Dream Come True?
Well, maybe this is the way I feel. Seeing them in person is really like Dream
Come True for me. But of course, Love Story-nya Fiksi ya hehehe ^.^ Jadi tolong
bedakan mana yang fiksi dan mana yang nyata. So, what about with Lily on this
story? You will know if you read this story... Masih dengan “Keajaiban Natal”
di Bulan Desember...
“Christmas Miracle – Chapter 4 (GOT7 Christmas Edition)”
Chapter 4 : Dream Come True?
Mount
Elizabeth Hospital Orchard, Singapore…
Seorang gadis
mengerjap-ngerjapkan matanya menghindari sinar mentari yang menerobos masuk
melalui jendela kamarnya. Dia memalingkan kepalanya ke arah sumber cahaya hanya
untuk melihat tirai di jendela tersebut terbuka cukup lebar.
Dia menoleh ke
sampingnya dan menyadari jika ini bukan kamar hotel tempatnya menginap. Lalu di
mana ini? Dia beranjak berdiri dari ranjangnya dan menyadari jika dia memakai
piyama yang bukan piyamanya sendiri. Dan juga menyadari jika tangan kanannya
sudah kembali diperban.
Dia berjalan
menuju meja tempat segelas air mineral diletakkan. Tapi dia kesulitan membukanya dengan tangan kanan yang diperban.
“This is sucks!
I’m thirsty. Can I get some water?” Lily menggerutu kesal karena gagal membuka
tutup botol air mineral tersebut.
“Butuh bantuanku?”
tanya seorang pria muda dalam bahasa korea yang tiba-tiba saja muncul entah
dari mana dan membuat gadis itu kaget lalu spontan membuat botolnya terlepas
dari genggaman. Botol tersebut menghantam lantai dengan keras hingga membuat
botolnya pecah dan airnya tumpah ke mana-mana.
“Oh Ya Tuhan.”
Ujar Lily kaget seraya menarik rambutnya ke belakang dan menarik napas berat,
kemudian berlutut dan memungut botolnya. Tanpa kata, dia berjalan menuju nakas
di samping tempat tidurnya dan meraih beberapa helai tissue.
“Kau mau apa?”
tanya pria itu bingung.
“Mengepel.” Jawab
Lily singkat lalu mulai berlutut.
Tapi pria muda itu
menarik lengannya berdiri dan menariknya ke tempat tidur. Lily sekali lagi
menarik tangannya gugup. Benar. Pria muda ini selalu membuatnya gugup.
“Kau masih gugup?”
goda pria itu.
Lily mengangguk
singkat, “Aku berada dalam satu kamar dalam jarak yang berdekatan dengan JB
GOT7. Siapa yang tidak gugup? Tolong jangan begitu baik padaku. Aku tidak
apa-apa. Kembalilah ke tempatmu.” Ujar Lily tampak tak nyaman seraya
memalingkan wajahnya, tak mau memandang JB. Memandang wajah pria muda itu membuat
kegugupannya meningkat.
“Dear Heart, just
calm down, please...Dont beat so fast!” Lily merasa jantungnya hampir saja
melompat keluar saat JB menggandeng tangannya dan menariknya ke atas ranjang.
“Apa aku membuatmu
tidak nyaman? Bukankah aku idolamu? Aku orang yang kau sukai, benarkan?
Harusnya kau senang bisa berada dekat dengan orang yang kau sukai, benarkan?
Fans lain pasti akan bersorak histeris.” Ujar JB dengan percaya diri.
“Justru karena kau
idolaku jadi aku harus menjaga jarak. Aku sudah menyukaimu sejak awal, jadi aku
tak mau kebaikanmu itu, ah, atau aku harus menyebutnya ucapan terima kasihmu
itu, membuatku jadi salah paham pada perasaanku sendiri lalu menumbuhkan
perasaan yang lain dalam hatiku.” Ujar Lily sambil berjalan menjauh dari JB dan
memilih berdiri di depan jendela. Dia memilih memandang apa pun itu di luar
jendela daripada harus menatap JB, idolanya.
“Terima kasih
sudah memberiku mimpi yang sangat indah. Tapi sekarang saatnya aku bangun dan
menghadapi kenyataan. Kau adalah bintang yang bersinar terang di langit malam
sementara aku hanyalah butiran debu di tanah. Jalan kita tidak seharusnya
bersinggungan. Jadi kembalilah ke tempat di mana kau berasal.” Lanjut Lily lagi
tanpa menoleh.
“Terima kasih
telah membawaku ke Rumah Sakit. Ini pasti Rumah Sakit, kan? Aku mencium bau
obat di mana-mana. Apa kau juga yang menjagaku semalaman?” lanjut Lily, kali
ini menoleh singkat ke arah pria muda itu. JB mengangguk singkat membenarkan.
“Baiklah. Kurasa
itu sudah cukup untuk ucapan terima kasih kalian. Aku akan menghubungi temanku
agar dia datang kemari dan membawakan kartu kreditku.” Lanjut Lily lagi.
“Ah...apa nama
Rumah Sakit ini?” Dia kembali bertanya bingung.
“Mount
Elizabeth Hospital Orchard.” Jawab JB singkat sambil terus memperhatikan gadis itu
yang terus menjaga jarak.
“Terima kasih
banyak sudah menjagaku, JB-ssi. Kau boleh pergi sekarang.” Ujar Lily lagi,
sesopan mungkin.
“Ah salah. Aku
saja yang pergi. Kau seorang artis, tidak mungkin ada Fans yang berani
mengusirmu, benarkan? Kau tetap di sini jika kau mau. Aku yang akan pergi.”
Ujar Lily memutuskan.
“YYYAAA! What are you doing now? GET OUT, PLEASE!” Lily terkejut bukan kepalang saat menyadari JB mengikuti ke dalam kamar mandi dan hanya tersenyum tipis saat melihatnya ketakutan.
“Aku bukan akan
memperkosamu, tenang saja. Aku hanya ingin kita bicara sambil kau menatap
mataku.” Jawab JB dengan santai.
“Tidak ada yang
perlu dibicarakan, JB-ssi. Pulanglah! Kau masih punya sederetan jadwal, kan?”
ujar Lily dengan gugup, tetap menjaga jarak.
Tapi JB hanya
tersenyum tipis seraya berjalan mendekatinya dan sedetik kemudian menariknya ke
dalam pelukannya. “Bisakah kita bertemu lagi? Aku suka aroma rambutmu yang
wangi.” Bisiknya dengan nada menggoda.
DEGGG. Gadis itu
membatu seketika mendengar ucapan JB. Dia mendadak kehilangan semua
kekuatannya, dia merasa kakinya terasa lemas dan tak mampu untuk berdiri tegak.
Jantungnya berdetak 2 kali lebih cepat dari biasanya, mendadak seluruh kaki dan
tangannya menjadi dingin dan seluruh tubuhnya mulai gemetar.
Dia benar-benar
gugup. Dia tidak bisa menggambarkan betapa gugupnya dia saat ini. tak pernah
terbayangkan dalam mimpinya, bahkan tidak dalam mimpinya yang paling indah, JB
GOT7 akan berdiri di hadapannya. Tidak. Bukan berdiri tapi memeluknya seperti
ini, membelai rambutnya lembut dan membisikkan kalimat, “Aku suka aroma rambutmu
yang wangi.”
“Apa aku sedang
bermimpi? Ini terlalu indah untuk jadi nyata. Tuhan, aku tak tahu ini mimpi
atau reality. Tapi jika ini mimpi, aku tak mau segera pagi.” Ujar Lily dalam
hati.
“Kau gemetar lagi? Apa kau benar-benar segugup itu saat bersamaku? Kenapa
jantungmu berdetak kencang sekali? Apa karena kau sangat menyukaiku? Kau
benar-benar gadis yang polos, apa kau tahu itu?” bisik JB lagi, tetap tidak
melepaskan pelukannya di tubuh gadis itu.
Lily tetap
terdiam. Dia tak mampu bergerak sama sekali. Sementara JB hanya tersenyum
tipis.
“Kemarin kau
bilang kau ingin mengganti idolamu, benarkan? Aku tidak ingin digantikan oleh
siapa pun. Aku ingin menjadi satu-satunya dalam hatimu.” Ujarnya lembut dan
menggoda. JB menjauhkan sedikit tubuhnya dan melonggarkan pelukannya di tubuh
gadis itu.
Sambil menatap
tajam ke dalam mata gadis itu, dia meletakkan sebelah tangannya di dagu gadis
itu dan mulai menurunkan wajahnya. Tatapan matanya menuju ke arah bibir gadis
itu dan sedetik kemudian, JB mendaratkan ciuman manis di sana.
Sekali lagi Lily
membatu. Dia terdiam shock. Dia tidak membalas sama sekali, dia hanya
membelalakkan matanya terkejut. JB tersenyum disela ciumannya. Dia tahu gadis
itu takkan membalas. Dia tahu gadis itu sangat pemalu apalagi bila berdiri di
hadapannya. Justru inilah yang membuatnya menarik di mata JB. Bukan gadis
gampangan, pintar, sopan, berkelas dan baik hati.
“Dengan begini,
kau takkan pernah melupakanku dan menggantiku dengan yang lain. Dengan begini,
aku akan selamanya ada dalam hatimu.” Bisiknya dengan senyuman yang menggoda,
seraya membelai bibir Lily dengan lembut. Bibir yang terasa sangat manis di
lidahnya.
“Dokter bilang
jika sedikit saja terlambat maka tanganmu pasti akan mengalami infeksi. Dan
jika infeksimu menyebar, maka kau akan kehilangan tangan kananmu. Kenapa kau
sangat keras kepala? Harusnya sejak awal kau pergi ke Rumah Sakit? Harusnya kau
tidak menahan rasa sakit selama itu?” JB tampak khawatir saat mengatakannya.
Tapi Lily tetap terdiam, sepertinya dia belum kembali dari kegugupannya.
“Kau bilang kau
tinggal di Indonesia, kan? Kami juga akan datang ke negaramu bulan Februari
nanti, kan? Kau bisa datang lagi ke sana. Tidak perlu memaksakan diri untuk
menghadiri Fanmeeting di Singapore.” Lanjut JB lagi, masih tetap tidak
melepaskan pelukannya di pinggang gadis itu.
“Aku tidak akan
datang. Aku tidak akan ke Jakarta.” Jawab Lily singkat.
JLEBBB. Entah
kenapa JB merasa sangat kecewa mendengarnya. Dia kembali menatap mata Lily,
tapi kali ini tampak sangat kecewa.
“Kau...kau tidak
akan datang untuk melihatku lagi?” tanya JB, entah kenapa dia sangat ingin
bertemu gadis ini lagi.
“TIDAK.” Jawab
Lily singkat.
“KENAPA?” JB
menuntut sebuah jawaban.
“Aku sudah
melihatmu setiap hari.” Jawab Lily membingungkan.
“APA?” JB tampak
tak mengerti.
“Jika kuketikkan
namamu di mesin pencari, aku bisa melihat wajahmu bertebaran di sana. Aku
seorang blogger. Aku selalu mengikuti ke manapun kau pergi dan apa pun yang kau
lakukan.” Jawab Lily dengan suara gemetar. Dia masih belum sepenuhnya kembali
dari kegugupannya.
“Dan lagi,
melihatmu saat ini, bagiku itu sudah cukup. Itu sudah menjadi Hadiah Natal
terindah dalam hidupku. Keajaiban Natal, begitu mereka menyebutnya. Jadi aku
tidak ingin menjadi orang yang tamak. Jika aku terus-terusan bertemu denganmu,
aku takut perasaanku akan semakin kacau. Aku ingin segera terbangun dari mimpi
yang indah ini dan kembali ke alam nyata. Melihatmu cukup dalam ponselku saja.”
Lanjut Lily lirih, menyadari posisinya.
“Kau bisa
melihatku tapi aku tak bisa melihatmu.” Protes JB.
“Untuk apa kau
melihatku?” tanya Lily tak mengerti.
“Aku ingin
melihatmu. Aku tak tahu kenapa. Aku hanya ingin melihatmu. Itu saja. Aku
berharap aku bisa melihatmu di Jakarta.” Jawab JB, dia juga bingung dengan
perasaannya sendiri.
“Kau sudah
melihatku sekarang.” Jawab Lily singkat.
“Tapi kita akan
berpisah cepat atau lambat.” Ujar JB lagi, tampak tak rela.
“Itu sudah pasti.
Kau kembali ke tempatmu dan aku akan kembali ke tempatku.” Jawab Lily lagi.
“Dan jika kau
tidak keberatan, tolong lepaskan tanganmu! Terima kasih untuk Fans Service-nya.
Aku fans yang beruntung, benarkan?” ujar Lily, dengan nada yang pahit.
“Fans Service?”
ulang JB bingung. Jadi semua yang terjadi di antara mereka hanya dianggap Fans
Service oleh gadis ini.
“Kau membuat
perasaanku kacau balau dan kau hanya menganggapnya Fans Service? Ciuman itu...”
JB tak sempat meneruskan kalimatnya karena Lily memotongnya dengan cepat.
“Kau akan
selamanya menjadi idolaku. Jangan khawatir. Aku akan selamanya mengingatmu. Itu
kan yang kau inginkan? Walau aku tahu setelah ini kau pasti akan melupakanku.”
Ujar Lily dengan setetes airmata di pipinya.
“JB-ssi, thank you
for giving me a dream I never thought I would have.” Tambah gadis itu lagi
seraya menarik tangan JB di pinggangnya.
“TUNGGU!” JB masih
berusaha menahannya.
“Sebenarnya apa
yang kau inginkan? Tolong jangan buat aku semakin jatuh cinta padamu! Pergilah
dan kembalilah ke tempatmu! Tolong jangan permainkan perasaanku! Aku adalah
orang biasa dan kau adalah bintang idola. Aku tahu kau terlalu tinggi untukku,
aku sadar di mana posisiku.” ujar Lily kesal sambil menangis. Dia tak mau jatuh
cinta pada seseorang yang jelas tidak mungkin bisa diraihnya. Ini hanya akan
membuat hatinya semakin sakit.
Dia segera meraih
gagang pintu dan keluar secepat mungkin. Dia segera meraih tasnya di atas meja
lalu segera pergi dari kamar itu. Tentang mengganti baju. Mungkin sebaiknya dia
lakukan itu di toilet umum Rumah Sakit saja.
“Tunggu! LILY!” JB
segera mengejar setelah dia sadar dari keterkejutannya, tapi dia tidak
menemukan gadis itu di manapun. Dia sudah pergi. Menghilang entah ke mana.
Mercury Hostel - Lavender Street, Kallang Road,
Singapore.
“Sudah kembali?
Lily, aku khawatir sekali. Kau tak kunjung keluar hingga Mall itu ditutup. Aku
terpaksa pulang sendiri. Lalu pihak hotel memberitahuku jika ada telepon dari
seseorang yang mengatakan bahwa turis dari Indonesia yang bernama Liliana
sedang dirawat di Rumah Sakit dan aku
tak perlu khawatir.” Stephanie tampak khawatir.
“Akan kujelaskan nanti.
Sekarang kita berkemas lebih dulu. Kita pergi sekarang juga.” Ujar Lily seraya
memasukkan semua barang-barangnya dengan cepat.
“Pergi? Pulang ke
Indonesia? Tapi kita belum membeli tiket, Lily.” Ujar Stephanie bingung.
“Aku tidak bilang
kita pulang. Maksudku pergi dari sini dan pindah ke hotel lain.” Jawab Lily menjelaskan.
“Kenapa? Kita
harus ke mana?” tanya temannya bingung, tapi dia mulai berkemas.
“Font Canning
Lodge Hotel di Orchard Road. Saat aku berjalan pulang dari Rumah Sakit, aku
melewati sebuah hotel bintang 3 yang sangat bagus di daerah Orchard. Mereka
menawarkan diskon 30% untuk liburan Natal dan Tahun Baru.” Jawab Lily sambil
tersenyum.
“Dari Hostel
pindah ke Hotel Bintang 3? Baguslah. Ini bagus. Peningkatan. Ayo lekas pindah.”
Ujar Stephanie senang, sementara Lily hanya tertawa lucu melihat temannya
langsung bersemangat begitu menyebut Hotel Bintang 3.
“Tunggu dulu. Tapi
kita akan tetap ke USS hari ini kan?” tanya Stephanie lagi setelah selesai
mengepak.
“Tentu saja. Kita
akan lakukan sesuai keinginanmu.” Jawab Lily sambil tersenyum menenangkan.
“That’s Great!”
ujar Stephanie senang.
Shangri-la Hotel - Orchard Road, Singapore...
“Akhirnya kau
pulang, Hyung. Apa kau menjaganya semalaman?” tanya Bambam penasaran saat
melihat Leadernya kembali ke hotel. JB tak menjawab tapi raut wajahnya tampak
sangat kecewa.
“Apa dia baik-baik
saja?” tanya Mark lagi.
“Dia hampir
kehilangan tangan kanannya karena aku.” Jawab JB sedih.
“Apa separah itu?”
Jin Young tampak cemas mendengarnya. JB bisa merasakan kecemasan dari nada
suaranya dan perasaannya kembali tak enak.
“Luka di telapak
tangannya bila terlambat diobati bisa menyebabkan infeksi. Dan bila infeksinya
menyebar, tak ada cara lain selain mengamputasi tangan kanannya. Untung saja
aku segera membawanya ke Rumah Sakit.” Jawab JB tampak merasa bersalah dan
menyesal.
“Gadis yang
malang.” Ujar Young Jae tampak kasihan.
“Bukankah yang
penting kau sudah menyelamatkannya sekarang?” Mark memberikan pendapatnya.
JB mengangguk
seraya menatap para membernya dengan bingung saat menyadari mereka sedang
bersiap-siap pergi ke suatu tempat.
“Kalian akan pergi
ke suatu tempat?” tanyanya bingung.
“USS. Bambam
bilang dia ingin bermain. Tapi aku tidak ikut karena tidak enak badan.” Jawab
Young Jae menjeleaskan.
“Kalau begitu aku
akan menemanimu di sini.” Ujar JB, tampak malas harus pergi ke pusat keramaian.
“Tidak bisa, Jae
Bum. Kau Leader jadi kau harus ikut untuk menjaga membermu.” Ujar Sang Manajer
yang tiba-tiba saja masuk ke dalam Guest House GOT7 dan menyerahkan tiketnya
pada JB yang hanya menarik napas pasrah.
“Tapi aku juga
lelah. Hyung sendiri tahu aku tidak pulang semalaman, kan?” protes JB pada
manajernya.
“Aku tahu. Tapi
kau harus tetap ikut.” Jawab Sang Manajer tanpa bisa dibantah.
“Lalu siapa yang
akan menjaga Young Jae?” JB beralasan.
“Masih ada staff
yang lain.” Jawab Sang Manajer singkat.
“Istirahatlah
sebentar lalu makan, mandi dan ganti bajumu. Kita akan pergi setelah makan
siang nanti.” Ujar Sang Manajer sebelum akhirnya keluar dari sana seraya
menepuk pundak JB pelan.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar