Apakah mungkin
seorang gadis biasa menjadi pacar seorang Superstar? Well, unfortunately it is
only happened on Fiction or maybe only happened on your dream hehehe ^.^ Jika memang hal itu benar-benar terjadi,
maka KEAJAIBAN itu memang benar-benar ada. They said “There can be Miracle when
you believe.” So, what about you? Do you believe in Miracle?
“Christmas Miracle – Chapter 9 (GOT7 Christmas Edition)”
Chapter 9 : Am I Dreaming Now?
Christmas Time, 25 Desember 2016...
“Lily, kau
seharusnya tak perlu melakukan ini, sayang. Kau adalah tamu kami.” ujar seorang
wanita setengah baya berusia sekitar lima puluh tahunan pada Lily. Mereka
sedang berdiri di depan pintu masuk utama Ewha Girl High School untuk mengecek
dekorasi Natal.
“Tidak apa-apa.
Aku senang bisa membantu.” Jawab Lily rendah hati.
“Tapi Kepala
Sekolah, bisakah Anda memberi instruksi agar anak-anak dan para staff tidak
lewat di tempat ini selama beberapa saat? Aku ingin menggantung lonceng besar
itu di atas sana.” Ujar Lily seraya menunjuk hiasan lonceng yang akan
digantungnya di dinding pintu masuk utama sekolah.
"Oh. Baiklah.
Berapa lama waktu yang kalian perlukan untuk menggantungnya?” tanya Kepala
Sekolah dengan sabar.
“Sekitar 1 jam.”
Jawab Lily seraya menelengkan kepalanya menebak perkiraan waktunya.
“Baiklah. Aku akan
melarang semua orang lewat di sekitar sini selama 1 jam. Minta orang-orangmu
menggantungnya dengan cepat dan akurat agar tidak sampai jatuh ke bawah dan
melukai orang yang lewat di bawahnya.” Jawab Kepala Sekolah.
Lily mengangguk
mantap dan membungkuk memberi hormat sebelum akhirnya Kepala Sekolah berjalan
masuk kembali ke dalam sekolah. Begitu Kepala Sekolah pergi, Lily meminta
tolong kepada para pekerja untuk segera menggantung lonceng itu dengan
hati-hati dan kuat.
“Apa itu sudah
kuat? Kalian yakin tidak akan jatuh menimpa orang di bawahnya, kan?” Lily
tampak memastikan.
“Tidak akan, Nona.
Kami yakin itu sudah tergantung kuat dan tidak akan jatuh.” Jawab salah satu
pekerja, memberi jaminan. Lalu kemudian turun dari atas tangga kayu dan mulai
membenahi barang-barang mereka untuk segera berpindah mengurus yang lainnya.
“Kalian yakin?
Tapi kenapa aku melihatnya seperti miring. Apa itu tidak apa-apa?” tanya Lily
dengan ragu seraya memandang lonceng itu dari kejauhan.
“Itu hanya
perasaan Anda saja.” Jawab pekerja yang lain.
“Kami harus
membantu memasang dekorasi Natal di aula. Jika Anda membutuhkan kami, Anda bisa
mencari kami di sana.” Jawab yang lain lagi lalu mulai beranjak pergi
meninggalkan Lily yang tampak tak yakin.
Dan sepertinya
ketakutan Lily terbukti karena saat dia baru saja akan melangkah pergi, dia
melihat lonceng besar itu bergerak-gerak dan hampir menimpa wanita setengah
baya yang lewat di bawahnya.
“Oh Tidak. Nyonya,
awas!” Lily berlari secepat kilat ke arah wanita tua itu dan mendorongnya
menjauh dari sana.
BRAAKKKK...
Lonceng besar itu benar-benar jatuh dari atas sana dengan suara keras. Wanita
setengah baya itu menjerit kaget saat menyadari lonceng besar itu hampir saja
menimpa tubuhnya jika saja tidak ada seorang gadis muda yang tiba-tiba berlari
ke arahnya dan mendorongnya menjauh.
“Ya Tuhan. Tidak.
Nona...” ujar wanita setengah baya itu panik saat melihat Lily terbaring
pingsan tak jauh dari tempat lonceng itu terjatuh tadi. Darah segar mengucur
dari punggung kanannya.
“Eomma, ada apa?”
tanya seorang pria muda berwajah tampan dan bertubuh tinggi yang segera berlari
ke arah ibunya yang ketakutan.
“Gadis itu
menyelamatkan Ibu. Lonceng itu hampir jatuh mengenai Ibu dan gadis itu
menyelamatkan ibu.” Ujar Ibu itu seraya menuding ke arah gadis yang terbaring
pingsan tertelungkup dengan darah mengucur di punggungnya.
“Oh tidak. Kita
harus menyelamatkannya.” Seru si anak seraya berjalan mendekati gadis muda itu.
Pria muda itu membalik tubuh gadis muda itu dengan perlahan dan tampak shock
saat menyadari siapa gadis yang kini terbaring pingsan bersimbah darah di
hadapannya.
“LILY! TIDAK!
KENAPA BISA KAU?” ujarnya shock. Wajahhnya tampak shock dan tangannya mulai
gemetar saat melihat gadis yang dirindukannya dalam keadaan seperti ini.
“Jae Bum-ah, apa
kau mengenal gadis itu?” tanya sang Ibu.
“Dia gadis yang
kucintai.” Jawab JB lirih dengan airmata menetes pelan.
“MWO?” Sang Ibu
tampak terkejut mendengar pengakuan putranya.
“Oh astaga, Lily!
Apa yang terjadi padamu, sayang?” Kepala Sekolah Ewha segera berlari ke lokasi
kejadian dengan panik saat melihat tamunya terbaring bersimbah darah.
“Lonceng itu
terjatuh dan hampir mengenaiku tapi gadis ini menyelamatkan nyawaku.” jelas Ibu
JB pada Kepala Sekolah.
“Aku akan
membawanya ke Rumah Sakit.” Ujar JB yang sudah pulih dari keterkejutannya. Dia
segera meraih tubuh Lily dan menggendongnya ke dalam mobilnya.
“Kau harus
selamat. Kau harus selamat. Kau tak boleh tinggalkan aku, Lily.” Ujar JB dalam
hati, berdoa dari lubuk hatinya yang paling dalam.
Seoul Hospital...
“Di mana kalian
bertemu? Kenapa kau tidak pernah menceritakan pada Ibu tentang gadis yang kau
sukai itu?” tanya seorang wanita setengah baya pada putranya yang tampak sangat
sedih dan gugup.
“GOT7 sangat
sibuk. Aku tak punya waktu menceritakannya pada Ibu.” Jawab JB lirih.
“Di mana kalian
bertemu?” tanya wanita itu lagi.
“Singapore. Dia
adalah fansku.” Jawab JB jujur.
“Oh...kau jatuh
cinta pada fansmu?” tebak sang Ibu dan JB mengangguk pelan membenarkan.
“Dia fans yang
istimewa, Ibu. Dia juga telah menyelamatkan aku saat sebuah lampu hias hampir
menimpaku waktu itu. Demi menyelamatkan aku, dia hampir kehilangan tangan
kanannya. Tapi aku menyukainya bukan karena dia penyelamatku, tapi karena dia
adalah gadis yang baik dan rendah hati.” Ujar JB dengan mata berseri-seri saat
menceritakan tentang gadisnya.
“Matamu berbinar
saat membicarakannya. Ibu bisa melihat kau sangat menyukainya.” Jawab Sang Ibu
dan JB hanya bisa tersenyum malu mendengarnya.
“Tapi dia tidak
percaya padaku. Dia menganggap perasaanku hanyalah Fans Service.” Jawab JB
pahit.
“Oh...Itu pasti
menyakitkan untukmu.” Ibu JB menepuk pundak putranya lembut.
“Lebih menyakitkan
melihatnya terbaring bersimbah darah seperti itu. Kemarin malam aku mengobrol
dengannya tapi dia sama sekali tidak mengatakan padaku jika dia ada di Korea.”
Jawab JB lirih.
“Mungkin karena
dia tak ingin mengganggumu.” Sang Ibu tampak menghibur putranya.
“Maafkan Ibu, Jae
Bum-ah. Ibu yang telah membuat gadis yang kau cintai terbaring di dalam sana.”
Ibu JB tampak menyesal karena demi dia, gadis yang dicintai JB jadi terluka.
“Tidak. Jika Lily
mendengarnya dia pasti akan sangat sedih.” Jawab JB.
“Ibu bisa melihat
dia adalah gadis yang baik. Tak heran kau menyukainya.” Jawab si ibu.
“Tapi JYP...” Ibu
JB tampak ingin mengingatkan putranya kalau dia masih terikat kontrak tak boleh
pacaran.
“Ibu jangan
khawatir. Lily sangat pendiam. Dia bukan orang yang akan mengumbar cerita di
mana-mana. Lagipula, dia juga tidak menerima perasaanku. Setidaknya belum.”
Jawab JB sedih.
Sang Ibu baru saja
akan mengatakan sesuatu saat tiba-tiba pintu ruang operasi terbuka dan seorang
Dokter pria setengah baya keluar dari dalam ruang operasi dan mencari keluarga
pasien.
“Dia seorang
turis. Keluarganya ada di Indonesia. Tapi dia terluka karena melindungi Ibuku,
anggap saja kami yang bertanggung jawab padanya sekarang.” Jawab JB menjelaskan
kondisi yang sebenarnya.
“Punggung kanannya tertimpa sesuatu yang besar dan berat. Tulang punggungnya
mengalami keretakan. Nyawanya mungkin tidak berada dalam bahaya tapi untuk
sementara lengan kanannya harus di gips selama proses penyembuhan.” Jawab si
dokter menjelaskannya.
“Apakah tidak akan
ada masalah dengan tangan kanannya di masa depan?” JB tampak ingin memastikan
semua baik-baik saja untuk gadisnya.
“Aku masih belum
bisa menjawab bila belum melihat perkembangannya. Tapi untuk sementara, dia
sudah dalam kondisi aman.” Jawab si dokter.
“Terima kasih,
Dokter.” Jawab JB penuh syukur.
“Kami akan segera
memindahkannya ke ruang perawatan. Kalian bisa menjenguknya di sana.“ Dokter
itu kembali menginformasikan sebelum kembali masuk ke dalam ruang operasi untuk
mempersiapkan proses pemindahan.
“For me, you are
my Christmas Miracle. Jika kita bisa bertemu secara tak sengaja di Hari Natal,
maka aku akan memberimu kesempatan.” JB membaca kembali pesan yang dikirimkan
Lily kemarin malam dengan sedih.
“Ini pasti adalah
Hari Natal yang buruk untukmu, kan? Aku ingin kau segera sembuh dan memenuhi
janjimu untuk memberiku kesempatan.” ujar JB dalam hatinya, sedih dan merasa
bersalah.
Tak lama kemudian,
Kepala Sekolah Ewha datang ke tempat itu setelah sebelumnya sibuk menelpon
Kepala Sekolah Maria di Indonesia untuk mengabarkan apa yang terjadi pada Lily
dan meminta maaf dari lubuk hatinya yang paling dalam.
“Apa kita perlu
menghubungi keluarganya di Indonesia? Kepala Sekolah Maria mengatakan baru akan
memutuskan setelah mendengar hasilnya.” Ujar Kepala Sekolah Kim.
“Dia baik-baik saja.
Hanya saja tangan kanannya harus di gips untuk sementara.” Jawab Ibu JB
mengulangi penjelasan dokter sekali lagi.
“Maafkan aku. Ini
terjadi karena dia melindungiku.” Lanjut Ibu JB lalu membungkukkan badannya
meminta maaf.
“Anda tak perlu
meminta maaf padaku.” Jawab Kepala Sekolah Kim canggung.
“Ah benar.
Seharusnya aku minta maaf pada anak itu. Aku akan melakukannya saat dia sadar
nanti.” Ujarnya lagi.
@@@@@@@
Siang itu, sekali lagi Lily terbangun dalam sebuah ruangan asing yang dipenuhi
warna putih dan bau obat menyengat. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain
ruangan untuk menghindari sinar matahari yang menerpa wajahnya.
“Aaahhh...Not
again?” keluhnya pada dirinya sendiri dan mencoba untuk bangun, hanya untuk
menyadari jika ada gips di lengan kanannya.
“Great, Lily!
Harusnya kau berhenti bersikap sok pahlawan. Aku tidak tahu kenapa aku begitu
bodoh.” Lily memaki dirinya sendiri.
“Dan sekarang aku
haus. Di mana minumnya?” ujarnya kesal seraya mengedarkan pandangannya ke
sekeliling ruangan. Dan akhirnya Lily menemukan sebotol air mineral di atas
meja yang tak jauh darinya.
“Oh...Cai che li
ah (Di sini rupanya).” Ujar Lily senang dalam bahasa mandarin yang lancar.
“This is sucks!
I’m thirsty. Can I get some water?” Lily menggerutu kesal karena gagal membuka
tutup botol air mineral tersebut.
“Butuh bantuanku?”
tanya seorang pria muda dalam bahasa korea yang tiba-tiba saja muncul entah
dari mana dan membuat gadis itu kaget lalu spontan membuat botolnya terlepas
dari genggaman. Botol tersebut menghantam lantai dengan keras hingga membuat
botolnya pecah dan airnya tumpah ke mana-mana.
“Oh Ya Tuhan.”
Ujar Lily kaget seraya menarik rambutnya ke belakang dan menarik napas berat,
kemudian berlutut dan memungut botolnya. Tanpa kata, dia berjalan menuju nakas
di samping tempat tidurnya dan meraih beberapa helai tissue.
“I feel like dejavu. Or am I dreaming now?” Gumamnya seraya mengelap lantainya.
“Hei, sayang. Kau
tidak sedang bermimpi. Bangun dari sana. Aku akan panggil clening service.”
Ujar JB lembut seraya menarik lengan kiri Lily agar berdiri.
Gadis itu
tersentak saat JB menyentuh lengannya. Dia spontan mundur selangkah dan menatap
pria muda itu dengan ekspresi terkejut di matanya.
“Are you real?”
tanyanya, kembali menjadi gugup.
“Kau merasa gugup
lagi? Ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Berhentilah gugup di hadapanku!
Aku takkan memakanmu, Lily. Apa kau masih belum terbiasa dengan kehadiranku?”
JB tampak tak percaya karena hingga kini gadis itu masih tampak gugup bila
berdekatan dengannya.
Lily terdiam tak
menjawab, dia kembali menjadi gadis yang pemalu dan hanya berdiri menatap
lantai dengan gugup. JB benar-benar frustasi melihatnya. Tanpa pikir panjang
dia berjalan mendekati gadis itu yang tampak ketakutan.
“Kau mau apa?”
tanya Lily gugup.
“Apa kau tahu aku
begitu merindukanmu? Bukan reaksi seperti ini yang kuharapkan darimu.” Ujar JB
tampak serius.
“I...itu...” Lily
benar-benar tak tahu harus menjawab apa.
“Aku berharap kau
akan gembira melihatku atau setidaknya berkata dengan ceria, “Jae Bumie, aku
senang melihatmu lagi.” Bagaimana caranya agar aku bisa selangkah lebih dekat
denganmu? Jangan lari, Lily. Berhentilah takut padaku.” Pinta JB tampak
benar-benar frustasi.
Lily terus
berjalan mundur dengan panik saat tiba-tiba tidak sengaja kakinya tersandung
apa pun itu yang ada di belakangnya dan membuatnya hampir terjengkang ke
belakang. Dia hampir saja terjatuh jika saja JB tidak menangkap tubuhnya tepat
waktu.
“Awas!” ujar JB
dengan sigap segera menangkap tubuh Lily agar tak terjatuh ke lantai.
Tangan JB ada di
pinggang gadis itu dan mereka saling memandang dalam jarak yang berdekatan.
Jantung Lily berdetak lebih cepat dari biasanya saat perlahan tapi pasti, JB
mulai menundukkan wajahnya dan mencium bibir gadis itu lembut.
Terlalu terkejut
untuk bereaksi, Lily hanya mematung saat JB menciumnya. “Aku merindukanmu.
Sangat.” Bisik JB di sela ciumannya sebelum kembali melumat bibir Lily dengan
lembut.
“Apa aku sedang
bermimpi lagi?” ujar Lily dalam hati, masih belum percaya apa yang terjadi.
“Oh ya Tuhan...”
ujar Ibu JB yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar perawatan Lily dan tak sengaja
menangkap basah putranya sedang berciuman mesra dengan gadis yang sudah
menyelamatkan nyawanya. Tangan JB terlihat memeluk pinggang gadis itu erat.
Mendengar suara ibunya,
spontan JB menoleh kaget dengan wajah semerah tomat. “Eomma...” ujarnya tampak
malu.
“Wah, putra Ibu
sudah dewasa sekarang. Kau bahkan tahu bagaimana cara mencium seorang wanita.”
Goda ibunya.
Lily spontan
melepaskan pelukan JB dan berjalan menjauh darinya. Dia duduk di atas ranjang
perawatannya dengan wajah tertunduk gugup dan jantung berdetak kencang.
“Jantung bodoh.
Berhentilah berdetak sekencang itu! Kau membuatku semakin gugup.” Lily memarahi
jantungnya sendiri.
“Lihat apa yang
Ibu lakukan! Ibu membuatnya semakin takut padaku.” Bisik JB frustasi pada
Ibunya.
“Dasar anak bodoh!
Apa kau tak tahu bagaimana menghadapi seorang wanita? Jika kau memang
menyukainya maka kau harus bersabar dan menunjukkan ketulusanmu.” Ibu JB
memarahi putranya yang tampak kacau saat ini.
“Kau benar-benar
menyukainya?” tanya Ibu memastikan. JB mengangguk malu, “Aku selalu ingin
bertemu dengannya setiap waktu. Aku ingin melihatnya, aku ingin mendengar
suaranya, aku ingin memeluknya, aku ingin menciumnya dan aku kesal saat melihat
Jin Young bersikap lembut padanya. Katakan padaku perasaan apa itu, Ibu?” JB
bertanya pada ibunya dengan wajah frustasi.
“I think you fall
in love with her.” Ujar sang Ibu lembut seraya menepuk pelan punggung putranya.
“Bagaimana dengan
gadis itu? Apa dia juga menyukaimu?” tanya sang Ibu dan JB mengangguk
membenarkan.
“Baguslah kalau
begitu.” Jawab sang Ibu, tanpa tahu masalahnya.
“Tapi dia menyukai
JB di atas panggung, bukan pria biasa Im Jae Bum. Dia tidak percaya dengan apa
yang kurasakan. Aku tak tahu bagaimana cara meyakinkannya.” Jawab JB sedih.
“Serahkan pada
Ibu. Ibu akan membantumu.” Ujar Sang Ibu seraya tersenyum lembut pada putranya
lalu mulai berjalan mendekati Lily yang hanya terduduk diam di atas tempat
tidurnya.
“Hallo, Lily...”
Sapa Ibu JB memulai kalimatnya seraya menatap gadis itu dengan lembut.
“Selamat siang,
Nyonya. Boleh aku tahu siapa Anda?” tanya Lily dengan sopan, dia bangkit
berdiri sejenak dari duduknya dan membungkuk memberi hormat. Ibu JB tampak
senang dengan sopan santun yang dimilikinya.
“Aku adalah wanita
yang kau selamatkan tadi. Terima kasih banyak, Nak. Jika bukan karena kau
menyelamatkan aku, mungkin akulah yang sekarang terbaring di tempat tidur.”
Jawab Ibu JB seraya duduk di samping Lily dan menggenggam tangannya lembut.
“Aku berhutang
padamu. Terima kasih sudah menyelamatkan aku dan juga putraku waktu itu. Aku
sudah mendengarnya dari JB. Terima kasih sekali lagi. Kau gadis yang baik.”
Lanjutnya dengan menunjukkan senyum keibuannya.
"JB?” Lily tampak
tak percaya dengan apa yang didengarnya.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar