri dan ingin melangkah pergi saat tiba-tiba menggenggam tangannya erat.

“Aku masih ingin bersamamu. Tolong jangan pergi! Aku janji tidak akan kurang ajar lagi.” Suara JB terdengar penuh permohonan. Lily terdiam sesaat kemudian kembali duduk di tempatnya, tak jadi pergi.

“Maafkan kekurangajaranku. Aku tidak tahu kenapa setiap kali ada di dekatmu, aku sulit menahan diriku. Tangan dan otakku benar-benar bergerak tak seirama. Aku tahu aku tak seharusnya kurang ajar seperti itu, tapi tanganku seolah bergerak sendiri tanpa bisa kukendalikan.” JB menjelaskan dengan hati berdebar kencang.

“Kurasa malam ini adalah malam yang indah untukmu.” Ujar Lily sambil tersenyum manis. 
“APA?” JB tampak tak mengerti.

“Setelah di atas panggung kau menarikan tarian seksi bersama seorang gadis cantik dan seksi, setelah itu kau melakukan hal yang sama padaku.” Ujar Lily, nada suaranya tampak cemburu.


“Aku bahkan tidak menyentuh Yuju-ssi. Tanganku hanya mengambang di udara. Aku tak ingin menyentuh wanita lain selain kau.” JB membela diri. 
“Jeongmalyo?” Lily menatapnya seraya tersenyum menggodanya. 
“Kau mau lihat videonya? Aku yakin pasti sudah beredar di youtube.” Ujar JB lalu segera meraih ponselnya untuk membuktikannya pada Lily. Tapi gadis itu menghentikannya.

“Tidak perlu. Aku sudah melihatnya. Aku tahu kau tidak menyentuhnya sama sekali.” Jawab Lily sambil tersenyum menggodanya. 
“Jadi kau tidak cemburu dan marah padaku, kan?” tanya JB tampak sedikit lega. 
“Apa aku punya hak untuk cemburu?” Lily balik bertanya dengan serius.

“Kau punya hak untuk cemburu pada setiap wanita yang dekat denganku. Karena kau adalah pacarku.” Jawab JB tegas dan mantap. Lily hanya menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. 
“Dan ini bukan mimpi semata.” Lanjut JB lagi.

“Aku tahu. Sekarang aku percaya ini bukan mimpi setelah kau hampir saja menelanjangiku.” Gurau Lily yang kemudian dia sesali karena membuat suasana kembali canggung. 
“MAAF.” JB kembali meminta maaf karena kekurangajarannya. 
“Aku juga bersalah. Aku ikut terbawa suasana.” Jawab Lily malu-malu.

“Bisakah kau tidak memakai rok sependek itu di musim seperti ini? Tidakkah kau merasa dingin? Lagipula aku tidak mau ada orang lain yang melihat pahamu.” JB mengalihkan pembicaraan seraya menunjuk rok Lily yang baginya tampak sangat menggoda.

“APA?” Lily kaget mendengar JB mengkritik roknya. 
“Kupikir pria pasti suka melihat wanita memakai rok mini.” Jawab Lily spontan. 
“Jadi kau sengaja menggodaku?” ujar JB dengan tatapan nakal. 
“Bukan begitu. Bukankah kau pernah berkata jika kau tidak keberatan melihat wania berpakaian minim?” tanya Lily memancing. 

“Tapi kurasa kau lupa apa yang kukatakan selanjutnya. Bukankah setelah itu aku juga berkata aku tidak keberatan melihat wanita berpakaian minim asalkan dia hanya memakainya di hadapanku, bukan di hadapan orang lain.” Jawab JB menegaskan.

“Jangankan berpakaian minim, aku bahkan tidak keberatan melihatmu telanjang di hadapanku. Walau tanpa sehelai benangpun, kau tetap cantik di mataku.” Lanjutnya dengan tatapan mata nakal.

“YYYAAA!! IM JAE BUM, YOU’RE REALLY PERVERT!” seru Lily dengan wajah memerah. JB tersenyum geli setelah berhasil menggoda kekasihnya. 

“Jadi, apa kau masih di sini saat tahun baru nanti? Aku ingin merayakan tahun baru bersamamu.” JB mengalihkan pembicaraan agar suasana tak kembali canggung. 
“Sepertinya begitu.” Jawab Lily, teringat dia belum membeli tiket untuk pulang.

“Maukah kau merayakan Tahun Baru bersamaku?” tanya JB, sebuah ajakan kencan terbuka. 
“Tapi bukankah jadwalmu sangat padat? Kulihat GOT7 bahkan ikut melakukan Countdown Timer, benarkan? Kau akan ada di acara MBC Gayo Daejun pada malam pergantian tahun.” Jawab Lily seraya mengingat jadwal GOT7.

“Kita bisa merayakannya bersama setelah aku pulang dari sana.” Jawab JB, masih mencari cela. 
“Apa kau akan hadir juga di sana?” tanyanya lagi. 
“Kenapa? Apa kau akan tampil lagi dalam special stage dan menarikan tarian seksi dengan gadis cantik lagi?” jawab Lily, terdengar cemburu. JB menyadari ini dan dia tersenyum senang mendengarnya.

“Apa pacarku sedang cemburu?” godanya lagi. Lily tersenyum sinis seraya membuang wajahnya ke arah lain. 
“Aku tidak cemburu.” Sangkal Lily. 
“Jelas-jelas kau cemburu.” Seru JB tak mau kalah. 
“Kau menyebalkan. Aku tidak...” Lily ingin memprotes lagi saat tiba-tiba ponselnya berdering.

“Ohhh...nomor tak dikenal. Siapa?” perhatian Lily spontan teralihkan saat ponselnya mendadak berbunyi keras dan “GOT7 – Rewind” terdengar sebagai bunyi ringtone-nya. JB tersenyum senang mendengar lagunya dijadikan ringtone oleh kekasihnya sendiri.

Lily mengangkat ponsel itu dengan ragu karena merasa tidak mengenal nomor itu, namun kemudian dia berseru kaget seraya menyebutkan sebuah nama, “DAVID!” ujarnya riang, tampak tak percaya.

JB menatap penuh kecemburuan saat melihat Lily tampak tersenyum senang menerima panggilan telepon itu.

Terdengar pembicaraan asyik dalam bahasa yang tidak JB mengerti dan itu membuatnya semakin kesal. Dia jelas-jelas tahu bahwa David adalah nama seorang pria. Dan pria tidak dikenal itu sedang menelpon kekasihnya di tengah malam buta seperti ini dan yang lebih mengesalkan lagi adalah Lily tampak senang menerimanya. JB hanya memandang tak berdaya Lily yang bicara dengan asyik dengan seorang pria yang tidak dikenalnya dari kejauhan.

Setelah pembicaraan yang lumayan lama, setidaknya bagi JB, akhirnya Lily kembali duduk di sampingnya. 
“Telepon dari siapa? Kau tampak senang menerimanya.” Ujar JB, mencoba mencari tahu. 
“Seorang teman lama.” Jawab Lily singkat dengan mata berbinar yang memancarkan kesedihan. 
“Seorang pria?” tanya JB lagi dengan suara berat. Lily mengangguk membenarkan. 
“He is my first love.” Jawab Lily dengan sedih. 

DEEGGGGG...Cinta pertama. Kalimat yang menusuk JB bagai belati. 
“Aku menyukainya saat kami masih kelas 2 SMP. Terlalu muda dan naif untuk menyebutnya cinta pertama. Tapi dialah yang pertama kali membuat jantungku berdebar kencang. David teman sekelasku. Dia sangat baik padaku. Sebuah kebaikan yang kusalah artikan sebagai cinta namun ternyata aku salah, dia hanya menganggapku teman biasa. Tak lebih dari sahabat.” Lily mulai menceritakan masa lalunya.

“Sejak itu aku menjadi waspada terhadap kebaikan yang diberikan seorang pria padaku. Aku selalu bertanya-tanya dalam hatiku apakah kebaikan mereka murni karena mereka menyukaiku atau hanya kasihan atau mungkin hanya kebaikan seorang teman biasa. Aku tak mudah percaya lagi karena aku pernah dikecewakan.” Jawab Lily dengan menerawang.

“Untuk apa dia menelponmu?” lagi, JB mencoba mengorek lebih jauh tentang pria tak dikenal itu. 

Dia cinta pertama Lily. Lily pernah menyukainya. Walau menurut Lily, pria itu tidak membalas perasaannya, tapi “bukankah perasaan manusia bisa berubah?” itu yang dikatakan JB dalam hatinya.

“Hanya untuk memberitahu bahwa dia ada di Indonesia. Sebelumnya, dia kuliah dan bekerja di Australia. Sekarang dia pulang untuk merayakan tahun baru bersama keluarganya, juga untuk bertemu teman lama.” Jawab Lily jujur.

“Apa itu termasuk kau?” tanya JB lagi, masih tak rela membayangkan Lily akan bertemu dengan cinta pertamanya. Bagaimana jika cinta lama itu bersemi kembali?

“Sepertinya begitu. Tapi sayangnya aku tak ada di Indonesia.” Jawab Lily dengan senyum menyesal. 
“Apa kau masih menyukainya?” tanya JB dengan sedikit rasa takut dalam hatinya. 

“Tidak. Aku sudah menghapus perasaan itu setelah aku tahu dia berpacaran dengan kakak kelas kami. David menyukai wanita yang lebih tua darinya.” Jawab Lily dengan ekspresi tak terbaca. JB sedikit lega mendengarnya.

Dia ingin mengatakan sesuatu saat Lily tiba-tiba memandangnya dengan aneh, “Kau kenapa? Kenapa pelipismu berdarah? Apa kau tergores sesuatu?” ujar Lily dengan wajah khawatir seraya menatap JB seraya menepikan poninya.

 “Aaahhh....Itu goresan kuku. Sepertinya aku yang melukaimu. Tadi luka itu tak ada.” Lily tampak menyesal. 

“Maafkan aku. Sepertinya saat tadi kita berciuman, aku tanpa sadar menggores pelipismu.” Lanjut Lily malu-malu.

JB tersenyum kikuk seraya meraba pelipisnya yang kini baru terasa sakit. “Tidak apa-apa. Kau tidak sengaja. Asal kau tidak melukai hatiku, hanya luka di pelipis, itu bukan masalah besar.” Jawab JB menenangkan sekaligus meminta gadis itu agar tak melukai hatinya. Lily terdiam, dia tahu itu sebuah pesan tersembunyi.

“Aku akan mengambil plester. Tunggu sebentar.” Ujar Lily lalu segera masuk ke dalam asrama dan meninggalkan ponselnya di bangku. Tak lama setelah Lily berjalan masuk untuk mengambil plester, ponsel Lily kembali berdering.

JB meraih ponsel yang berada di atas bangku dan melihat nomor tak dikenal. Dengan ragu dia mengangkatnya.

“Hi Lily...I forget to tell you something. I Just called to say I Love You. Can you give me a chance?” ujar seorang pria di seberang saluran saat mendengar bunyi telepon diangkat. Dia langsung bicara panjang lebar tanpa bertanya lebih dulu.

JLLEEEEBBB. JB yang mengangkat ponsel itu tanpa suara merasakan sakit di hatinya saat mendengar kalimat “I Love You” meluncur keluar dari bibir pria tidak dikenal itu. Dia mencengkeram ponsel Lily dengan kuat, rasanya dia sangat ingin sekali memaki pria di ujung sana.

“Lily...Are you still there? Did you hear what I said?” tanya suara di telepon itu saat tak kunjung mendapat jawaban dari lawan bicaranya. 

“I know you must be shock right? Okay then, I will giving you some time...Bye Lily, I will calling you later.” Ujarnya lagi dengan pasrah. Lalu tak lama kemudian, dia segera menutup teleponnya.

JB mendadak merasakan kemarahan dalam hatinya. Dia merasa sangat tak berdaya, pria itu adalah cinta pertama Lily dan dia lebih dekat dengannya baik dalam segi kewarnegaraan ataupun hubungan pertemanan.

Mereka berasal dari lingkungan yang sama yaitu bukan dari kalangan artis dan lebih mudah bagi mereka untuk bersama karena takkan ada seorangpun yang akan merintangi hubungan mereka, kecuali mungkin JB sendiri tentunya.

JB meletakkan kembali ponsel Lily di tempat semula dan berniat pergi diam-diam untuk menenangkan hati dan pikirannya yang kacau saat tiba-tiba Lily memanggilnya. 

“Jae Bum-ah, kau mau ke mana?” suara Lily yang lembut spontan menghentikan langkahnya. JB menoleh dan melihat senyum manis itu kembali menyapanya.

“Apa kau ingin pulang sekarang? Bisakah kau tunggu aku menempelkan plester di pelipismu?” pinta Lily lembut seraya menarik lengan JB dan menyuruhnya kembali duduk.

JB seolah tak punya kekuatan untuk melawan, dia dengan patuh duduk kembali di bangku itu dan Lily berdiri di hadapannya, tampak tenang membuka bungkusnya dan mengambil plesternya.

Dengan lembut, dia menyibakkan poni yang menutupi kening JB dan berkata pelan, “Aku suka gaya rambutmu seperti ini, Kau tampak cute dan manis. Really looks like a young boy, sesuai dengan umurmu yang sebenarnya.” Puji Lily seraya perlahan menempelkan plesternya.

“Jeongmal?” JB tampak sedikit lebih baik setelah mendengar Lily memujinya. 
“Aku tak suka kau memakai rambut Dora itu. You looks like a nerd.” jawab Lily lagi, kembali memberikan pendapatnya. 
“Rambut Dora?” JB tampak bingung dengan istilah Lily.

“Benar. Kau pernah lihat kartun Dora the Explorer? Aku tak suka gaya rambutnya. Seperti orang bodoh. Kaupun terlihat sangat aneh saat memakai gaya rambut seperti itu. Flower boy bromance, bukankah kau pakai gaya rambut seperti itu?” Lily menjelaskan panjang lebar.

“Kau tak suka, ya?” tanya JB memastikan lagi dan Lily menggeleng mantap. 
“Aku suka gaya rambutmu yang sekarang. Aku juga tak suka saat rambutmu ditarik semua ke atas. Terlihat tua. If You Do era adalah era terbaik darimu. Tapi Hard Carry era juga lumayan, asalkan kau berhenti memakai gaya rambut Dora itu dan tidak menarik semua rambutmu ke atas. Aku lebih suka melihat keningmu tertutup poni belah seperti ini.” lagi, Lily mengkritik gaya rambut Dora JB.

JB mendadak tersenyum manis mendengarnya. “Terima kasih atas penilaianmu. Aku akan mengingatnya.” Jawabnya lembut.

Entah kenapa dia yang tadinya marah mendadak kemarahan itu lenyap saat mendengar Lily memujinya dan melihat senyumannya yang manis. Oh, inikah yang dinamakan cinta? Membuat hatinya yang beku mencair seketika.

“Lily, what have you done to my heart?” ujar JB tiba-tiba lalu menarik tangan Lily yang telah selesai memplester pelipisnya, membuat Lily jatuh terduduk di pangkuannya.

“YYYAAA, IM JAE BUM !!! Jangan mulai lagi.” Ujar Lily waspada. 
“Hanya sebentar saja.” Pinta JB dengan seringai nakal. 
“Aku tak percaya. Kau bilang hanya sebentar tapi kau pasti takkan mau melepaskan aku.” Jawab Lily cemberut, masih duduk dalam pangkuan JB. 
“Apa aku terlihat seperti itu?” tanya JB lagi, menggodanya.

“Kau tidak terlihat seperti itu tapi nyatanya kau seperti itu. Kau membuatku takut.  Apa kau punya kepribadian ganda? Atau jangan-jangan kau punya saudara kembar?” tanya Lily curiga, menatap JB dengan mata berkilat ingin tahu yang di mata JB terlihat sangat manis.

“JB yang kulihat di depan kamera tidak seperti itu, tapi JB yang ada di hadapanku sekarang, sangat berbeda dari yang kulihat di TV.” Lanjut Lily lagi.

“Hahaha...Apa kau sedang menulis naskah drama? Kau cocok jadi penulis, sayang.” Gurau JB sambil tertawa lucu mendengar Lily menginterogasinya.

“Aku memang penulis novel. Aku menulis banyak cerita tentangmu.” Jawab Lily ceria. 
Mata JB membulat terkejut. “Benarkah? Sepertinya ada banyak hal yang belum kuketahui tentangmu.” Jawabnya lagi.

“Kau memang tidak tahu apa-apa.” Jawab Lily singkat, sebuah jawaban yang membuat JB sedih karena memang dia tak tahu apa pun soal gadis ini. 
“Kau benar.” Jawabnya sedih. 
“Baiklah. Kalau begitu kita harus mencari hari di mana kau bisa menceritakan segalanya tentang dirimu. Aku ingin lebih mengenalmu. Bagaimana?” lanjut JB.
“Baiklah. Asalkan GOT7 tidak sibuk.” Jawab Lily setuju.

“Apa kau tidak ingin menceritakan kisah kita ini?” JB bertanya ingin tahu. 
“Bolehkah itu?” tanya Lily meminta ijin. 
“Kalaupun kau menulis yang sebenarnya, orang lain pasti akan menganggapnya hanya fiksi belaka. Jadi tuliskan saja.” Jawab JB, terdengar masuk akal.

Bukankah dia memang penulis? Jadi apa pun yang dia tulis, orang lain pasti hanya akan menganggapnya hanya fiksi belaka, so no problems, right?

“Baiklah. Aku akan menuliskannya nanti.” Jawab Lily sambil tersenyum manis dan menyibakkan poni JB yang menutupi matanya. 
“Give me one kiss...” ujar JB dengan nada menuntut. 
“Only one kiss.” Lily menekankan. JB mengangguk mantap. 
“Fine...” jawab Lily dan CUP...Dia mencium sekilas bibir JB lalu segera berdiri dan berlari menjauh. 
“YYAAA !!! Itu kurang. Aku tak mau kecupan.” Protes JB kecewa lalu mengejar Lily dan menangkap tubuhnya serta memeluknya lebih erat.

“I wanna kiss not a peck.” Ujar JB lalu menekankan bibirnya di bibir Lily dan melumatnya dengan ganas selama beberapa saat hingga mereka berdua kehabisan napas. 

“Sudah. Pulang sana!” ujar Lily dengan napas tersengal-sengal seraya mendorong tubuh JB menjauh. JB mengeluh tak rela tapi dia tahu dia harus pulang.

“Kau akan menontonku saat akhir tahun, kan? Aku ingin merayakan tahu baru bersamamu.” pinta JB seperti anak kecil merengek meminta permen. 
“Bukankah kau ikut Countdown timer di MBC Gayo Daejun?” tanya Lily dan JB mengangguk mantap. 
“Kita bisa bertemu setelah itu.” jawab JB lagi. 
“Kau tidak lelah?” tanya Lily lagi. 

JB menggeleng mantap. “Aku tak pernah lelah bertemu denganmu.” Jawabnya romantis, membuat Lily tertunduk malu. 
“Baiklah.” Jawab Lily pelan. 

“Bagaimana dengan KBS Gayo DaeChukjae? Kau akan datang juga, kan?” lagi, JB meminta Lily melihat penampilannya. 
“Apa kau akan ada special stage lagi?” Lily mencoba mengorek informasi. 
“Tidak. Kali ini hanya Bambam dan Yugyeom.” Jawab JB dengan nada menenangkan. Tanpa sadar, Lily tersenyum senang.

“Baiklah. Aku pulang. Kau masuk dan cepat tidur.” Ujar JB akhirnya, walau terdengar tak rela. 

Tapi sebelum pergi, dia kembali menoleh pada kekasihnya, “Oh ya, jika seandainya ada pria yang menyatakan cinta padamu, apa kau akan menerimanya?” tanya JB was-was.

Lily terkejut dengan pertanyaan itu tapi dia menggeleng pelan, “Aku tak pernah memikirkannya., karena sudah ada orang yang kusukai.” Jawab Lily malu-malu. 
“Siapa orang itu?” tanya JB penasaran. 

“Dia adalah pria bodoh dan juga pria mesum yang sekarang sedang bertanya ‘siapa’. Dia bodoh, kan?” gurau Lily dan JB tersenyum kesal mendengarnya.

“Maksudmu aku?” tanyanya lagi. 
“Bukan. Tapi Park Jin Young.” Jawab Lily kesal, tapi dengan senyum di wajahnya. 
“YYYAAA!! Aku serius.” JB tampak tak suka mendengar Lily menyebut nama pria lain walau itu membernya sekalipun. 
“Kau tidak akan tersentuh jika ada seorang pria yang menyatakan cinta padamu, kan?” lagi, JB meminta kepastian. 
“Tidak. Kau ini cerewet sekali.” Jawab Lily dengan cemberut. 
“Walaupun itu Mark atau Jin Young, kau tak boleh menerima cinta mereka, ya.” Ujar JB dengan nada cemburu. 

“Tidak akan. Orang yang kucintai adalah Im Jae Bum. Puas? Sudah pulang sana! Kau berisik.” Ujar Lily malu-malu lalu mendorong punggung JB menuju ke mobilnya. 

“Baiklah. Baiklah. Aku pulang, sayang.” Ujarnya lalu sekali lagi mencium bibir Lily sebelum masuk ke dalam mobilnya.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar