Masih bertema Keajaiban
Natal dan masih dengan GOT7 Fanfiction. Ada yang nanya gak kira-kira kenapa kok
dikasih judul “Keajaiban Natal” alias “Christmas Miracle”? Kalau yang baca
sejak awal chapter, pasti sudah bisa menebak. “Keajaiban Natal” karena memang
adalah suatu KEAJAIBAN kalau ada seorang Idola yang benar-benar menyukai
Fansnya, apalagi Fansnya adalah Fans yang berbeda negara. Keajaiban dong ya
pasti. Dan karena ini terjadi di bulan Desember yang merupakan moment Natal
jadilah judul “Christmas Miracle” alias “Keajaiban Natal”. Gitu ceritanya
pemirsa. Oke deh, daripada berlama-lama, buat yang gak sabar pengen baca
kelanjutannya, let’s read this story below... Untuk Ahgase yang gak punya
Wattpad jadi Author nulis ulang di blog.
“Christmas Miracle – Chapter 10 (GOT7 Christmas Edition)”
Chapter 10 : Christmas Miracle
“Aku berhutang
padamu. Terima kasih sudah menyelamatkan aku dan juga putraku waktu itu. Aku
sudah mendengarnya dari JB. Terima kasih sekali lagi. Kau gadis yang baik.”
Lanjutnya dengan menunjukkan senyum keibuannya.
“JB?” Lily tampak
tak percaya dengan apa yang didengarnya.
“Benar. JB adalah
putraku. Kau sudah mendengar bagaimana tadi dia memanggilku, kan?” jawab Ibu JB
dengan lembut.
“Kupikir aku hanya
salah mendengar. Anda benar-benar Ibu JB?” ulang sekali lagi. Wanita itu
mengangguk sekali lagi.
“Ohhhh...JB punya
Ibu yang cantik, itu sebabnya dia sangat tampan. Sepertinya dia mewarisinya
dari Anda.” Ujar Lily malu-malu. Ibu JB menunjukkan senyum bangga di wajahnya.
“Apa kau menyukai
putraku?” tanyanya lagi. Lily mengangguk malu dengan semburat merah di
wajahnya. JB yang berdiri di sudut kamar tampak tersenyum senang mendengar
jawaban Lily. Tapi senyumnya langsung memudar begitu mendengar kalimat Lily
berikutnya.
“Dia adalah
idolaku. Di antara semua member GOT7, dia adalah favoritku.” Jawab Lily dengan
ceria, tak menyadari raut kecewa dari wajah JB.
“Kau hanya
menyukainya hanya sebagai seorang artis?” tanya Sang Ibu saat menangkap sekilas
raut kecewa di wajah putranya.
“Aku tak berani
bermimpi terlalu tinggi. Aku tak berani bermimpi idolaku akan jatuh cinta
padaku. Itu terlalu indah untuk jadi nyata. Mungkin hal seperti itu hanya bisa
terjadi dalam drama.” Jawab Lily dengan jujur, sadar akan posisinya.
“Dia adalah
bintang yang bersinar terang di langit malam, sementara aku hanyalah butiran
debu di tanah. Jalan kami tidak seharusnya bersinggungan. Aku menyadari
posisiku. Aku tahu bagaimana harus menempatkan diriku.” Lanjut Lily dengan
rendah hati.
“Tapi putraku
bilang dia menyukaimu, sayang.” Ujar Sang Ibu berusaha meyakinkan Lily.
Lily menggeleng
sedih, “Tidak. Kurasa JB salah paham terhadap perasaannya sendiri. Itu bukan
suka, dia hanya merasa berterima kasih padaku karena aku telah menyelamatkan
nyawanya. Itu saja.” Jawab Lily sedih.
“Kenapa kau tidak
memberinya kesempatan untuk membuktikan?” Sang Ibu terlihat ingin meminta
kesempatan untuk putranya.
“Aku takut.” Jawab
Lily singkat seraya menundukkan wajahnya sedih.
“Apa yang kau takutkan?”
Sang Ibu terus menuntut sebuah jawaban.
“Aku takut jika
aku terlalu dekat dengannya, maka aku akan menyukainya lebih dari seorang Fans.
Aku takut jika aku terlanjur jatuh cinta padanya, suatu saat dia akan
mencampakkan aku jika dia sudah merasa bosan.” Jawab Lily jujur.
“Dan jika dia
benar-benar mencampakkan aku, saat itu aku tidak akan bisa menuntut keadilan
untuk diriku. Kenapa? Karena dia adalah seorang Superstar, sedang aku hanyalah
seorang Fans. Aku takut aku akan dicampakkan. Itu saja,” lanjut Lily dengan
lirih.
“Kenapa kau
berpikir suatu saat nanti dia akan mencampakkanmu?” tanya Sang Ibu ingin tahu.
“Karena dia
seorang Idola, seorang Superstar. Dia lebih pantas bersanding dengan sesama
idol atau setidaknya sosialita, mungkin paling tidak seorang putri Chaebol
Korea, bukan gadis biasa yang tak punya apa-apa sepertiku.” Jawab Lily dengan
jujur dengan raut wajah yang sedih.
“Jae Bum bukan
orang seperti itu. Dia bukan type orang yang akan menyukai seorang gadis
berdasarkan status, kecantikan atau kedudukan sosial mereka. Karena cinta
sejati datang dari dalam hati, bukan dari kekayaan atau dari yang lain.” Jawab
Sang Ibu lembut.
“Kukatakan padamu
sebuah rahasia. Ini pertama kalinya Jae Bum memberitahuku dengan
terang-terangan bahwa dia menyukai seorang wanita. Kaulah wanita pertama yang dia
ceritakan padaku. Tak ada yang lain sebelum kau.” Ujar Ibu JB membuat Lily
tersipu malu.
“Kenapa Anda
menjelaskan semua ini padaku, Nyonya? Apa Jae Bum yang meminta Anda
mengatakannya?” tanya Lily dengan senyum geli di wajahnya.
“Nyonya? Jangan
panggil aku Nyonya. Itu tidak enak didengar. Kau bisa memanggilku Ibu jika
tidak keberatan. Eomoni bukankah lebih nyaman didengar?” ujar Ibu JB tampak tak
nyaman dengan panggilan Nyonya yang diberikan Lily padanya.
“Eomoni?” ulang
Lily tampak canggung.
“Benar. Kurasa itu
lebih nyaman daripada panggilan Nyonya. Lagipula, kau sudah kuanggap sebagai
putriku sendiri. Putri yang tak pernah kumiliki.” Jawab Ibu JB dengan sabar dan
penuh senyuman hangat.
“Anda sudah
memiliki putra yang hebat, kurasa Anda tidak membutuhkan putri lagi.” Sahut
Lily merendah.
“Tapi aku ingin
kau jadi putriku. Aku selalu menginginkan anak perempuan tapi Tuhan tak pernah
memberikannya padaku.” Ibu JB tampak benar-benar menyukai Lily yang rendah hati.
“Apa Anda
melakukan ini karena aku telah menyelamatkan nyawa Anda?” tanya Lily ingin
tahu.
“Tidak perlu
seperti itu. Aku melakukannya secara spontan. Karena rasa kemanusiaan, bukan
untuk meminta imbalan.” Jawab Lily rendah hati.
“Itu adalah salah
satu alasannya. Tapi terlepas dari kau menyelamatkan aku, aku juga sangat
menyukaimu. Kau gadis yang baik dan rendah hati, tak salah jika putraku Jae Bum
jatuh hati padamu. Itu sebabnya aku ingin kau jadi putriku.” Jawab Ibu JB
menjelaskan alasannya.
“Ibu, aku tak
sengaja Lily jadi putrimu.” JB mendadak memprotes keinginan ibunya.
“Ah ya...benar.
Kau ingin dia jadi menantu Ibu, kan?” goda Ibunya mengerti, membuat sepasang
muda mudi itu menjadi malu.
“Itu...Maksudku.
Iya. Tapi dia...” JB bingung bagaimana harus menjelaskannya.
“Dasar anak bodoh!
Kau bisa memimpin sebuah grup, masak merebut hati seorang wanita saja kau tak
sanggup? Tidak berguna!” omel Ibunya seraya menggelengkan kepalanya pasrah.
Lily tersenyum melihatnya, baginya ini sangat lucu melihat JB yang terlihat
cool di hadapan orang lain tapi menjadi anak yang penurut di depan ibunya.
“Kau lihat, kan?
Aku punya putra yang tidak berguna.” Canda sang Ibu sambil tersenyum lembut
pada Lily.
Lily baru saja
akan mengatakan sesuatu saat tba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Kepala Sekolah
Kim masuk dengan cemas.
“Oh Lily sayang,
kau tidak apa-apa, kan? Maafkan aku terlambat menjengukmu. Sebenarnya aku sudah
datang sejak tadi hanya saja aku bicara dulu dengan Dokter yang menanganimu.”
Ujar Kepala Sekolah Kim lalu duduk di samping Lily yang lain.
“Tidak apa-apa,
Kepala Sekolah. Selain tangan kananku yang masih sakit, aku baik-baik saja.”
jawab Lily sambil tersenyum menenangkan.
“Oh syukurlah
kalau begitu.” Jawab Kepala Sekolah Kim terdengar lega.
“Tapi, bisakah aku
keluar dari Rumah Sakit sekarang? Hari ini adalah hari Natal. Aku ingin pergi
ke gereja lalu merayakan Natal di sekolah. Bukankah aku datang kemari untuk
menghadiri undangan Perayaan Natal SMU Ewha? Sangat tidak lucu jika ternyata
aku harus berada di sini hari ini.” pinta Lily dengan memohon.
“Jika kau merasa
tidak apa-apa...” Kepala Sekolah masih tampak khawatir.
“Aku baik-baik
saja.” Potong Lily dengan cepat. Wanita setengah baya itu tampak berpikir lalu
kemudian mengangguk menyetujui.
“Baiklah. Kalau
begitu, aku akan mengurus biaya administrasinya.” Ujar Kepala Sekolah Kim.
“Oh tidak tidak.
Lily seperti ini demi menyelamatkan aku, jadi akulah yang harus menanggung
biaya perawatannya. Jae Bum-ah, tolong kau bantu Ibu mengurus masalah ini.”
perintah sang Ibu pada putranya.
“Ne, Eomma...”
jawab JB dengan patuh dan segera membuka pintu untuk pergi mengurus masalah ini,
tapi ternyata Kepala Sekolah Kim menghentikannya.
“Oh tidak perlu,
anak muda. Lily adalah tamu istimewaku, aku yang bertanggung jawab padanya
selama dia tinggal di sini. Ini tanggung jawabku.” Ujar Kepala Sekolah Kim.
“Jae Bum-ah,
tunggu apalagi? Kau urus semuanya untuk ibu.” Lagi, sang Ibu memberi perintah.
JB mengangguk lalu segera bergegas keluar, tapi Kepala Sekolah Kim berlari
mengejarnya.
“Anda tidak perlu
repot-repot melakukan ini, Nyonya.” Ujar Lily sungkan.
“Eomoni.” Potong
wanita itu mengingatkan.
“Ah iya...Eomoni.”
jawab Lily pasrah.
“Aku benar-benar
ingin kau jadi putriku. Sungguh. Kau gadis yang baik hati dan lembut, kau adalah
kandidat yang tepat untuk calon istri putraku.” Ujar sang Ibu memohon.
“Tapi...” Lily tak
tahu harus menjawab apa.
“Apa? Kau takut
Jae Bum akan mencampakkanmu setelah dia bosan denganmu, kan? Aku pastikan dia
bukan orang seperti itu. Aku sangat mengenal putraku. Jae Bum tak mudah jatuh
cinta, jika dia mencintai seseorang, dia akan memberikan seluruh hatinya.” Ujar
Sang Ibu, mencoba membuat Lily percaya.
“Setidaknya
berikan dia kesempatan.” Lanjutnya lagi.
“Tapi aku tak
ingin merusak karirnya. GOT7 sedang ada di puncak tangga. Semua mata memandang
ke arah mereka. Aku tak ingin merusak masa depan JB yang cerah.” Jawab Lily
pengertian.
“Siapa bilang kau
merusak masa depan GOT7? TIDAK, sayang. Mungkin justru kaulah yang nantinya
akan membuatnya menjadi lebih bersemangat.” Jawab Sang Ibu dengan sabar.
“Atau kau takut
jangan-jangan JB tak punya waktu untukmu mengingat jadwalnya yang begitu
padat?” tebak sang Ibu.
Lily hanya
tersenyum manis dan menggeleng pelan, “Aku tahu GOT7 sangat sibuk. Aku tahu dia
takkan punya waktu untukku. Aku juga tak meminta dia menyisakan waktu untukku.
Aku sudah cukup bahagia bisa melihatnya bernyanyi di atas panggung. Hanya hal
sederhana itu.” jawab Lily dengan rendah hati.
“Kau benar-benar
sangat manis. Jae Bum tidak salah memberikan hatinya padamu.” Puji Ibu JB yang
hanya membuat Lily semakin malu.
“Apa kau tidak
ingin bekerja di sini dan tinggal bersamaku, sayang?” lagi, Ibu JB mencoba
membujuk Lily.
“Sebenarnya Kepala
Sekolah Kim sudah menawariku untuk bekerja dengannya. Hanya saja aku tidak tahu
harus menjawab apa. Aku takut keluargaku tidak setuju dan aku juga tidak enak
hati pada Kepala Sekolah Maria.” Jawab Lily jujur.
Dia sudah mulai
menyukai wanita ini. Tidak seperti putranya yang selalu membuat Lily gugup,
wanita ini membuatnya merasa hangat dan nyaman, bagaikan bersama seorang Ibu.
“Benarkah? Itu
bagus sekali. Kau bisa bekerja di sekolah dan tinggal bersamaku di rumahku.
Jangan khawatirkan soal Jae Bum. Jika dia yang selalu membuatmu gugup, maka kau
tak perlu khawatir karena dia jarang pulang ke rumah. Kau tahu jadwal GOT7
sangat padat, Jae Bum tinggal di asrama bersama teman-temannya dan dia hanya
pulang ke rumah mungkin hanya sekali dalam setahun.” Ujar Sang Ibu.
“Aku dan suamiku
sangat kesepian. Jadi aku sangat berharap kau bisa menemani wanita tua yang
malang ini saat putraku tak bisa melakukannya.” Lanjut Ibu JB, mencoba
mengambil simpati Lily.
Lagi-lagi saat
Lily ingin mengatakan sesuatu, pintu kamar itu kembali terbuka. JB dan Kepala
Sekolah Kim melangkah masuk ke dalam kamar.
“Harusnya kau
tidak perlu melakukan itu, anak muda.” Ujar Kepala Sekolah Kim yang
mengindikasikan bahwa JB-lah yang membayar biaya Rumah Sakitnya, lagi, seperti
waktu itu.
“Jadi, kau yang
membayarnya, Jae Bumie?” tanya Lily pada JB. JB mengangguk sambil tersenyum
manis.
“Terima kasih
banyak.” Jawab Lily dengan sopan.
“Aku hanya ingin
kau cepat sembuh.” Ujar JB malu-malu.
“Kepala Sekolah
Kim, bolehkah aku mengundang Lily ke rumahku setelah acara di sekolah berakhir?
Kami akan mengadakan pesta Natal kecil-kecilan di rumah dan aku ingin
mengundang Lily sebagai ucapan terima kasihku. Kuharap kau tidak keberatan.”
Pinta Ibu JB pada Kepala Sekolah Kim.
“Jika Lily tidak
keberatan, aku tidak punya hak untuk melarang.” Jawab sang Kepala Sekolah.
“Terima kasih
sudah mengundangku, Eomoni. Aku akan datang jika itu tidak merepotkan Anda.”
Jawab Lily malu-malu, sementara JB tersenyum senang dari ujung sana.
“Baguslah kalau
begitu. Kepala Sekolah Kim, bolehkah aku bicara sebentar dengan Anda?” pinta Ibu
JB pada Kepala Sekolah Kim.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar