Minggu, 25 Desember 2016

Christmas Miracle – Chapter 6 (GOT7 Christmas Edition)



What happened after the forced kiss in the Universal Studio Singapore?? So, let’s the story continues... And Merry Christmas once again for all my reader, My IGOT7 sister, and all the people who celebrates Christmas today. Merry Christmas all... Wish that you can have your own Christmas Miracle, amen... Oh ya, cerita ini juga ada di wattpad ya. Kalau saya gak sempet ngelanjutin cerita ini, kalian bisa baca kelanjutannya di Wattpad aja. Pendek kok, cuma 11 chapter aja.

“Christmas Miracle – Chapter 6 (GOT7 Christmas Edition)”



Chapter 6 : Miracle In December

Shangri-la Hotel, Orchard Road – Singapore... 
“MWO? Jeongmalyo? You forced kiss her?” Jin Young tampak terkejut mendengar pengakuan Leadernya. 
“What wrong with you, Hyung? It’s not like you.” Jackson tampak tak percaya.

“Mereka berciuman dengan panas di tanah. Jae Bum Hyung menindih tubuh gadis itu dan menciumnya penuh gairah. Mungkin jika kami tidak datang, ciuman itu bisa saja berubah menjadi sesuatu yang lain.” Ujar Bambam, menjelaskan apa yang dilihatnya.

“Sudah kubilang Leader menyukainya.” Ujar Mark. 
“Tapi dia seorang Fans.” Ujar Young Jae mengingatkan. 

“Kurasa Hyung terkena kutukan Dream High 2. Bukankah di Dream High 2 diceritakan JB Hyung jatuh cinta pada Fansnya sendiri.” Ujar Yugyeom.

“Tapi mereka berbeda negara.” Young Jae kembali memprotes. 
“Mark Hyung, Jackosn Hyung dan Bambam juga berbeda negara dengan kita.” Ujar Yugyeom mengingatkan. 
“Iya, tapi mereka bukan Fans.” Lagi, Young Jae memprotes. 
“Apa ada yang salah dengan itu?” tanya Mark. 

“Kita masih terikat larangan pacaran, kan? Bagaimana jika Park Jin Young PD-nim mengetahuinya?” Young Jae mengingatkan. 
“Takkan ada yang tahu jika kita semua tutup mulut.” Ujar Mark menegaskan.
“Apa kau menyukainya, Hyung?” tanya Jackson, tampak penasaran.

JB terdiam lama kemudian mengangguk pelan, “I think I like her.” Jawabnya lirih, tampak frustasi. 
“Tapi ini pertama kalinya kalian bertemu, kan?” lagi, Jackson merasa ini tak masuk akal.

“Jae Bum adalah orang yang percaya pada cinta pandangan pertama. Bukankah dia selalu berkata, dia ingin bertemu dengan seseorang yang bisa membuatnya terpana pada pandangan pertama? Kurasa sekarang dia sudah menemukannya.” Jawab Mark.

“Lalu bagaimana sekarang?” tanya Jin Young. 
“Aku sudah bersikap lancang dengan menciumnya paksa seperti itu. Aku ingin menemuinya dan meminta maaf sebelum kita kembali ke Korea.” Jawab JB dengan menyesal. 

“Lalu bagaimana menghubunginya?” tanya Jin Young. 
“Aku punya nomornya dan aku tahu di mana dia menginap.” Jawab JB. 
“Dia memberitahumu?” tanya Bambam penasaran. 
“TIDAK. Aku menggeledah tasnya.” Jawab JB jujur. 

“Ya Tuhan. Siapa yang percaya kalau Leader GOT7 yang berkharisma, Im Jae Bum bisa melakukan kegilaan ini karena jatuh cinta pada seorang Fans?” ujar Jackson masih tak percaya.

“Aku seperti membaca Fanfiction.” Tambah Bambam. 
“Bagaimana jika dia tidak mau menemuimu?” tanya Jin Young lagi. 
“Aku yang akan ke sana menemuinya.” Jawab JB. 
“Bagaimana jika dia sudah check out dari sana?” lagi, Jin Young memberi kemungkinan. 

“Aku akan mengobrak-abrik Singapore jika itu memang perlu. Aku tak bisa pergi begitu saja dengan rasa penasaran seperti ini.” jawab JB lagi.

@@@@@@@

Malam beranjak datang, matahari sudah mulai kembali ke peraduannya dan bintang-bintang mulai terlihat menghiasi langit malam. Kelap-kelip cahaya di sepanjang jalan Orchard yang berasal dari dekorasi Natal tampak indah menghiasi malam, lampu-lampu itu seolah ingin bersaing dengan kumpulan bintang.

Seorang pria bertubuh tinggi dengan sweater berwarna merah dan dengan kepala yang disembunyikan di dalam topi yang menyatu dengan sweaternya, tampak berdiri dengan gelisah di depan gerbang masuk sebuah Hotel bintang 5, Shangri-La Hotel di wilayah Orchard. Dia tampak menyembunyikan wajahnya di balik sweater merah itu seolah-olah takut akan ada orang yang mengenalinya.


Seorang gadis muda berusia di awal dua puluh tahunan tampak tersenyum geli saat mengenali siapa pria dengan gelagat aneh tersebut dan perlahan mendekatinya. 

“Takkan ada seorangpun yang percaya manusia aneh seperti dia adalah Leader GOT7.” Gumam Lily seraya terkikik geli.

“Ehem...” Lily berdehem untuk menginformasikan kehadirannya. Pria muda yang mengenakan sweater merah menyala itu segera menoleh ke asal suara hanya untuk menemukan gadis yang sedang ditunggunya menatapnya sambil terkikik geli.

“YYYAAA! Apa kau ingin menakutiku dengan menyembunyikan kepalamu seperti itu?” gurau Lily, tersenyum manis.

“Kau sudah datang? Terima kasih sudah datang. Bagaimana jika kita bicara di dalam saja?” ujar si pria dengan senyum manisnya, tampak senang melihat gadis itu berdiri di hadapannya. 

“Jangan senang dulu. Aku datang karena kau mengatakan kau ingin minta maaf padaku dan akan mengabulkan semua permintaanku sebagai bentuk permintaan maafmu, bukan untuk hal yang lain.” Jawab Lily, kembali gugup.

“Apa pun itu, aku tak peduli. Yang penting kau di sini saat ini. Setidaknya aku bisa mengucapkan sampai jumpa padamu sebelum besok aku pergi dari sini. Ayo!” ujar JB lalu menggandeng tangan kiri Lily dan mengajaknya bicara di tempat yang lebih sepi.

Shangri-La Hotel Singapore memiliki sebuah taman indah di belakang hotel, jadi JB mengajak Lily bicara di sana berdua seraya memandang bintang di langit. 
“Bintangnya sangat banyak.” JB membuka pembicaraan. 

“Benar.” Jawab Lily singkat. 
“Apa tanganmu masih sakit?” tanya JB lagi seraya menatap tangan kanan Lily yang masih diperban. Gadis itu hanya mengangguk pelan. 
“Maafkan aku.” Ujar JB merasa bersalah. 

“Aku minta maaf karena melindungiku, tanganmu jadi terluka seperti itu. Aku juga minta maaf karena bersikap tidak sopan padamu tadi siang, tapi aku sama sekali tidak menyesal telah menciummu seperti tadi.” Lanjut JB mantap.
“MWO?” Lily tampak tak mengerti. 

“Aku tidak menyesal telah menciummu, aku hanya meminta maaf karena melakukannya dengan cara yang tidak pantas seperti itu. Seharusnya aku bisa melakukannya dengan lebih lembut dan romantis, benarkan?” goda JB lagi dengan seringai nakal di wajahnya, membuat Lily spontan menjadi gugup seketika.

Dia menggeser duduknya menjauh dengan tak nyaman dan JB menyadari hal ini. Dia tampak menyesal karena telah membuat gadis pemalu ini kembali menutup diri. 

“Aaahhhh... kenapa aku mengatakan ini? Seharusnya aku sudah tahu kalau kau adalah gadis yang pemalu.” Rutuk JB kesal pada dirinya sendiri.

“Kau...tampak manis dengan warna merah.” Ujar Lily pelan, mengubah pembicaraan, tidak ingin membahas masalah ciuman. 


“Benarkah? Aku tampak manis di matamu?” JB tampak senang mendengar gadis itu memujinya secara langsung dengan bibirnya sendiri. Lily mengangguk mantap. 

“Kadang aku bosan melihatmu memakai warna hitam. Bukannya tak cocok, hanya saja kau terlalu sering mengenakannya jadi aku agak sedikit bosan melihat warna hitam melekat di tubuhmu. Kau terlihat manly dan tampan dengan warna hitam. Tapi warna cerah membuatmu tampak lebih manis.” Lily memberikan pendapatnya dengan malu-malu seraya memandang tanah dengan gugup.

“Ahh, kalau begitu aku akan memakai warna cerah lebih sering. Kau suka warna apa?” tanya JB tampak senang, matanya berbinar ceria. 
“Putih. Kau tampak seperti Malaikat saat memakai warna putih. Biru langit juga bagus, kau jarang sekali memakai warna biru.” Jawab Lily lagi. JB menangguk mengerti dengan tersenyum manis. 
“Aku akan mengingatnya.” Janji JB masih tersenyum pada gadis itu. 
“Jadi kau memaafkan aku, kan? Kita berteman, kan?” tanya JB penuh harap.

“Aku tak bisa marah pada idolaku.” Jawab Lily singkat. JB tersenyum puas mendengarnya. 
“Tapi soal teman...” Lily terdiam bingung. 
“Kenapa? Kau tak mau berteman denganku?” tanya JB lagi, tampak kecewa. Lily menggeleng mantap.

“Aku tak mau bermimpi terlalu tinggi bisa berteman dengan idolaku. Itu terlalu indah untuk jadi nyata. Aku menyadari posisiku. Setelah kau kembali ke Korea, kita takkan bertemu lagi. Jadi untuk apa berteman?” Lily mencoba berpikir logis.

“Jujur, aku sebenarnya juga tak mau berteman denganmu.” Jawab JB dengan tersenyum tipis. 
“MWO?” jawabannya membuat Lily hanya bisa menatap tak mengerti pria muda itu. 

“Sebenarnya aku ingin kau jadi pacarku. Tapi aku tahu ini terlalu terburu-buru dan kau pasti takkan percaya padaku. Jadi aku putuskan untuk berteman dulu. Siapa sangka berteman pun kau tak mau.” Jawab JB dengan sinar mata sedih.

“Kau pasti bercanda, kan? JB-ssi, aku tak tahu kalau kau juga suka bercanda seperti Jackson.” Ujar Lily tersenyum manis. 
“Sudah kuduga kau takkan percaya.” Ujar JB pahit. 
“Kurasa kaulah yang paling tahu bagaimana melakukan Fans Service.” Ujar Lily lagi. 
“Ini bukan Fans Service. Aku menyukaimu.” Ujar JB lagi. 
“Aku juga menyukaimu. Sejak melihatmu di Dream High 2, aku sudah menyukaimu.” Jawab Lily sambil tersenyum manis. JB menarik napas pasrah, gadis ini sepertinya sama sekali tak percaya.

“Sepertinya Yuyeom benar kalau aku sudah terkena kutukan Dream High 2.” Gumam JB frustasi. 
“APA?” Lily masih tampak tak mengerti. 

“Sudahlah lupakan. Jika kita memang berjodoh, pasti ada cara kita bisa bertemu lagi. Tapi jika seandainya kita bertemu lagi, maukah kau menganggap bahwa ini memang takdir dan tidak akan canggung lagi di hadapanku?” ujar JB pasrah walau sebenarnya dia tak rela melepaskan gadis ini. Lily tetap terdiam, dia tak mau bermimpi terlalu tinggi dan berharap terlalu banyak.

“Baiklah. Kita tidak usah membicarakan masalah ini.” ujar JB pasrah saat melihat gadis itu hanya terdiam seperti biasa. 

“Sekarang, apa yang kau ingin aku untuk lakukan sebagai wujud permintaan maafku?” lanjutnya seraya menatap Lily.

Lily terdiam sejenak sebelum akhirnya mulai menjawab dengan riang, “Kudengar kau pandai memasak. Bisakah kau memasak untukku? Aku lapar dan belum makan malam. Kurasa sekarang sudah saatnya makan malam kan?” Pinta Lily dengan tersenyum manis.

JB tampak berpikir tapi kemudian mengangguk menyetujui. “Baiklah. Kau ingin makan apa? Kita akan membeli bahannya lebih dulu.” Jawab JB menyetujui. 

“Yiipiii...Idolaku memasak untukku. Bagiku ini benar-benar seperti KEAJAIBAN NATAL. A Christmas Miracle, begitu mereka menyebutnya.” Ujar Lily senang. 
“Jadi, kau ingin makan apa?” tanya JB sekali lagi.

@@@@@@@

“Wah, Jae Bum Hyung memasak untuk gadis itu? Ini benar-benar keajaiban.” Gumam Bambam takjub saat melihat Leader mereka membawa masuk seorang gadis muda ke dalam kamar Guest House tempat GOT7 menginap.

Di tangan pria tampan itu terdapat belanjaan yang lumayan banyak. JB bilang Lily ingin dia memasak untuknya sebagai wujud permintaan maafnya.

Member GOT7 hanya bisa melongo melihat Leader mereka yang biasanya sangat dingin pada wanita kini menjadi sangat manis. Mereka semua menatap Lily yang hanya mampu terduduk gugup di sofa ruang tamu, dengan takjub.

“Jangan memandangi gadisku seperti itu. Kalian membuatnya takut.” Omel Sang Leader dari arah dapur saat menyadari Lily hanya mampu terduduk seraya menatap lantai dengan gugup. Melihat membernya tetap bergeming, Leader mematikan kompornya lalu mendekati membernya dan menjitak mereka satu per satu.

“Sudah kubilang jangan menatap gadisku seperti itu. Apa kalian semua ingin aku mencongkel mata kalian satu per satu?” JB berteriak kesal seraya berdiri di depan Lily seolah-olah menghalangi tatapan aneh membernya.

“Aisshh jinja. Ayo! Kau duduk di sana saja.” Ujar JB seraya menggandeng tangan kiri Lily dan menyuruhnya duduk di salah satu kursi di meja makan yang tak jauh dari dapur. 
“Sebaiknya aku pergi saja, JB-ssi.” Ujar Lily ketakutan.

“TIDAK. Kau tetap di sini! Dan jangan panggil aku JB-ssi. Bukankah sudah kuminta kau memanggilku Jae Bumie?” ujar JB tampak kesal, seraya mendudukkan Lily dengan sedikit memaksa di salah satu kursi di meja makan.

“Kau duduk di sana dan tunggu aku selesai makan.” Lagi, JB memberi instruksi tegas, dia tampak tak mau dibantah.

Member GOT7 sekali lagi hanya mampu memandang takjub semua itu. “Jae Bumie? Hyung minta gadis itu memanggilnya Jae Bumie?” ulang Bambam tampak tak percaya. 
“Sudah kubilang Jae Bum menyukainya.” Ujar Mark yang tampak bangga karena tebakannya benar.

Lily duduk dengan kikuk di kursi meja makan sementara JB, sang idola sibuk memaksa untuknya. Tak enak hati, Lily mulai berdiri dan menawarkan bantuannya. 
“Apa ada yang bisa kubantu? Aku tak bisa memasak, tapi setidaknya aku bisa mencuci piring.” Ujar Lily malu-malu. 
“Kau tak bisa memasak?” ulang JB tampak tak percaya. 
“Maksudku, aku hanya bisa memasak hal yang sederhana. Tapi untuk memasak sesuatu yang enak, aku masih harus belajar banyak.” Jawab Lily sambil tersenyum malu.

“Tidak masalah. Kelak jika kita bertemu lagi, aku akan mengajarimu memasak.” Ujar JB, menghiburnya. 
“Jadi, apa yang bisa kubantu...” tanya Lily malu-malu, memberi jeda pada kalimatnya sesaat sebelum kembali melanjutkannya. “Jae Bumie?” lanjutnya kikuk.

JB terdiam sesaat saat Lily memanggilnya “Jae Bumie” untuk yang pertama kalinya, lalu kemudian tersenyum malu pada gadis itu dan berkata lembut, “Bisa tolong ambilkan saus di meja itu untukku?” pintanya lembut. Lily mengangguk dan segera mengambilkan saus di meja untuk JB.

Selanjutnya, mereka berdua tampak kompak menyiapkan makan malam di dapur. Sebenarnya mereka bisa saja meminta pihak hotel membawakan makanan ke kamar mereka, tapi Lily ingin JB memasak untuknya sebagai wujud permintaan maafnya. Dan karena JB juga tampak tidak keberatan memasak untuk gadis pujaannya, maka inilah yang terjadi sekarang.

“Lihatlah mereka berdua! Mereka tampak seperti sepasang pengantin baru yang sedang memasak makan malam romantis mereka berdua.” Ujar Jackson mengamati.

“Aku tak suka ini. Aku yang lebih dulu bicara dengannya, kenapa malah Hyung yang dekat dengannya?” Jin Young menyerukan protesnya. 

“Hhhhhmmmm...Kurasa itu tidak benar. Bukankah Jae Bum Hyung yang lebih dulu bertemu dengannya? Tangan yang terluka itu kan karena demi melindungi Jae Bum Hyung dari lampu hias.” Ujar Yugyeom mengingatkan Jin Young.

“Aku tahu. Tapi kan Jae Bum Hyung bersikap galak padanya kemarin malam. Akulah yang lebih dulu bersikap ramah.” Jawab Jin Young tampak tak terima. 
“Kau cemburu?” tanya Mark to the point. 
“APA? AKU? Yang benar saja?” Jin Young menyangkal.

“Kalau tidak, lalu untuk apa kau tampak kesal?” cecar Mark dengan santai. Jin Young hanya mendengus kesal dan berjalan ke arah sofa untuk duduk di sana. Dia tak lagi mengintip mereka berdua dan lebih memilih menonton TV di ruang tamu.

“Tidak menjawab berarti iya.” Ujar Mark yang berjalan mengikutinya. Melihat Mark dan Jin Young berjalan ke ruang tamu, member yang lain spontan mengikuti. 
“Terserah apa yang Hyung pikirkan.” Jawab Jin Young berpura-pura tak peduli. 

Sementara di dapur, kedua sejoli itu masih tampak asyik menyiapkan makan malam untuk mereka. Lily telah selesai mengatur piring-piring di atas meja dan JB sibuk memindahkan makanannya ke atas meja. 
“8 piring, kan?” Lily memastikan. JB menangguk mantap lalu mendorong punggung Lily ke ujung meja dengan lembut. 

“Kau duduk di sini saja. Aku ingin kau duduk di meja yang paling ujung jadi tak ada memberku yang akan duduk di sampingmu, selain aku.” Ujar JB egois.

Lily memandangnya bingung tapi kemudian hanya tersenyum lucu, “Kau sangat kekanakan. Aku bahkan bukan pacarmu, kenapa kau sangat berlebihan?” ujar Lily tersenyum lucu. JB terdiam, dia tampak tak suka dengan kalimat Lily.

“Sekarang mungkin bukan. Tapi jika kelak kita bertemu lagi, aku takkan melepaskanmu lagi saat itu.” ujar JB lalu berjalan ke arah ruang tamu untuk memanggil saudara-saudaranya.

“Selamat makan.” Ujar JB memberi tanda bahwa mereka bisa mulai makan sekarang. Semua member spontan mengambil sumpit masing-masing dan mulai makan, kecuali Lily yang hanya terdiam memandang makanannya.

Dengan perlahan, dia mencoba mengambil sumpit itu dengan tangan kanannya yang masih diperban, tapi dia kesulitan menggenggamnya dengan perban yang tebal seperti itu, lagipula telapak tangannya masih sakit saat ditekuk.

Menarik napas pasrah, akhirnya gadis itu hanya mengambil salah satu sumpit itu dan menusuknya ke daging di atas piring. Dia menusuknya lalu kemudian mengangkatnya seperti sedang memakan sate. Cara makannya yang aneh membuat semua member GOT7 memandangnya bingung.

“Aaahhh...Aku lupa tangan kananmu masih sakit.” Ujar JB menyadarinya. Lily hanya memandangnya tanpa ekspresi. 
“Ini. Kau ambil punyaku saja. Aku belum memakannya.” Lanjut JB lalu menukar piringnya dengan piring gadis itu setelah sebelumnya memotong-motong dagingnya. 
“Kamsahamnida, JB-ssi.” Jawab Lily sungkan. 

“Sudah kubilang...” JB ingin memprotes namun Lily memotongnya, “Arraseo, Jae Bumie...Gomawo.” potong Lily cepat-cepat sebelum JB mengomelinya.

“Kalian terlihat seperti orang yang sedang pacaran.” Gumam Bambam spontan, membuat Lily yang sedang meminum airnya menjadi tersedak. 
“YYYAAA! Bambam-ah, kau membuat gadisku tersedak.” Omel JB seraya menepuk-nepuk punggung Lily.

“Gadisku?” ulang Young Jae dengan mata membulat terkejut. 
“Hyung, sejak tadi kau menyebutnya “gadisku” seolah-olah dia adalah pacarmu. Apa kalian sudah jadian?” lanjutnya lagi dengan mata membulat penasaran. 

“DIAM DAN MAKAN SAJA!” ujar JB tak mau menjawab. Semua member hanya saling pandang mengerti dan tak bertanya apa-apa lagi.

“Jadi...Lily, kapan rencananya kau akan kembali ke negaramu?” tanya Mark dengan santai seraya memakan dagingnya. 

“Entahlah. Aku masih belum memesan tiket pulang. Aku masih ingin berlibur di sini.” Jawab Lily dengan canggung. Dia masih tampak kesulitan makan dengan tangan kiri walau dagingnya sudah dipotong-potong.

“Kau tampak kesulitan menyendok nasi. Apa kau butuh bantuan?” tawar Jin Young yang duduk di depannya. Lily tersentak mendengar tawarannya. 

“APA?” tanyanya spontan, tampak gugup. 
“Aku bisa menyuapimu.” Jawab Jin Young spontan, membuat semua mata memandangnya terkejut termasuk JB.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar