Minggu, 25 Desember 2016

Christmas Miracle – Chapter 1 (GOT7 Christmas Edition)



Merry Christmas all. Merry Christmas GOT7. Merry Christmas Ahgase and all the people who celebrates Christmas like me. Let’s jingle bells rock. Masih tetap dengan Fanfiction Special Natal with GOT7 member and based on True Story. Hope all the one who read this will be blessing with a wonderful christmas and new year... Let’s the story begin... Btw, cerita ini juga diposting di Wattpad dengan judul yang sama...

“Christmas Miracle – Chapter 1 (GOT7 Christmas Edition)”



Chapter 1 : Once Upon In December

Megabox Convention Center, Big Box Level 3 – Singapore 11.12.2016... 
“Apa kau yakin ini tempatnya, Van?” tanya seorang gadis berambut panjang, hitam dan lurus seraya memandang sebuah gedung berwarna kuning yang tampak menjulang tinggi di hadapannya.

“Tentu saja. Megabox Convention Center – Big Box, kan?” jawab temannya yakin seraya menunjuk tiket fanmeeting di tangannya.

“Bukankah kita sudah mengikuti semua petunjuk resepsionis hotel kita bahwa kita harus naik bus dengan nomor 99 dari Lavender Street lalu berhenti di Jurong East? Dan carilah sebuah gedung besar berwarna kuning. Ini Jurong East, kan?” lanjut temannya lagi, seorang gadis muda di awal dua puluh tahunan dengan mata sipit berkacamata dan berkulit putih dengan rambut panjang, lurus dan dicat kecoklatan seraya menunjuk gedung di hadapan mereka.

Note : Authornya nginep di Lavender Street, pemirsa.

"Baiklah. Kita masuk dan lihat saja.” Jawab gadis berambut panjang hitam dan lurus lalu melangkah masuk ke dalam mall besar tersebut.

Begitu masuk ke dalam, kedua gadis itu sudah disambut dengan ramainya pengunjung Mall dan terlihat jelas bila Mall ini ternyata lebih mirip pusat perbelanjaan yang sangat besar, bukan pusat perbelanjaan seperti Marina atau Orchard yang menjual barang-barang bermerk, umumnya pakaian tapi lebih ke arah menjual barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari.

“Kalau menurutku, mall ini lebih mirip Giant di Surabaya. Lihatlah! Rak-rak penuh berisi barang-barang kebutuhan sehari-hari tersedia di sini. Wholesaler Market, begitu mereka menyebutnya.” Ujar si gadis berambut hitam panjang.

“Kau benar, Li. Lebih mirip Giant. Lalu apa GOT7 akan bernyanyi di tengah supermarket seperti ini?” tanyanya tampak mulai tak yakin. 

“Lantai 3, teman. Kita harus menuju lantai 3. Mungkin di atas Supermarket raksasa ini ada Ballroom tempat Fanmeeting diadakan. Let’s go!” ujar gadis berambut panjang, hitam dan lurus yang dipanggil “Li” itu.

Liliana, gadis warga negara Indonesia keturunan China yang sangat menyukai hal-hal berbau Mandarin pada awalnya, kini berbalik menyukai segala sesuatu tentang Korea sejak era Korean Wave melanda Indonesia.

Idolanya dulu adalah SS501, namun karena SS501 tak aktif lagi maka kini hatinya tertambat pada Boyband baru yang berada di bawah agensi JYP Entertainment yaitu GOT7 yang beranggotakan Leader JB, Mark, Jackson, Park Jin Young, Choi Young Jae, Bambam dan Yugyeom.

Tapi dia menyukai GOT7 awalnya karena jatuh cinta pada karakter JB yang manis di Dream High 2. Jika bukan karena JB, mungkin dia takkan mengenal siapa itu GOT7. Bekerja di sebuah sekolah International, Liliana memang memiliki kemampuan berbahasa yaitu Inggris dan mandarin, yang membuatnya dengan mudah diterima di sana.

Sepertinya bahasa memang adalah kelebihan gadis berambut hitam, panjang dan lurus tersebut, karena saat SMU-pun, berkat kemampuannya berbahasa inggris, dia terpilih sebagai salah satu dari 20 siswa yang beruntung untuk menjadi duta pertukaran pelajar Indonesia-Korea dan menghabiskan waktu 3 bulan tinggal di asrama di sebuah sekolah khusus Putri yang bernama Ewha Girls High School di Korea Selatan.

Bekerja di sebuah sekolah International juga memberikan keuntungan baginya, karena saat anak-anak libur maka semua guru dan staff pun juga ikut diliburkan. Dan di bulan Desember, saat anak-anak telah selesai dengan Ujian Akhir mereka, maka otomatis libur panjang pun tiba. Jadi di sinilah dia sekarang, berlibur sekaligus menghadiri Fanmeeting artis idolanya – GOT7.

“Aku tak mengerti kenapa kita harus mahal-mahal ke Singapura sementara GOT7 juga akan datang ke Indonesia.” Protes Stephanie pada awalnya.

“Aku tak mau. Jakarta tak aman. Apa kau lupa kita minoritas di sini? Bagaimana jika demo tuntut Ahok tak kunjung berhenti? Bukankah para pendemo itu sangat benci terhadap China Kafir? Siapa yang bisa menjamin kita akan pulang dengan selamat?” jawab Lily saat itu.

“Sungguh ironis. Saat warga negara Indonesia lebih memilih menonton konser di negara lain daripada di negaranya sendiri, karena merasa negara lain lebih aman dari negaranya sendiri.” Jawab Stephanie dengan nada prihatin.

“Bukan hanya itu. Aku juga ingin merasakan suasana Natal yang benar-benar Natal di negara lain. Coba lihat di Indonesia! Apa ada dekorasi Natal yang indah seperti ini di sepanjang jalan di Indonesia? Tak ada. Jangankan hiasan Natal di sepanjang jalan, dari dulu sampai sekarang, bahkan mungkin sampai lebaran monyet, akan tetap ada orang-orang tertentu yang masih saja mempermasalahkan ucapan selamat natal. Di samping itu, aku sudah cukup muak mendengar kalimat KAFIR yang diteriakkan mereka berulang kali. Untuk beberapa saat saja, aku ingin menikmati suasana Natal yang damai tanpa perlu takut akan ada gereja yang dibom atau sejenisnya. Itu alasanku yang lain.” Jawab Lily saat itu.

Itu sebabnya kedua gadis keturunan China tersebut memilih menghabiskan liburan Natal dan Tahun Baru mereka di negara singa, Singapura sekaligus menghadiri Fanmeeting idola mereka.

“Oh...Lihat itu! Itu eskalatornya.” Tunjuk Lily senang lalu menggandeng temannya untuk segera berlari ke arah escalator yang tampak sesak dengan manusia.

“Aku tahu kau sangat antusias bertemu JB, tapi jangan berlari Lily. Semua orang akan mengira kita kampungan.” Protes temannya kesal.

Akhirnya kedua gadis keturunan China tersebut sampai di tempat konser tersebut dengan bahagia. Seperti yang telah diduga, terlihat antrian yang sangat panjang sebelum masuk ke sebuah ruangan tempat  Fanmeeting tersebut diadakan.

Lily tampak gugup dan panik karena ini adalah pertama kali baginya menonton konser artis luar negeri, terlebih lagi artis idolanya. Dia berkali-kali menggosok-gosok tangannya dengan gugup. Bahkan saat semua gadis lain berteriak histeris karena GOT7 mulai naik ke atas panggung, Lily tak mampu mengeluarkan suara dan hanya menatap diam sesosok pria tampan dengan sepasang anting salib di kedua telinganya.

JB GOT7, idolanya yang selama ini hanya bisa dilihatnya dalam mimpi, kini berdiri di hadapannya dalam jarak yang begitu dekat, hanya beberapa meter dari tempatnya duduk sekarang. Di saat para fans yang lain berteriak histeris, hanya dialah yang hanya menatap diam dalam kegugupan.

Matanya hanya menatap lekat JB dan mengikutinya ke manapun pria muda itu bergerak. Bahkan saat fans lain tertawa lucu saat melihat JB berlari ketakutan saat Jackson akan mencium pipinya untuk memenuhi permintaan fans yang meminta Jackson mencium pipi semua membernya, hanya Lily yang tidak tertawa dan tetap menatap dalam diam.

“Hei, kau tidak apa-apa? Kenapa kau mendadak berubah menjadi patung? Apa kau melamun? Jiwamu masih di sini, kan? Lily, are you sick?” tanya Stephanie, temannya yang duduk di sampingnya, yang tampak bingung saat melihatnya hanya diam sejak pertama kali GOT7 mulai naik ke atas panggung.

“Aku tidak apa-apa. Aku hanya sedang meyakinkan diriku bahwa aku tidak sedang bermimpi indah.” Sahut Lily gugup.

Faktanya tangannya sangat gemetar sekarang, tidak, seluruh tubuhnya gemetar. Bagaikan mimpi yang jadi nyata, bisa melihat idolanya berdiri di hadapannya.

“Owcchh...” Lily mendadak berteriak sakit saat Stephanie mencubit keras lengannya. 
“Apa ini terasa bagai mimpi bagimu? Ada apa denganmu? Kupikir kau akan berteriak norak, lebay dan alay seperti yang lain.” Ujar temannya sambil tertawa menyindir. 
“Sejak kapan aku norak, lebay dan alay? Aku tak pernah seperti itu.” jawab Lily lirih. 
“Aku tahu, Aku kan hanya bilang “kupikir”. Itu karena semua fans pada umumnya akan seperti itu. Umumnya Fans akan norak, lebay dan alay kalau bertemu dengan idolanya.” Jawab Stephanie santai. 
“Benarkah?” jawab Lily gugup.

“Sebentar lagi akan ada sesi High Five, apa tidak sebaiknya kau ke toilet dan menenangkan dirimu dulu? Kau tampak pucat dan gugup. Ini tidak akan baik. Kau bertemu idolamu, bukan bertemu hantu. Apa ini ekspresi yang kau tunjukkan saat berdiri di hadapan JB?” cibir temannya, saat tanpa mereka sadari semua sesi acara berlangsung dengan cepat.

“Kau benar.” Jawab Lily tanpa banyak memprotes, lalu segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah toilet.

Setelah berusaha menenangkan dirinya sejenak dan merapikan make up-nya agar tidak terlalu pucat, Lily berniat segera kembali ke tempat duduknya sebelum kehilangan kesempatan sekali seumur hidupnya bertemu dengan idolanya. Tapi siapa sangka kejutan yang lebih menyenangkan terjadi padanya.

“Aiissshh jinja. Ini menyebalkan! Mereka sudah tahu aku tidak suka dicium-cium seperti itu tapi kenapa justru meminta Jackson mencium pipi semua member? Aku bukan homo. Aku tak mau orang lain akan mengira aku homo jika aku berciuman dengan pria, tidak peduli walau mereka memberku sendiri. Ahgase kadang menyebalkan.” Ujar seorang pria dengan bahasa korea, dia tampak kesal.

Itu sebabnya dia bersembunyi di balik penyangga pilar dan mengomel sendiri, mungkin untuk melampiaskan kekesalan yang tidak bisa dia perlihatkan di atas panggung dan di depan fans. Dia berdiri di depan sebuah pintu yang tertutup namun di sekitar tempat itu ada banyak sekali barang-barang yang diletakkan di sampingnya dan juga ada banyak sekali alat-alat berat yang digantung-gantung di sana.

Lily yang tak sengaja lewat, merasa mengenali suara tersebut namun dia tidak mempercayai pendengarannya. Itu sebabnya dia memberanikan diri untuk mengintip siapa pemilik suara itu. 

“Oh ya Tuhan, kau mengagetkan aku!” ujar suara itu, masih dalam bahasa Korea. Dia tampak sangat terkejut ada seorang gadis muda yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya dan memandangnya kaget.

“JB?” gumam Lily, tampak tak percaya. Pria di hadapannya mengangguk singkat. 
“Oh hai, aku JB. Kau tidak mendengar apa yang aku katakan tadi, kan?” tanyanya lagi, masih dalam bahasa korea.

Lily terdiam shock, kedua tangannya mencengkeram roknya sendiri untuk menutupi kegugupannya. Dia mengerti apa yang JB bicarakan. Well, bagaimanapun juga dia adalah siswa pertukaran pelajar Indonesia-Korea saat SMU dulu, kan?

Melihat Lily tak menjawab dan hanya menatapnya gugup, JB menarik napas lega. “Dia tidak mengerti apa yang kubicarakan. Syukurlah. Akan jadi skandal besar jika aku sampai mengeluhkan fansku sendiri.” Gumam JB lagi sambil tersenyum tenang.

“Kau tidak perlu khawatir, JB-ssi. Aku tidak akan mengatakan pada siapa pun tentang “Ahgase kadang menyebalkan!” Aku tahu itu hanya karena kau sedang kesal karena permintaan mereka yang kadang keterlaluan. Ahgase tidak seharusnya memperlakukan kalian seperti boneka yang bisa dimainkan. Aku minta maaf mewakili mereka.” Ujar Lily dalam bahasa Korea yang lancar dan dengan hati berdebar kencang. Lalu kemudian membungkuk memberi salam dengan sopan dan berlalu pergi dari sana.

“Tunggu! Kau bisa bahasa korea?” tanya JB penasaran. Lily menoleh dan menunjuk dirinya sendiri. 
“Kau bicara padaku?” tanyanya gugup, dalam bahasa Korea. 
“Apa kau lihat ada orang lain di sini?” tanya JB lagi seraya berjalan mendekati gadis itu.

Lily menundukkan wajahnya malu saat JB terus berjalan mendekatinya dan membuatnya tersudut hingga membentur tembok di belakangnya.

“Jawab aku! Apa kau bisa bahasa Korea? Dari mana asalmu?” tanya JB lagi, dalam jarak yang sangat dekat. Lily bahkan bisa merasakan hembusan napasnya. 
“Indonesia.” Jawab Lily gugup. 
“Apa kau gugup? Suaramu bergetar, Nona.” Goda JB dengan senyuman mautnya. 
“Ti...tidak.” sangkal Lily.

“Masih menyangkal? Kau sungguh unik. Warga negara Indonesia yang bisa berbahasa Korea sangat sedikit. Dan lagi, kenapa kau tak terlihat seperti warga negara Indonesia kebanyakan?” tanya JB, masih dengan penasaran.

“Aku pernah menjadi siswa pertukaran pelajar Indonesia-Korea saat masih SMU dulu.” Jawab Lily gugup seraya menundukkan wajahnya takut. 
“Boleh aku tahu di sekolah mana kau pernah dikirim?” tanya JB lagi, mendadak penasaran. Sedikit tak percaya jika ada warga negara Indonesia yang bisa berbahasa Korea. 

“Ewha Girls High School.” Jawab Lily cepat. 
“Sekolah khusus putri. Aku pernah mendengarnya.” Jawab JB lagi.

“Tapi kenapa kau tidak terlihat seperti warga negara Indonesia kebanyakan?” lagi, JB bertanya penasaran. 
“Aku adalah warga negara Indonesia keturunan China.” Jawab Lily masih menundukkan wajahnya malu.

“Seperti Mark? Keturunan China yang tinggal di negara lain?” tanya JB, sementara Lily hanya mengangguk gugup tanpa kata.

“Kau memang unik. Kurasa kau adalah satu-satunya Fans yang tidak berteriak histeris saat melihatku. Kau hanya menundukkan wajahmu malu.” Lagi, JB menggoda gadis itu.

“Dan bahasa Koreamu juga lumayan. Lebih baik dari Bambam saat pertama kali dia datang ke Korea. Tak salah jika mereka memilihmu sebagai siswa pertukaran pelajar.” Puji JB dengan tersenyum tipis, masih dengan gaya menggoda dan menempelkan sebelah tangannya di dinding di belakang gadis itu.

“Aku tidak akan mengatakan apa pun. Sungguh. Kalimat ‘Ahgase kadang menyebalkan’ hanya kau dan aku yang tahu.” Lily semakin gugup saat JB tak kunjung menjauh, dia masih menundukkan wajahnya malu.

“Jeongmal? Lihat wajahku! Dari mana aku percaya kau tidak akan mengatakannya pada yang lain?” tanya JB lagi seraya meletakkan sebelah tangannya di dagu Lily dan menarik wajahnya agar bertatapan.

“Karena...karena...aku menyukaimu.” Jawab Lily gugup. 
“Apa?” JB tampak kaget mendengarnya. 
“I mean, you are my favorite member on GOT7. I like you more than the other members.” Lily menjelaskan dengan gugup saat JB menyentuh dagunya dan menatap matanya lekat. 

“Oh, jadi kau Fansku? Baguslah kalau begitu.” Ujarnya tampak lega. Lalu kemudian menarik tangannya dari dagu Lily dan mulai bergerak menjauh. 

“Aku harus segera kembali. Kau juga, kan? Kembalilah ke kursimu.” Ujar JB pada gadis itu yang hanya menganggukkan kepalanya gugup.

Tapi saat Lily akan berbalik, dia tak sengaja melihat gerakan bayangan aneh di lantai. Dengan penasatan, dia melihat ke atas, hanya untuk melihat sebuah lampu hias yang cukup besar digantung di atas kepala mereka mendadak jatuh dan hampir saja menimpa JB.

“Oh tidak! JB-ssi, awas!” ujar gadis itu, spontan mendorong JB dengan keras ke arah lain agar tidak tertimpa lampu hias yang ada di atas kepala mereka.

To Be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar