Masih tentang seputar Djarum
Superliga yang kebetulan kali ini diadakan di kotaku tercinta, Surabaya. Djarum
Superliga 2017 diadakan di Surabaya pada tanggal 19 Februari – 26 Februari
2017, bertempat di DBL Arena Surabaya. Para atlit yang ikut bertanding
ditempatkan di sebuah wilayah hunian eksklusif dan mewah di daerah Surabaya
Barat yaitu Ciputra World Surabaya. Sebuah wilayah elite, eksklusif dan High
Class yang saling berhubungan satu sama lain antara Hotel, Mall dan Apartement.
Tapi kali ini penulis ingin
sekedar berbagi tentang suka dan duka selama menonton pertandingan badminton
secara live, yang jujur, penulis gak pernah sekalipun ngelive tapi setelah
mendengar penuturan dari seorang teman dekat, mendadak berubah jadi ilfil.
Namun ini mungkin hanya berlaku untuk penonton yang hanya menonton SEORANG DIRI
alias GAK PUNYA TEMAN NONTON, dan gak
berlaku untuk para BL yang nontonya bergerombol.
“Kelemahan (Kerugian)
Nonton Live Badminton di Arena Pertandingan”
Setelah mendengar bahwa Tim
Musica Champion akan memboyong Lee Yong Dae yang merupakan pemain badminton
favorite penulis ke Surabaya dalam rangka mengikuti turnament Djarum Superliga
pada tanggal 19-26 Februari 2017.
Rencana semula adalah ingin
menonton pertandingan bulutangkis pada tanggal 24 Februari 2017 dengan harapan
Tim Musica Champion akan melaju dengan lancar ke Semifinal dan Lee Yong Dae
yang timnya menang akan merasa seneng hingga gampang dimintai foto.
Yang untungnya gak jadi karena
ternyata hari rabu tanggal 22 Februari 2017 lalu, penulis sudah berhasil
mendapatkan foto bareng Lee Yong Dae di Ciputra World Mall karena kebetulan si
Yong Dae gak ada jadwal main alias nganggur tuh seharian. Jadi memanfaatkan
kesempatan emas si Yong Dae gak ada kerjaan, dan ngarep do’i bakal jalan-jalan di
Mall untuk mengisi waktu luang, penulis pun nekat ke sana dan alhasil ternyata
beneran, Yong Dae-nya jalan-jalan sante ke Mall hahaha ^.^ Lucky banget
gue...Sekali langsung dapet. Dapetnya gak nyangka pula. Pasrah banget, gak
dapet ya uda...Gak ada ambisi apa gtu...
Lee Yong Dae at Juanda International Airport 18.02.2017
Dan syukurlah karena pada
tanggal 24 Februari 2017 (hari ini saat artikel ini dibuat), Tim putra Musica
Champion akan bertanding mulai pukul 18.00 malam yang bisa dipastikan kalau aku
jadi nonton pasti bakal pulang sampai malem. Hhhhmmm..jarak antara DBL Arena ke
rumahku jauh banget. Kalau beneran nungguin Yong Dae kelar main, sampai jam
berapa tuh? Besoknya kerja pula, yang ada capek semua plus dimarahin ortu
karena gak ada transport di malam hari dan ujung-ujungnya papa yang jemput
hihihi ^.^
Tapi emang rencana nge-live di
DBL Arena udah kubuang jauh-jauh hari sebelumnya dan berganti berencana
nungguin di Mall atau hotelnya aja setelah salah seorang teman dekat yang sudah
berpengalaman menonton badminton di Jakarta mengatakan kalau ada beberapa
kerugian atau bisa dibilang ada sisi gak enaknya kalau nonton live di DBL Arena
(KHUSUSNYA BAGI YANG NONTON SENDIRIAN ALIAS GAK PUNYA TEMAN), yaitu :
1. Tiket yang sudah dibeli tidak
serta merta menjadikan nomor kursi yang tertera di tiket menjadi milik kita hingga
akhir.
Dengan kata lain, begitu kita
pergi ke toilet atau begitu kita meninggalkan tempat duduk untuk membeli
makanan/minuman, pasti akan ada orang-orang tak tahu malu yang akan menduduki
kursi yang kita tinggalkan.
Lah? Kalau nonton sendirian
bakal susah dong? Masalahnya penulis tak punya teman yang bisa diajak nonton
pertandingan badminton live. Kalau ditinggal pipis, tuh tempat duduk bakal
ditempatin orang dong? Masak dari awal sampai akhir gak pipis sama sekali?
Kencing batu dong ya kalau ditahan?
Lalu apa gunanya beli tiket
VVIP atau VIP kalau begitu kita tinggal sebentar langsung diduduki orang lain
yang mungkin bisa saja awalnya membeli tiket biasa yang murahan?
Bukankah orang membeli tiket
VVIP/VIP karena ingin mendapat tempat eksklusif yang pemandangannya pas? Kalau
ujung-ujungnya hak istimewa kita dirampas orang lain yang mungkin hanya membeli
tiket murahan pada awalnya, lalu untuk apa gunanya kita beli tiket
mahal-mahal?
Saya bisa aja dong awalnya beli
tiket murahan terus keliling mulu di tengah pertandingan ke tempat VVIP, sapa
tahu ada tempat kosong gtu, terus begitu ada kursi kosong di VVIP yang
ditinggalin pemiliknya, langsung saya tempatin. Kan siapapun boleh duduk di
sana walau gak punya tiket. Kok gak enak gitu ya? Jadi males banget nonton live
kalau sendiri kayak gini -__-
Kalau nonton konser kan, walau
ditinggal pipis kek, beli minum kek, kursi kita gak bakal ada yang nempatin.
Lah kok ngelive badminton kayak gini? Langsung mendadak ilfill (-_-)
2. Tidak boleh membawa
makanan/minuman ke dalam DBL Arena.
Nah, masalah yang sama seperti
yang nomor 1.
Me : “Kalau haus gimana dong?”
Answer : “Ya beli dong mbak. Di
dalam DBL juga ada yang jual minuman.”
Me : “Lalu gimana dengan tempat
dudukku, kan aku nonton sendiri? Kalau ditinggal kan bisa ditempatin orang
tuh?”
Answer : “Yah titipin orang
yang duduk di sebelah mbak dong, taroh tasnya di situ.”
Pertanyaannya : Aku gak kenal
orang yang duduk di sebelahku. Walaupun kenalan dulu, tapi di jaman sekarang
ini percayakah Anda pada orang yang baru Anda kenal beberapa menit?
Kalau seandainya Anda pergi
membeli minuman/makanan, ada jaminankah kalau Anda kembali tas/ataupun isinya
masih ada di tempat semula? Bagaimana jika seandainya saat Anda kembali,
tas/isinya tersebut hilang dicuri orang? Siapa yang akan bertanggung jawab?
Teman yang baru Anda kenal yang
duduk di sebelah Anda, bisa saja menjawab, “Waduh, saya gak tahu mbak. Saya
tadi fokus ke pertandingan.” Nah, kalau Ada kasus kayak gtu, gimana coba?
3. Berisik.
Well, wajar aja sih sebagai
supporter ingin memberi dukungan bagi atlit favoritnya. Tapi kok bagiku malah
terkesan norak, lebay, alay dan kampungan ya? Jujur, liat di TV aja uda berisik
banget, apalagi kalau ngelive langsung di DBL Arena?
Maaf bagi yang tersinggung
dengan kata “Norak, lebay, alay dan kampungan”, mungkin itu adalah cara anda
mengekspresikan dukungan Anda, tapi alangkah baiknya dan enaknya (telinga) jika
semua penonton bisa menonton dengan tertib dan tenang dan hanya bersorak senang
jika pemain kesayangan kalian mendapatkan angka.
Bukan terus berteriak bahkan
ketika pertandingan berlangsung, yang mana itu bukan hanya merusak dan
mengganggu konsentrasi pemain tapi juga mengganggu telinga teman sebelah anda
yang lebih menyukai ketenangan. Tidak semua orang menyukai keributan seperti
anda-anda yang suka berteriak-teriak. Jujur, kalau diliat di TV kesannya
kampungan banget.
Tidak bisakah Indonesia menjadi
suppporter yang sedikit lebih elegan, berkelas dan High Class dengan mengurangi
teriakan-teriakan yang tidak perlu? Penonton negara maju tidak bersikap seperti
itu. Tapi yasudahlah, setiap orang memiliki cara masing-masing untuk
mengekspresikan dukungan mereka walau dengan cara kampungan sekalipun.
Anda ingin memaki penulisnya?
Maki aja lah...toh orang indonesia kan emang demen banget maki-maki orang.
Presiden aja dimaki...udah gak heran xixixi ^.^ Tapi kalau Anda memaki penulisnya, berarti yang dikatakan penulis adalah benar. Buat apa marah kalau gak benar, iya gak?
4. Lee Yong Dae susah dimintain
foto saat di Lapangan atau Arena.
Karena aku adalah fansnya Lee
Yong Dae so pasti yang jadi perhatianku adalah kebiasaan Lee Yong Dae setelah
main dong ya. Penulis tidak mengetahui tentang kebiasaan para atlit lain karena
penulis hanya ngefans ma Lee Yong Dae. Jadi mungkin yang keempat ini beda-beda
antar setiap individu, jadi jangan disamakan.
Teman dekatku yang sering
nge-live di Jakarta tersebut bercerita kalau Yong Dae tuh orangnya moody-an.
Kalau do’i menang, berarti moodnya bagus, mungkin ada kemungkinan bakal nerima
permintaan foto. Tapi kalau do’i kebetulan kalah, berarti moodnya ancur abis
alias bad mood, dan orang yang lagi bad mood banyakan emang gak mau diganggu,
termasuk si Yong Dae ini.
Lee Yong Dae at DBL Arena. Why are you walking so fast?
Dan resiko meminta foto di arena pertandingan (Entah itu Istora atau DBL Arena) adalah penonton gak bakal tahu sang atlit idola kalah atau menang sebelum pertandingan dimainkan, benarkan? Jadi kesempatannya masih 50-50 gtu... Dan lagi, teman tersebut juga mengatakan kalau Lee Yong Dae selalu berjalan terburu-buru setiap kali sehabis pertandingan entah menang atau kalah, jadi lebih sulit meminta foto saat di Arena pertandingan dibandingkan di tempat lainnya.
@@@@@@@@
Well, itulah beberapa alasan
yang kayaknya membuatku berpikir kalau nge-live sendirian tuh gak enak banget.
Tempat diambil orang begitu ditinggal pergi sebentar aja, gak boleh bawa
makanan/minuman (konser musik juga gak boleh bawa makanan/minuman tapi setidaknya
tempat duduk gak dirampas orang waktu penonton pergi beli makanan/minuman) dan
Yong Dae pun kemungkinan besar menolak untuk dimintai foto sesudah pertandingan
karena capek.
So apa solusinya dong?
Teman tersebut menyarankan agar
aku menunggu Yong Dae di hotelnya saja jika dia sedang tidak bertanding alias
gak ada jadwal, karena Yong Dae pasti bakalan mondar-mandir keliling hotel (pengalaman
temen waktu di Hotel Sultan) jadi kesempatan minta fotonya jauh lebih besar.
Atau bisa jadi, karena Ciputra
World Surabaya berhubungan langsung dengan Mall, jadi kemungkinan besar selain
mondar-mandir di hotel, do’i juga kemungkinan besar cuci mata ke Mall atau
setidaknya membeli makan siang di tempat favoritenya, yaitu Restoran Jepang Y*s*i*o*a,
yang berada tak jauh dari Hypermarket Ciputra.
Berdasarkan saran dari teman
itulah, akhirnya penulis langsung bertekad ke Ciputra World Surabaya begitu
mendengar kabar kalau tanggal 22 Februari 2017 lalu do’i tidak dijadwalkan
untuk bertanding meskipun tim Musica Champion tetap bermain pukul 18.00 malam.
Yong Dae pasti datang untuk mendukung timnya, tapi dia baru akan berangkat jika
jamnya sudah mendekati jadwal dan siang harinya pun do’i punya banyak waktu
luang karena tidak harus latihan mengingat do’i tidak diturunkan malam harinya.
Dan ternyata hal tersebut terbukti
benar, Yong Dae nongol di Mallnya membeli minuman. Well, sekarang rasanya gak
ada gunanya lagi nonton ngelive di DBL Arena. Buat apa? Misi sudah terpenuhi,
kan? Ditambah lagi, jadwal tim pria Musica Champion yang selalu malam hari
(mungkin sengaja biar penonton gak pulang nungguin Yong Dae) membuat penulis
sangat tidak mungkin menonton live di sana. Capek banget habis pulang kantor
masih nge-live sampai malem, besoknya kerja lagi. Hadoh...ampun...Belum tentu
dapat pula fotonya -__-
Well, sekian sharing dari saya.
Bagi yang merasa sering nge-live dan baik-baik aja dan gak setuju dengan artikel
ini ya sah-sah aja. Mungkin Anda ngelive-nya bergerombol jadi ada yang bantu
jagain tempat duduk anda saat anda meninggalkan tempat duduk tersebut, tapi
penulis kan sendirian jadi emang ada resikonya gitu. Dan ingat, artikel ini
memang KHUSUS UNTUK MEREKA YANG NONTON SEORANG DIRI alias SINGLE FIGHTER
seperti penulis.
Regards,
Liliana Tan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar