What happened
after the forced kiss in the Universal Studio Singapore?? So, let’s the story
continues... And Merry Christmas once again for all my reader, My IGOT7 sister,
and all the people who celebrates Christmas today. Merry Christmas all... Wish
that you can have your own Christmas Miracle, amen... Oh ya, cerita ini juga ada di wattpad ya. Kalau saya gak sempet ngelanjutin cerita ini, kalian bisa baca kelanjutannya di Wattpad aja. Pendek kok, cuma 11 chapter aja.
“Christmas Miracle – Chapter 6 (GOT7 Christmas Edition)”
Chapter 6 : Miracle In December
Shangri-la Hotel, Orchard Road – Singapore...
“MWO? Jeongmalyo?
You forced kiss her?” Jin Young tampak terkejut mendengar pengakuan Leadernya.
“What wrong with
you, Hyung? It’s not like you.” Jackson tampak tak percaya.
“Mereka berciuman
dengan panas di tanah. Jae Bum Hyung menindih tubuh gadis itu dan menciumnya
penuh gairah. Mungkin jika kami tidak datang, ciuman itu bisa saja berubah
menjadi sesuatu yang lain.” Ujar Bambam, menjelaskan apa yang dilihatnya.
“Sudah kubilang
Leader menyukainya.” Ujar Mark.
“Tapi dia seorang
Fans.” Ujar Young Jae mengingatkan.
“Kurasa Hyung
terkena kutukan Dream High 2. Bukankah di Dream High 2 diceritakan JB Hyung
jatuh cinta pada Fansnya sendiri.” Ujar Yugyeom.
“Tapi mereka
berbeda negara.” Young Jae kembali memprotes.
“Mark Hyung,
Jackosn Hyung dan Bambam juga berbeda negara dengan kita.” Ujar Yugyeom
mengingatkan.
“Iya, tapi mereka
bukan Fans.” Lagi, Young Jae memprotes.
“Apa ada yang
salah dengan itu?” tanya Mark.
“Kita masih
terikat larangan pacaran, kan? Bagaimana jika Park Jin Young PD-nim
mengetahuinya?” Young Jae mengingatkan.
“Takkan ada yang
tahu jika kita semua tutup mulut.” Ujar Mark menegaskan.
“Apa kau
menyukainya, Hyung?” tanya Jackson, tampak penasaran.
JB terdiam lama
kemudian mengangguk pelan, “I think I like her.” Jawabnya lirih, tampak
frustasi.
“Tapi ini pertama
kalinya kalian bertemu, kan?” lagi, Jackson merasa ini tak masuk akal.
“Jae Bum adalah
orang yang percaya pada cinta pandangan pertama. Bukankah dia selalu berkata,
dia ingin bertemu dengan seseorang yang bisa membuatnya terpana pada pandangan
pertama? Kurasa sekarang dia sudah menemukannya.” Jawab Mark.
“Lalu bagaimana
sekarang?” tanya Jin Young.
“Aku sudah
bersikap lancang dengan menciumnya paksa seperti itu. Aku ingin menemuinya dan
meminta maaf sebelum kita kembali ke Korea.” Jawab JB dengan menyesal.
“Lalu bagaimana
menghubunginya?” tanya Jin Young.
“Aku punya
nomornya dan aku tahu di mana dia menginap.” Jawab JB.
“Dia
memberitahumu?” tanya Bambam penasaran.
“TIDAK. Aku
menggeledah tasnya.” Jawab JB jujur.
“Ya Tuhan. Siapa
yang percaya kalau Leader GOT7 yang berkharisma, Im Jae Bum bisa melakukan
kegilaan ini karena jatuh cinta pada seorang Fans?” ujar Jackson masih tak
percaya.
“Aku seperti
membaca Fanfiction.” Tambah Bambam.
“Bagaimana jika
dia tidak mau menemuimu?” tanya Jin Young lagi.
“Aku yang akan ke
sana menemuinya.” Jawab JB.
“Bagaimana jika
dia sudah check out dari sana?” lagi, Jin Young memberi kemungkinan.
“Aku akan
mengobrak-abrik Singapore jika itu memang perlu. Aku tak bisa pergi begitu saja
dengan rasa penasaran seperti ini.” jawab JB lagi.
@@@@@@@
Malam beranjak datang,
matahari sudah mulai kembali ke peraduannya dan bintang-bintang mulai terlihat
menghiasi langit malam. Kelap-kelip cahaya di sepanjang jalan Orchard yang
berasal dari dekorasi Natal tampak indah menghiasi malam, lampu-lampu itu
seolah ingin bersaing dengan kumpulan bintang.
Seorang pria
bertubuh tinggi dengan sweater berwarna merah dan dengan kepala yang
disembunyikan di dalam topi yang menyatu dengan sweaternya, tampak berdiri
dengan gelisah di depan gerbang masuk sebuah Hotel bintang 5, Shangri-La Hotel
di wilayah Orchard. Dia tampak menyembunyikan wajahnya di balik sweater merah
itu seolah-olah takut akan ada orang yang mengenalinya.
Seorang gadis muda
berusia di awal dua puluh tahunan tampak tersenyum geli saat mengenali siapa
pria dengan gelagat aneh tersebut dan perlahan mendekatinya.
“Takkan ada
seorangpun yang percaya manusia aneh seperti dia adalah Leader GOT7.” Gumam
Lily seraya terkikik geli.
“Ehem...” Lily
berdehem untuk menginformasikan kehadirannya. Pria muda yang mengenakan sweater
merah menyala itu segera menoleh ke asal suara hanya untuk menemukan gadis yang
sedang ditunggunya menatapnya sambil terkikik geli.
“YYYAAA! Apa kau
ingin menakutiku dengan menyembunyikan kepalamu seperti itu?” gurau Lily,
tersenyum manis.
“Kau sudah datang?
Terima kasih sudah datang. Bagaimana jika kita bicara di dalam saja?” ujar si
pria dengan senyum manisnya, tampak senang melihat gadis itu berdiri di
hadapannya.
“Jangan senang
dulu. Aku datang karena kau mengatakan kau ingin minta maaf padaku dan akan mengabulkan
semua permintaanku sebagai bentuk permintaan maafmu, bukan untuk hal yang
lain.” Jawab Lily, kembali gugup.
“Apa pun itu, aku
tak peduli. Yang penting kau di sini saat ini. Setidaknya aku bisa mengucapkan
sampai jumpa padamu sebelum besok aku pergi dari sini. Ayo!” ujar JB lalu
menggandeng tangan kiri Lily dan mengajaknya bicara di tempat yang lebih sepi.
Shangri-La Hotel
Singapore memiliki sebuah taman indah di belakang hotel, jadi JB mengajak Lily
bicara di sana berdua seraya memandang bintang di langit.
“Bintangnya sangat
banyak.” JB membuka pembicaraan.
“Benar.” Jawab
Lily singkat.
“Apa tanganmu
masih sakit?” tanya JB lagi seraya menatap tangan kanan Lily yang masih
diperban. Gadis itu hanya mengangguk pelan.
“Maafkan aku.”
Ujar JB merasa bersalah.
“Aku minta maaf
karena melindungiku, tanganmu jadi terluka seperti itu. Aku juga minta maaf
karena bersikap tidak sopan padamu tadi siang, tapi aku sama sekali tidak
menyesal telah menciummu seperti tadi.” Lanjut JB mantap.
“MWO?” Lily tampak
tak mengerti.
“Aku tidak
menyesal telah menciummu, aku hanya meminta maaf karena melakukannya dengan
cara yang tidak pantas seperti itu. Seharusnya aku bisa melakukannya dengan
lebih lembut dan romantis, benarkan?” goda JB lagi dengan seringai nakal di
wajahnya, membuat Lily spontan menjadi gugup seketika.
Dia menggeser
duduknya menjauh dengan tak nyaman dan JB menyadari hal ini. Dia tampak
menyesal karena telah membuat gadis pemalu ini kembali menutup diri.
“Aaahhhh... kenapa
aku mengatakan ini? Seharusnya aku sudah tahu kalau kau adalah gadis yang
pemalu.” Rutuk JB kesal pada dirinya sendiri.
“Kau...tampak
manis dengan warna merah.” Ujar Lily pelan, mengubah pembicaraan, tidak ingin
membahas masalah ciuman.
“Benarkah? Aku
tampak manis di matamu?” JB tampak senang mendengar gadis itu memujinya secara
langsung dengan bibirnya sendiri. Lily mengangguk mantap.
“Kadang aku bosan
melihatmu memakai warna hitam. Bukannya tak cocok, hanya saja kau terlalu
sering mengenakannya jadi aku agak sedikit bosan melihat warna hitam melekat di
tubuhmu. Kau terlihat manly dan tampan dengan warna hitam. Tapi warna cerah
membuatmu tampak lebih manis.” Lily memberikan pendapatnya dengan malu-malu
seraya memandang tanah dengan gugup.
“Ahh, kalau begitu
aku akan memakai warna cerah lebih sering. Kau suka warna apa?” tanya JB tampak
senang, matanya berbinar ceria.
“Putih. Kau tampak
seperti Malaikat saat memakai warna putih. Biru langit juga bagus, kau jarang
sekali memakai warna biru.” Jawab Lily lagi. JB menangguk mengerti dengan tersenyum
manis.
“Aku akan
mengingatnya.” Janji JB masih tersenyum pada gadis itu.
“Jadi kau
memaafkan aku, kan? Kita berteman, kan?” tanya JB penuh harap.
“Aku tak bisa
marah pada idolaku.” Jawab Lily singkat. JB tersenyum puas mendengarnya.
“Tapi soal teman...”
Lily terdiam bingung.
“Kenapa? Kau tak
mau berteman denganku?” tanya JB lagi, tampak kecewa. Lily menggeleng mantap.
“Aku tak mau
bermimpi terlalu tinggi bisa berteman dengan idolaku. Itu terlalu indah untuk
jadi nyata. Aku menyadari posisiku. Setelah kau kembali ke Korea, kita takkan
bertemu lagi. Jadi untuk apa berteman?” Lily mencoba berpikir logis.
“Jujur, aku
sebenarnya juga tak mau berteman denganmu.” Jawab JB dengan tersenyum tipis.
“MWO?” jawabannya
membuat Lily hanya bisa menatap tak mengerti pria muda itu.
“Sebenarnya aku
ingin kau jadi pacarku. Tapi aku tahu ini terlalu terburu-buru dan kau pasti
takkan percaya padaku. Jadi aku putuskan untuk berteman dulu. Siapa sangka
berteman pun kau tak mau.” Jawab JB dengan sinar mata sedih.
“Kau pasti
bercanda, kan? JB-ssi, aku tak tahu kalau kau juga suka bercanda seperti
Jackson.” Ujar Lily tersenyum manis.
“Sudah kuduga kau
takkan percaya.” Ujar JB pahit.
“Kurasa kaulah
yang paling tahu bagaimana melakukan Fans Service.” Ujar Lily lagi.
“Ini bukan Fans
Service. Aku menyukaimu.” Ujar JB lagi.
“Aku juga
menyukaimu. Sejak melihatmu di Dream High 2, aku sudah menyukaimu.” Jawab Lily
sambil tersenyum manis. JB menarik napas pasrah, gadis ini sepertinya sama
sekali tak percaya.
“Sepertinya Yuyeom
benar kalau aku sudah terkena kutukan Dream High 2.” Gumam JB frustasi.
“APA?” Lily masih
tampak tak mengerti.
“Sudahlah lupakan.
Jika kita memang berjodoh, pasti ada cara kita bisa bertemu lagi. Tapi jika
seandainya kita bertemu lagi, maukah kau menganggap bahwa ini memang takdir dan
tidak akan canggung lagi di hadapanku?” ujar JB pasrah walau sebenarnya dia tak
rela melepaskan gadis ini. Lily tetap terdiam, dia tak mau bermimpi terlalu
tinggi dan berharap terlalu banyak.
“Baiklah. Kita
tidak usah membicarakan masalah ini.” ujar JB pasrah saat melihat gadis itu
hanya terdiam seperti biasa.
“Sekarang, apa
yang kau ingin aku untuk lakukan sebagai wujud permintaan maafku?” lanjutnya
seraya menatap Lily.
Lily terdiam
sejenak sebelum akhirnya mulai menjawab dengan riang, “Kudengar kau pandai
memasak. Bisakah kau memasak untukku? Aku lapar dan belum makan malam. Kurasa
sekarang sudah saatnya makan malam kan?” Pinta Lily dengan tersenyum manis.
JB tampak berpikir
tapi kemudian mengangguk menyetujui. “Baiklah. Kau ingin makan apa? Kita akan
membeli bahannya lebih dulu.” Jawab JB menyetujui.
“Yiipiii...Idolaku
memasak untukku. Bagiku ini benar-benar seperti KEAJAIBAN NATAL. A Christmas
Miracle, begitu mereka menyebutnya.” Ujar Lily senang.
“Jadi, kau ingin
makan apa?” tanya JB sekali lagi.
@@@@@@@
“Wah, Jae Bum
Hyung memasak untuk gadis itu? Ini benar-benar keajaiban.” Gumam Bambam takjub
saat melihat Leader mereka membawa masuk seorang gadis muda ke dalam kamar
Guest House tempat GOT7 menginap.
Di tangan pria tampan
itu terdapat belanjaan yang lumayan banyak. JB bilang Lily ingin dia memasak
untuknya sebagai wujud permintaan maafnya.
Member GOT7 hanya
bisa melongo melihat Leader mereka yang biasanya sangat dingin pada wanita kini
menjadi sangat manis. Mereka semua menatap Lily yang hanya mampu terduduk gugup
di sofa ruang tamu, dengan takjub.
“Jangan memandangi
gadisku seperti itu. Kalian membuatnya takut.” Omel Sang Leader dari arah dapur
saat menyadari Lily hanya mampu terduduk seraya menatap lantai dengan gugup.
Melihat membernya tetap bergeming, Leader mematikan kompornya lalu mendekati
membernya dan menjitak mereka satu per satu.
“Sudah kubilang
jangan menatap gadisku seperti itu. Apa kalian semua ingin aku mencongkel mata
kalian satu per satu?” JB berteriak kesal seraya berdiri di depan Lily
seolah-olah menghalangi tatapan aneh membernya.
“Aisshh jinja.
Ayo! Kau duduk di sana saja.” Ujar JB seraya menggandeng tangan kiri Lily dan
menyuruhnya duduk di salah satu kursi di meja makan yang tak jauh dari dapur.
“Sebaiknya aku
pergi saja, JB-ssi.” Ujar Lily ketakutan.
“TIDAK. Kau tetap
di sini! Dan jangan panggil aku JB-ssi. Bukankah sudah kuminta kau memanggilku
Jae Bumie?” ujar JB tampak kesal, seraya mendudukkan Lily dengan sedikit
memaksa di salah satu kursi di meja makan.
“Kau duduk di sana
dan tunggu aku selesai makan.” Lagi, JB memberi instruksi tegas, dia tampak tak
mau dibantah.
Member GOT7 sekali
lagi hanya mampu memandang takjub semua itu. “Jae Bumie? Hyung minta gadis itu
memanggilnya Jae Bumie?” ulang Bambam tampak tak percaya.
“Sudah kubilang
Jae Bum menyukainya.” Ujar Mark yang tampak bangga karena tebakannya benar.
Lily duduk dengan
kikuk di kursi meja makan sementara JB, sang idola sibuk memaksa untuknya. Tak
enak hati, Lily mulai berdiri dan menawarkan bantuannya.
“Apa ada yang bisa
kubantu? Aku tak bisa memasak, tapi setidaknya aku bisa mencuci piring.” Ujar
Lily malu-malu.
“Kau tak bisa
memasak?” ulang JB tampak tak percaya.
“Maksudku, aku
hanya bisa memasak hal yang sederhana. Tapi untuk memasak sesuatu yang enak,
aku masih harus belajar banyak.” Jawab Lily sambil tersenyum malu.
“Tidak masalah.
Kelak jika kita bertemu lagi, aku akan mengajarimu memasak.” Ujar JB,
menghiburnya.
“Jadi, apa yang
bisa kubantu...” tanya Lily malu-malu, memberi jeda pada kalimatnya sesaat
sebelum kembali melanjutkannya. “Jae Bumie?” lanjutnya kikuk.
JB terdiam sesaat
saat Lily memanggilnya “Jae Bumie” untuk yang pertama kalinya, lalu kemudian
tersenyum malu pada gadis itu dan berkata lembut, “Bisa tolong ambilkan saus di
meja itu untukku?” pintanya lembut. Lily mengangguk dan segera mengambilkan
saus di meja untuk JB.
Selanjutnya,
mereka berdua tampak kompak menyiapkan makan malam di dapur. Sebenarnya mereka
bisa saja meminta pihak hotel membawakan makanan ke kamar mereka, tapi Lily
ingin JB memasak untuknya sebagai wujud permintaan maafnya. Dan karena JB juga
tampak tidak keberatan memasak untuk gadis pujaannya, maka inilah yang terjadi
sekarang.
“Lihatlah mereka
berdua! Mereka tampak seperti sepasang pengantin baru yang sedang memasak makan
malam romantis mereka berdua.” Ujar Jackson mengamati.
“Aku tak suka ini.
Aku yang lebih dulu bicara dengannya, kenapa malah Hyung yang dekat dengannya?”
Jin Young menyerukan protesnya.
“Hhhhhmmmm...Kurasa
itu tidak benar. Bukankah Jae Bum Hyung yang lebih dulu bertemu dengannya?
Tangan yang terluka itu kan karena demi melindungi Jae Bum Hyung dari lampu
hias.” Ujar Yugyeom mengingatkan Jin Young.
“Aku tahu. Tapi
kan Jae Bum Hyung bersikap galak padanya kemarin malam. Akulah yang lebih dulu
bersikap ramah.” Jawab Jin Young tampak tak terima.
“Kau cemburu?”
tanya Mark to the point.
“APA? AKU? Yang
benar saja?” Jin Young menyangkal.
“Kalau tidak, lalu
untuk apa kau tampak kesal?” cecar Mark dengan santai. Jin Young hanya mendengus
kesal dan berjalan ke arah sofa untuk duduk di sana. Dia tak lagi mengintip
mereka berdua dan lebih memilih menonton TV di ruang tamu.
“Tidak menjawab
berarti iya.” Ujar Mark yang berjalan mengikutinya. Melihat Mark dan Jin Young
berjalan ke ruang tamu, member yang lain spontan mengikuti.
“Terserah apa yang
Hyung pikirkan.” Jawab Jin Young berpura-pura tak peduli.
Sementara di dapur, kedua sejoli itu masih tampak asyik menyiapkan makan malam
untuk mereka. Lily telah selesai mengatur piring-piring di atas meja dan JB
sibuk memindahkan makanannya ke atas meja.
“8 piring, kan?”
Lily memastikan. JB menangguk mantap lalu mendorong punggung Lily ke ujung meja
dengan lembut.
“Kau duduk di sini
saja. Aku ingin kau duduk di meja yang paling ujung jadi tak ada memberku yang
akan duduk di sampingmu, selain aku.” Ujar JB egois.
Lily memandangnya
bingung tapi kemudian hanya tersenyum lucu, “Kau sangat kekanakan. Aku bahkan
bukan pacarmu, kenapa kau sangat berlebihan?” ujar Lily tersenyum lucu. JB
terdiam, dia tampak tak suka dengan kalimat Lily.
“Sekarang mungkin
bukan. Tapi jika kelak kita bertemu lagi, aku takkan melepaskanmu lagi saat
itu.” ujar JB lalu berjalan ke arah ruang tamu untuk memanggil
saudara-saudaranya.
“Selamat makan.”
Ujar JB memberi tanda bahwa mereka bisa mulai makan sekarang. Semua member
spontan mengambil sumpit masing-masing dan mulai makan, kecuali Lily yang hanya
terdiam memandang makanannya.
Dengan perlahan,
dia mencoba mengambil sumpit itu dengan tangan kanannya yang masih diperban,
tapi dia kesulitan menggenggamnya dengan perban yang tebal seperti itu,
lagipula telapak tangannya masih sakit saat ditekuk.
Menarik napas
pasrah, akhirnya gadis itu hanya mengambil salah satu sumpit itu dan menusuknya
ke daging di atas piring. Dia menusuknya lalu kemudian mengangkatnya seperti
sedang memakan sate. Cara makannya yang aneh membuat semua member GOT7
memandangnya bingung.
“Aaahhh...Aku lupa
tangan kananmu masih sakit.” Ujar JB menyadarinya. Lily hanya memandangnya
tanpa ekspresi.
“Ini. Kau ambil
punyaku saja. Aku belum memakannya.” Lanjut JB lalu menukar piringnya dengan
piring gadis itu setelah sebelumnya memotong-motong dagingnya.
“Kamsahamnida,
JB-ssi.” Jawab Lily sungkan.
“Sudah
kubilang...” JB ingin memprotes namun Lily memotongnya, “Arraseo, Jae
Bumie...Gomawo.” potong Lily cepat-cepat sebelum JB mengomelinya.
“Kalian terlihat
seperti orang yang sedang pacaran.” Gumam Bambam spontan, membuat Lily yang
sedang meminum airnya menjadi tersedak.
“YYYAAA!
Bambam-ah, kau membuat gadisku tersedak.” Omel JB seraya menepuk-nepuk punggung
Lily.
“Gadisku?” ulang
Young Jae dengan mata membulat terkejut.
“Hyung, sejak tadi
kau menyebutnya “gadisku” seolah-olah dia adalah pacarmu. Apa kalian sudah
jadian?” lanjutnya lagi dengan mata membulat penasaran.
“DIAM DAN MAKAN
SAJA!” ujar JB tak mau menjawab. Semua member hanya saling pandang mengerti dan
tak bertanya apa-apa lagi.
“Jadi...Lily,
kapan rencananya kau akan kembali ke negaramu?” tanya Mark dengan santai seraya
memakan dagingnya.
“Entahlah. Aku
masih belum memesan tiket pulang. Aku masih ingin berlibur di sini.” Jawab Lily
dengan canggung. Dia masih tampak kesulitan makan dengan tangan kiri walau
dagingnya sudah dipotong-potong.
“Kau tampak
kesulitan menyendok nasi. Apa kau butuh bantuan?” tawar Jin Young yang duduk di
depannya. Lily tersentak mendengar tawarannya.
“APA?” tanyanya
spontan, tampak gugup.
“Aku bisa
menyuapimu.” Jawab Jin Young spontan, membuat semua mata memandangnya terkejut
termasuk JB.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar