Merry Christmas
all. Merry Christmas GOT7. Merry Christmas Ahgase and all the people who
celebrates Christmas like me. Let’s jingle bells rock. Masih tetap dengan
Fanfiction Special Natal with GOT7 member and based on True Story. Hope all the
one who read this will be blessing with a wonderful christmas and new year...
Let’s the story begin... Btw, cerita ini juga diposting di Wattpad dengan judul
yang sama...
“Christmas Miracle – Chapter 1 (GOT7 Christmas Edition)”
Chapter 1 : Once Upon In December
Megabox Convention Center, Big Box Level 3 – Singapore 11.12.2016...
“Apa kau yakin ini
tempatnya, Van?” tanya seorang gadis berambut panjang, hitam dan lurus seraya
memandang sebuah gedung berwarna kuning yang tampak menjulang tinggi di
hadapannya.
“Tentu saja.
Megabox Convention Center – Big Box, kan?” jawab temannya yakin seraya menunjuk
tiket fanmeeting di tangannya.
“Bukankah kita
sudah mengikuti semua petunjuk resepsionis hotel kita bahwa kita harus naik bus
dengan nomor 99 dari Lavender Street lalu berhenti di Jurong East? Dan carilah
sebuah gedung besar berwarna kuning. Ini Jurong East, kan?” lanjut temannya
lagi, seorang gadis muda di awal dua puluh tahunan dengan mata sipit
berkacamata dan berkulit putih dengan rambut panjang, lurus dan dicat
kecoklatan seraya menunjuk gedung di hadapan mereka.
Note : Authornya nginep di Lavender Street, pemirsa.
"Baiklah. Kita
masuk dan lihat saja.” Jawab gadis berambut panjang hitam dan lurus lalu
melangkah masuk ke dalam mall besar tersebut.
Begitu masuk ke
dalam, kedua gadis itu sudah disambut dengan ramainya pengunjung Mall dan
terlihat jelas bila Mall ini ternyata lebih mirip pusat perbelanjaan yang
sangat besar, bukan pusat perbelanjaan seperti Marina atau Orchard yang menjual
barang-barang bermerk, umumnya pakaian tapi lebih ke arah menjual barang-barang
kebutuhan pokok sehari-hari.
“Kalau menurutku,
mall ini lebih mirip Giant di Surabaya. Lihatlah! Rak-rak penuh berisi
barang-barang kebutuhan sehari-hari tersedia di sini. Wholesaler Market, begitu
mereka menyebutnya.” Ujar si gadis berambut hitam panjang.
“Kau benar, Li.
Lebih mirip Giant. Lalu apa GOT7 akan bernyanyi di tengah supermarket seperti
ini?” tanyanya tampak mulai tak yakin.
“Lantai 3, teman.
Kita harus menuju lantai 3. Mungkin di atas Supermarket raksasa ini ada
Ballroom tempat Fanmeeting diadakan. Let’s go!” ujar gadis berambut panjang,
hitam dan lurus yang dipanggil “Li” itu.
Liliana, gadis
warga negara Indonesia keturunan China yang sangat menyukai hal-hal berbau
Mandarin pada awalnya, kini berbalik menyukai segala sesuatu tentang Korea
sejak era Korean Wave melanda Indonesia.
Idolanya dulu
adalah SS501, namun karena SS501 tak aktif lagi maka kini hatinya tertambat
pada Boyband baru yang berada di bawah agensi JYP Entertainment yaitu GOT7 yang
beranggotakan Leader JB, Mark, Jackson, Park Jin Young, Choi Young Jae, Bambam
dan Yugyeom.
Tapi dia menyukai
GOT7 awalnya karena jatuh cinta pada karakter JB yang manis di Dream High 2.
Jika bukan karena JB, mungkin dia takkan mengenal siapa itu GOT7. Bekerja di
sebuah sekolah International, Liliana memang memiliki kemampuan berbahasa yaitu
Inggris dan mandarin, yang membuatnya dengan mudah diterima di sana.
Sepertinya bahasa
memang adalah kelebihan gadis berambut hitam, panjang dan lurus tersebut,
karena saat SMU-pun, berkat kemampuannya berbahasa inggris, dia terpilih
sebagai salah satu dari 20 siswa yang
beruntung untuk menjadi duta pertukaran pelajar Indonesia-Korea dan
menghabiskan waktu 3 bulan tinggal di asrama di sebuah sekolah khusus Putri
yang bernama Ewha Girls High School di Korea Selatan.
Bekerja di sebuah
sekolah International juga memberikan keuntungan baginya, karena saat anak-anak
libur maka semua guru dan staff pun juga ikut diliburkan. Dan di bulan
Desember, saat anak-anak telah selesai dengan Ujian Akhir mereka, maka otomatis
libur panjang pun tiba. Jadi di sinilah dia sekarang, berlibur sekaligus
menghadiri Fanmeeting artis idolanya – GOT7.
“Aku tak mengerti
kenapa kita harus mahal-mahal ke Singapura sementara GOT7 juga akan datang ke
Indonesia.” Protes Stephanie pada awalnya.
“Aku tak mau.
Jakarta tak aman. Apa kau lupa kita minoritas di sini? Bagaimana jika demo
tuntut Ahok tak kunjung berhenti? Bukankah para pendemo itu sangat benci
terhadap China Kafir? Siapa yang bisa menjamin kita akan pulang dengan
selamat?” jawab Lily saat itu.
“Sungguh ironis.
Saat warga negara Indonesia lebih memilih menonton konser di negara lain
daripada di negaranya sendiri, karena merasa negara lain lebih aman dari
negaranya sendiri.” Jawab Stephanie dengan nada prihatin.
“Bukan hanya itu.
Aku juga ingin merasakan suasana Natal yang benar-benar Natal di negara lain.
Coba lihat di Indonesia! Apa ada dekorasi Natal yang indah seperti ini di
sepanjang jalan di Indonesia? Tak ada. Jangankan hiasan Natal di sepanjang jalan,
dari dulu sampai sekarang, bahkan mungkin sampai lebaran monyet, akan tetap ada
orang-orang tertentu yang masih saja mempermasalahkan ucapan selamat natal. Di
samping itu, aku sudah cukup muak mendengar kalimat KAFIR yang diteriakkan
mereka berulang kali. Untuk beberapa saat saja, aku ingin menikmati suasana
Natal yang damai tanpa perlu takut akan ada gereja yang dibom atau sejenisnya.
Itu alasanku yang lain.” Jawab Lily saat itu.
Itu sebabnya kedua
gadis keturunan China tersebut memilih menghabiskan liburan Natal dan Tahun
Baru mereka di negara singa, Singapura sekaligus menghadiri Fanmeeting idola
mereka.
“Oh...Lihat itu!
Itu eskalatornya.” Tunjuk Lily senang lalu menggandeng temannya untuk segera
berlari ke arah escalator yang tampak sesak dengan manusia.
“Aku tahu kau
sangat antusias bertemu JB, tapi jangan berlari Lily. Semua orang akan mengira
kita kampungan.” Protes temannya kesal.
Akhirnya kedua
gadis keturunan China tersebut sampai di tempat konser tersebut dengan bahagia.
Seperti yang telah diduga, terlihat antrian yang sangat panjang sebelum masuk
ke sebuah ruangan tempat Fanmeeting
tersebut diadakan.
Lily tampak gugup
dan panik karena ini adalah pertama kali baginya menonton konser artis luar
negeri, terlebih lagi artis idolanya. Dia berkali-kali menggosok-gosok
tangannya dengan gugup. Bahkan saat semua gadis lain berteriak histeris karena
GOT7 mulai naik ke atas panggung, Lily tak mampu mengeluarkan suara dan hanya
menatap diam sesosok pria tampan dengan sepasang anting salib di kedua telinganya.
JB GOT7, idolanya
yang selama ini hanya bisa dilihatnya dalam mimpi, kini berdiri di hadapannya
dalam jarak yang begitu dekat, hanya beberapa meter dari tempatnya duduk
sekarang. Di saat para fans yang lain berteriak histeris, hanya dialah yang
hanya menatap diam dalam kegugupan.
Matanya hanya
menatap lekat JB dan mengikutinya ke manapun pria muda itu bergerak. Bahkan
saat fans lain tertawa lucu saat melihat JB berlari ketakutan saat Jackson akan
mencium pipinya untuk memenuhi permintaan fans yang meminta Jackson mencium
pipi semua membernya, hanya Lily yang tidak tertawa dan tetap menatap dalam
diam.
“Hei, kau tidak
apa-apa? Kenapa kau mendadak berubah menjadi patung? Apa kau melamun? Jiwamu
masih di sini, kan? Lily, are you sick?” tanya Stephanie, temannya yang duduk
di sampingnya, yang tampak bingung saat melihatnya hanya diam sejak pertama
kali GOT7 mulai naik ke atas panggung.
“Aku tidak
apa-apa. Aku hanya sedang meyakinkan diriku bahwa aku tidak sedang bermimpi
indah.” Sahut Lily gugup.
Faktanya tangannya
sangat gemetar sekarang, tidak, seluruh tubuhnya gemetar. Bagaikan mimpi yang
jadi nyata, bisa melihat idolanya berdiri di hadapannya.
“Owcchh...” Lily
mendadak berteriak sakit saat Stephanie mencubit keras lengannya.
“Apa ini terasa bagai
mimpi bagimu? Ada apa denganmu? Kupikir kau akan berteriak norak, lebay dan
alay seperti yang lain.” Ujar temannya sambil tertawa menyindir.
“Sejak kapan aku
norak, lebay dan alay? Aku tak pernah seperti itu.” jawab Lily lirih.
“Aku tahu, Aku kan
hanya bilang “kupikir”. Itu karena semua fans pada umumnya akan seperti itu.
Umumnya Fans akan norak, lebay dan alay kalau bertemu dengan idolanya.” Jawab Stephanie santai.
“Benarkah?” jawab
Lily gugup.
“Sebentar lagi
akan ada sesi High Five, apa tidak sebaiknya kau ke toilet dan menenangkan
dirimu dulu? Kau tampak pucat dan gugup. Ini tidak akan baik. Kau bertemu
idolamu, bukan bertemu hantu. Apa ini ekspresi yang kau tunjukkan saat berdiri
di hadapan JB?” cibir temannya, saat tanpa mereka sadari semua sesi acara berlangsung
dengan cepat.
“Kau benar.” Jawab
Lily tanpa banyak memprotes, lalu segera beranjak dari tempat duduknya dan
berjalan ke arah toilet.
Setelah berusaha
menenangkan dirinya sejenak dan merapikan make up-nya agar tidak terlalu pucat,
Lily berniat segera kembali ke tempat duduknya sebelum kehilangan kesempatan
sekali seumur hidupnya bertemu dengan idolanya. Tapi siapa sangka kejutan yang
lebih menyenangkan terjadi padanya.
“Aiissshh jinja.
Ini menyebalkan! Mereka sudah tahu aku tidak suka dicium-cium seperti itu tapi
kenapa justru meminta Jackson mencium pipi semua member? Aku bukan homo. Aku
tak mau orang lain akan mengira aku homo jika aku berciuman dengan pria, tidak
peduli walau mereka memberku sendiri. Ahgase kadang menyebalkan.” Ujar seorang
pria dengan bahasa korea, dia tampak kesal.
Itu sebabnya dia
bersembunyi di balik penyangga pilar dan mengomel sendiri, mungkin untuk
melampiaskan kekesalan yang tidak bisa dia perlihatkan di atas panggung dan di
depan fans. Dia berdiri di depan sebuah pintu yang tertutup namun di sekitar
tempat itu ada banyak sekali barang-barang yang diletakkan di sampingnya dan
juga ada banyak sekali alat-alat berat yang digantung-gantung di sana.
Lily yang tak
sengaja lewat, merasa mengenali suara tersebut namun dia tidak mempercayai
pendengarannya. Itu sebabnya dia memberanikan diri untuk mengintip siapa
pemilik suara itu.
“Oh ya Tuhan, kau
mengagetkan aku!” ujar suara itu, masih dalam bahasa Korea. Dia tampak sangat
terkejut ada seorang gadis muda yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya dan
memandangnya kaget.
“JB?” gumam Lily,
tampak tak percaya. Pria di hadapannya mengangguk singkat.
“Oh hai, aku JB.
Kau tidak mendengar apa yang aku katakan tadi, kan?” tanyanya lagi, masih dalam
bahasa korea.
Lily terdiam shock,
kedua tangannya mencengkeram roknya sendiri untuk menutupi kegugupannya. Dia
mengerti apa yang JB bicarakan. Well, bagaimanapun juga dia adalah siswa
pertukaran pelajar Indonesia-Korea saat SMU dulu, kan?
Melihat Lily tak
menjawab dan hanya menatapnya gugup, JB menarik napas lega. “Dia tidak mengerti
apa yang kubicarakan. Syukurlah. Akan jadi skandal besar jika aku sampai
mengeluhkan fansku sendiri.” Gumam JB lagi sambil tersenyum tenang.
“Kau tidak perlu
khawatir, JB-ssi. Aku tidak akan mengatakan pada siapa pun tentang “Ahgase
kadang menyebalkan!” Aku tahu itu hanya karena kau sedang kesal karena
permintaan mereka yang kadang keterlaluan. Ahgase tidak seharusnya
memperlakukan kalian seperti boneka yang bisa dimainkan. Aku minta maaf
mewakili mereka.” Ujar Lily dalam bahasa Korea yang lancar dan dengan hati
berdebar kencang. Lalu kemudian membungkuk memberi salam dengan sopan dan
berlalu pergi dari sana.
“Tunggu! Kau bisa
bahasa korea?” tanya JB penasaran. Lily menoleh dan menunjuk dirinya sendiri.
“Kau bicara
padaku?” tanyanya gugup, dalam bahasa Korea.
“Apa kau lihat ada
orang lain di sini?” tanya JB lagi seraya berjalan mendekati gadis itu.
Lily menundukkan
wajahnya malu saat JB terus berjalan mendekatinya dan membuatnya tersudut
hingga membentur tembok di belakangnya.
“Jawab aku! Apa
kau bisa bahasa Korea? Dari mana asalmu?” tanya JB lagi, dalam jarak yang
sangat dekat. Lily bahkan bisa merasakan hembusan napasnya.
“Indonesia.” Jawab
Lily gugup.
“Apa kau gugup?
Suaramu bergetar, Nona.” Goda JB dengan senyuman mautnya.
“Ti...tidak.”
sangkal Lily.
“Masih menyangkal?
Kau sungguh unik. Warga negara Indonesia yang bisa berbahasa Korea sangat
sedikit. Dan lagi, kenapa kau tak terlihat seperti warga negara Indonesia
kebanyakan?” tanya JB, masih dengan penasaran.
“Aku pernah
menjadi siswa pertukaran pelajar Indonesia-Korea saat masih SMU dulu.” Jawab
Lily gugup seraya menundukkan wajahnya takut.
“Boleh aku tahu di
sekolah mana kau pernah dikirim?” tanya JB lagi, mendadak penasaran. Sedikit
tak percaya jika ada warga negara Indonesia yang bisa berbahasa Korea.
“Ewha Girls High
School.” Jawab Lily cepat.
“Sekolah khusus
putri. Aku pernah mendengarnya.” Jawab JB lagi.
“Tapi kenapa kau
tidak terlihat seperti warga negara Indonesia kebanyakan?” lagi, JB bertanya
penasaran.
“Aku adalah warga
negara Indonesia keturunan China.” Jawab Lily masih menundukkan wajahnya malu.
“Seperti Mark?
Keturunan China yang tinggal di negara lain?” tanya JB, sementara Lily hanya
mengangguk gugup tanpa kata.
“Kau memang unik.
Kurasa kau adalah satu-satunya Fans yang tidak berteriak histeris saat
melihatku. Kau hanya menundukkan wajahmu malu.” Lagi, JB menggoda gadis itu.
“Dan bahasa
Koreamu juga lumayan. Lebih baik dari Bambam saat pertama kali dia datang ke
Korea. Tak salah jika mereka memilihmu sebagai siswa pertukaran pelajar.” Puji
JB dengan tersenyum tipis, masih dengan gaya menggoda dan menempelkan sebelah
tangannya di dinding di belakang gadis itu.
“Aku tidak akan
mengatakan apa pun. Sungguh. Kalimat ‘Ahgase kadang menyebalkan’ hanya kau dan
aku yang tahu.” Lily semakin gugup saat JB tak kunjung menjauh, dia masih
menundukkan wajahnya malu.
“Jeongmal? Lihat
wajahku! Dari mana aku percaya kau tidak akan mengatakannya pada yang lain?”
tanya JB lagi seraya meletakkan sebelah tangannya di dagu Lily dan menarik
wajahnya agar bertatapan.
“Karena...karena...aku
menyukaimu.” Jawab Lily gugup.
“Apa?” JB tampak
kaget mendengarnya.
“I mean, you are
my favorite member on GOT7. I like you more than the other members.” Lily
menjelaskan dengan gugup saat JB menyentuh dagunya dan menatap matanya lekat.
“Oh, jadi kau
Fansku? Baguslah kalau begitu.” Ujarnya tampak lega. Lalu kemudian menarik
tangannya dari dagu Lily dan mulai bergerak menjauh.
“Aku harus segera
kembali. Kau juga, kan? Kembalilah ke kursimu.” Ujar JB pada gadis itu yang
hanya menganggukkan kepalanya gugup.
Tapi saat Lily
akan berbalik, dia tak sengaja melihat gerakan bayangan aneh di lantai. Dengan
penasatan, dia melihat ke atas, hanya untuk melihat sebuah lampu
hias yang cukup besar digantung di atas kepala mereka mendadak jatuh dan hampir saja menimpa JB.
“Oh tidak! JB-ssi,
awas!” ujar gadis itu, spontan mendorong JB dengan keras ke arah lain agar
tidak tertimpa lampu hias yang ada di atas
kepala mereka.
To Be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar