Jumat, 24 Februari 2017

Kelemahan (Kerugian) Nonton Live Badminton di Arena Pertandingan



Masih tentang seputar Djarum Superliga yang kebetulan kali ini diadakan di kotaku tercinta, Surabaya. Djarum Superliga 2017 diadakan di Surabaya pada tanggal 19 Februari – 26 Februari 2017, bertempat di DBL Arena Surabaya. Para atlit yang ikut bertanding ditempatkan di sebuah wilayah hunian eksklusif dan mewah di daerah Surabaya Barat yaitu Ciputra World Surabaya. Sebuah wilayah elite, eksklusif dan High Class yang saling berhubungan satu sama lain antara Hotel, Mall dan Apartement.

Tapi kali ini penulis ingin sekedar berbagi tentang suka dan duka selama menonton pertandingan badminton secara live, yang jujur, penulis gak pernah sekalipun ngelive tapi setelah mendengar penuturan dari seorang teman dekat, mendadak berubah jadi ilfil. Namun ini mungkin hanya berlaku untuk penonton yang hanya menonton SEORANG DIRI alias GAK PUNYA TEMAN NONTON, dan  gak berlaku untuk para BL yang nontonya bergerombol.

“Kelemahan (Kerugian) Nonton Live Badminton di Arena Pertandingan”



Setelah mendengar bahwa Tim Musica Champion akan memboyong Lee Yong Dae yang merupakan pemain badminton favorite penulis ke Surabaya dalam rangka mengikuti turnament Djarum Superliga pada tanggal 19-26 Februari 2017.

Rencana semula adalah ingin menonton pertandingan bulutangkis pada tanggal 24 Februari 2017 dengan harapan Tim Musica Champion akan melaju dengan lancar ke Semifinal dan Lee Yong Dae yang timnya menang akan merasa seneng hingga gampang dimintai foto.

Yang untungnya gak jadi karena ternyata hari rabu tanggal 22 Februari 2017 lalu, penulis sudah berhasil mendapatkan foto bareng Lee Yong Dae di Ciputra World Mall karena kebetulan si Yong Dae gak ada jadwal main alias nganggur tuh seharian. Jadi memanfaatkan kesempatan emas si Yong Dae gak ada kerjaan, dan ngarep do’i bakal jalan-jalan di Mall untuk mengisi waktu luang, penulis pun nekat ke sana dan alhasil ternyata beneran, Yong Dae-nya jalan-jalan sante ke Mall hahaha ^.^ Lucky banget gue...Sekali langsung dapet. Dapetnya gak nyangka pula. Pasrah banget, gak dapet ya uda...Gak ada ambisi apa gtu...

Lee Yong Dae at Juanda International Airport 18.02.2017

Dan syukurlah karena pada tanggal 24 Februari 2017 (hari ini saat artikel ini dibuat), Tim putra Musica Champion akan bertanding mulai pukul 18.00 malam yang bisa dipastikan kalau aku jadi nonton pasti bakal pulang sampai malem. Hhhhmmm..jarak antara DBL Arena ke rumahku jauh banget. Kalau beneran nungguin Yong Dae kelar main, sampai jam berapa tuh? Besoknya kerja pula, yang ada capek semua plus dimarahin ortu karena gak ada transport di malam hari dan ujung-ujungnya papa yang jemput hihihi ^.^

Tapi emang rencana nge-live di DBL Arena udah kubuang jauh-jauh hari sebelumnya dan berganti berencana nungguin di Mall atau hotelnya aja setelah salah seorang teman dekat yang sudah berpengalaman menonton badminton di Jakarta mengatakan kalau ada beberapa kerugian atau bisa dibilang ada sisi gak enaknya kalau nonton live di DBL Arena (KHUSUSNYA BAGI YANG NONTON SENDIRIAN ALIAS GAK PUNYA TEMAN), yaitu :

1. Tiket yang sudah dibeli tidak serta merta menjadikan nomor kursi yang tertera di tiket menjadi milik kita hingga akhir.
Dengan kata lain, begitu kita pergi ke toilet atau begitu kita meninggalkan tempat duduk untuk membeli makanan/minuman, pasti akan ada orang-orang tak tahu malu yang akan menduduki kursi yang kita tinggalkan.

Lah? Kalau nonton sendirian bakal susah dong? Masalahnya penulis tak punya teman yang bisa diajak nonton pertandingan badminton live. Kalau ditinggal pipis, tuh tempat duduk bakal ditempatin orang dong? Masak dari awal sampai akhir gak pipis sama sekali? Kencing batu dong ya kalau ditahan?

Lalu apa gunanya beli tiket VVIP atau VIP kalau begitu kita tinggal sebentar langsung diduduki orang lain yang mungkin bisa saja awalnya membeli tiket biasa yang murahan?

Bukankah orang membeli tiket VVIP/VIP karena ingin mendapat tempat eksklusif yang pemandangannya pas? Kalau ujung-ujungnya hak istimewa kita dirampas orang lain yang mungkin hanya membeli tiket murahan pada awalnya, lalu untuk apa gunanya kita beli tiket mahal-mahal?

Saya bisa aja dong awalnya beli tiket murahan terus keliling mulu di tengah pertandingan ke tempat VVIP, sapa tahu ada tempat kosong gtu, terus begitu ada kursi kosong di VVIP yang ditinggalin pemiliknya, langsung saya tempatin. Kan siapapun boleh duduk di sana walau gak punya tiket. Kok gak enak gitu ya? Jadi males banget nonton live kalau sendiri kayak gini -__-

Kalau nonton konser kan, walau ditinggal pipis kek, beli minum kek, kursi kita gak bakal ada yang nempatin. Lah kok ngelive badminton kayak gini? Langsung mendadak ilfill (-_-)

2. Tidak boleh membawa makanan/minuman ke dalam DBL Arena. 
Nah, masalah yang sama seperti yang nomor 1. 
Me : “Kalau haus gimana dong?” 
Answer : “Ya beli dong mbak. Di dalam DBL juga ada yang jual minuman.” 
Me : “Lalu gimana dengan tempat dudukku, kan aku nonton sendiri? Kalau ditinggal kan bisa ditempatin orang tuh?” 
Answer : “Yah titipin orang yang duduk di sebelah mbak dong, taroh tasnya di situ.”

Pertanyaannya : Aku gak kenal orang yang duduk di sebelahku. Walaupun kenalan dulu, tapi di jaman sekarang ini percayakah Anda pada orang yang baru Anda kenal beberapa menit?

Kalau seandainya Anda pergi membeli minuman/makanan, ada jaminankah kalau Anda kembali tas/ataupun isinya masih ada di tempat semula? Bagaimana jika seandainya saat Anda kembali, tas/isinya tersebut hilang dicuri orang? Siapa yang akan bertanggung jawab?

Teman yang baru Anda kenal yang duduk di sebelah Anda, bisa saja menjawab, “Waduh, saya gak tahu mbak. Saya tadi fokus ke pertandingan.” Nah, kalau Ada kasus kayak gtu, gimana coba?


3. Berisik. 
Well, wajar aja sih sebagai supporter ingin memberi dukungan bagi atlit favoritnya. Tapi kok bagiku malah terkesan norak, lebay, alay dan kampungan ya? Jujur, liat di TV aja uda berisik banget, apalagi kalau ngelive langsung di DBL Arena?

Maaf bagi yang tersinggung dengan kata “Norak, lebay, alay dan kampungan”, mungkin itu adalah cara anda mengekspresikan dukungan Anda, tapi alangkah baiknya dan enaknya (telinga) jika semua penonton bisa menonton dengan tertib dan tenang dan hanya bersorak senang jika pemain kesayangan kalian mendapatkan angka.

Bukan terus berteriak bahkan ketika pertandingan berlangsung, yang mana itu bukan hanya merusak dan mengganggu konsentrasi pemain tapi juga mengganggu telinga teman sebelah anda yang lebih menyukai ketenangan. Tidak semua orang menyukai keributan seperti anda-anda yang suka berteriak-teriak. Jujur, kalau diliat di TV kesannya kampungan banget.

Tidak bisakah Indonesia menjadi suppporter yang sedikit lebih elegan, berkelas dan High Class dengan mengurangi teriakan-teriakan yang tidak perlu? Penonton negara maju tidak bersikap seperti itu. Tapi yasudahlah, setiap orang memiliki cara masing-masing untuk mengekspresikan dukungan mereka walau dengan cara kampungan sekalipun.

Anda ingin memaki penulisnya? Maki aja lah...toh orang indonesia kan emang demen banget maki-maki orang. Presiden aja dimaki...udah gak heran xixixi ^.^ Tapi kalau Anda memaki penulisnya, berarti yang dikatakan penulis adalah benar. Buat apa marah kalau gak benar, iya gak?

4. Lee Yong Dae susah dimintain foto saat di Lapangan atau Arena. 
Karena aku adalah fansnya Lee Yong Dae so pasti yang jadi perhatianku adalah kebiasaan Lee Yong Dae setelah main dong ya. Penulis tidak mengetahui tentang kebiasaan para atlit lain karena penulis hanya ngefans ma Lee Yong Dae. Jadi mungkin yang keempat ini beda-beda antar setiap individu, jadi jangan disamakan.

Teman dekatku yang sering nge-live di Jakarta tersebut bercerita kalau Yong Dae tuh orangnya moody-an. Kalau do’i menang, berarti moodnya bagus, mungkin ada kemungkinan bakal nerima permintaan foto. Tapi kalau do’i kebetulan kalah, berarti moodnya ancur abis alias bad mood, dan orang yang lagi bad mood banyakan emang gak mau diganggu, termasuk si Yong Dae ini.

Lee Yong Dae at DBL Arena. Why are you walking so fast?

Dan resiko meminta foto di arena pertandingan (Entah itu Istora atau DBL Arena) adalah penonton gak bakal tahu sang atlit idola kalah atau menang sebelum pertandingan dimainkan, benarkan? Jadi kesempatannya masih 50-50 gtu... Dan lagi, teman tersebut juga mengatakan kalau Lee Yong Dae selalu berjalan terburu-buru setiap kali sehabis pertandingan entah menang atau kalah, jadi lebih sulit meminta foto saat di Arena pertandingan dibandingkan di tempat lainnya.

@@@@@@@@

Well, itulah beberapa alasan yang kayaknya membuatku berpikir kalau nge-live sendirian tuh gak enak banget. Tempat diambil orang begitu ditinggal pergi sebentar aja, gak boleh bawa makanan/minuman (konser musik juga gak boleh bawa makanan/minuman tapi setidaknya tempat duduk gak dirampas orang waktu penonton pergi beli makanan/minuman) dan Yong Dae pun kemungkinan besar menolak untuk dimintai foto sesudah pertandingan karena capek.

So apa solusinya dong? 
Teman tersebut menyarankan agar aku menunggu Yong Dae di hotelnya saja jika dia sedang tidak bertanding alias gak ada jadwal, karena Yong Dae pasti bakalan mondar-mandir keliling hotel (pengalaman temen waktu di Hotel Sultan) jadi kesempatan minta fotonya jauh lebih besar.

Atau bisa jadi, karena Ciputra World Surabaya berhubungan langsung dengan Mall, jadi kemungkinan besar selain mondar-mandir di hotel, do’i juga kemungkinan besar cuci mata ke Mall atau setidaknya membeli makan siang di tempat favoritenya, yaitu Restoran Jepang Y*s*i*o*a, yang berada tak jauh dari Hypermarket Ciputra.

Berdasarkan saran dari teman itulah, akhirnya penulis langsung bertekad ke Ciputra World Surabaya begitu mendengar kabar kalau tanggal 22 Februari 2017 lalu do’i tidak dijadwalkan untuk bertanding meskipun tim Musica Champion tetap bermain pukul 18.00 malam. Yong Dae pasti datang untuk mendukung timnya, tapi dia baru akan berangkat jika jamnya sudah mendekati jadwal dan siang harinya pun do’i punya banyak waktu luang karena tidak harus latihan mengingat do’i tidak diturunkan malam harinya.


Dan ternyata hal tersebut terbukti benar, Yong Dae nongol di Mallnya membeli minuman. Well, sekarang rasanya gak ada gunanya lagi nonton ngelive di DBL Arena. Buat apa? Misi sudah terpenuhi, kan? Ditambah lagi, jadwal tim pria Musica Champion yang selalu malam hari (mungkin sengaja biar penonton gak pulang nungguin Yong Dae) membuat penulis sangat tidak mungkin menonton live di sana. Capek banget habis pulang kantor masih nge-live sampai malem, besoknya kerja lagi. Hadoh...ampun...Belum tentu dapat pula fotonya -__-

Well, sekian sharing dari saya. Bagi yang merasa sering nge-live dan baik-baik aja dan gak setuju dengan artikel ini ya sah-sah aja. Mungkin Anda ngelive-nya bergerombol jadi ada yang bantu jagain tempat duduk anda saat anda meninggalkan tempat duduk tersebut, tapi penulis kan sendirian jadi emang ada resikonya gitu. Dan ingat, artikel ini memang KHUSUS UNTUK MEREKA YANG NONTON SEORANG DIRI alias SINGLE FIGHTER seperti penulis.

Regards,

Liliana Tan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar