Minggu, 25 Desember 2016

Christmas Miracle – Chapter 10 (GOT7 Christmas Edition)



Masih bertema Keajaiban Natal dan masih dengan GOT7 Fanfiction. Ada yang nanya gak kira-kira kenapa kok dikasih judul “Keajaiban Natal” alias “Christmas Miracle”? Kalau yang baca sejak awal chapter, pasti sudah bisa menebak. “Keajaiban Natal” karena memang adalah suatu KEAJAIBAN kalau ada seorang Idola yang benar-benar menyukai Fansnya, apalagi Fansnya adalah Fans yang berbeda negara. Keajaiban dong ya pasti. Dan karena ini terjadi di bulan Desember yang merupakan moment Natal jadilah judul “Christmas Miracle” alias “Keajaiban Natal”. Gitu ceritanya pemirsa. Oke deh, daripada berlama-lama, buat yang gak sabar pengen baca kelanjutannya, let’s read this story below... Untuk Ahgase yang gak punya Wattpad jadi Author nulis ulang di blog.

“Christmas Miracle – Chapter 10 (GOT7 Christmas Edition)”




Chapter 10 : Christmas Miracle

“Aku berhutang padamu. Terima kasih sudah menyelamatkan aku dan juga putraku waktu itu. Aku sudah mendengarnya dari JB. Terima kasih sekali lagi. Kau gadis yang baik.” Lanjutnya dengan menunjukkan senyum keibuannya.

“JB?” Lily tampak tak percaya dengan apa yang didengarnya. 
“Benar. JB adalah putraku. Kau sudah mendengar bagaimana tadi dia memanggilku, kan?” jawab Ibu JB dengan lembut. 

“Kupikir aku hanya salah mendengar. Anda benar-benar Ibu JB?” ulang sekali lagi. Wanita itu mengangguk sekali lagi. 

“Ohhhh...JB punya Ibu yang cantik, itu sebabnya dia sangat tampan. Sepertinya dia mewarisinya dari Anda.” Ujar Lily malu-malu. Ibu JB menunjukkan senyum bangga di wajahnya.

“Apa kau menyukai putraku?” tanyanya lagi. Lily mengangguk malu dengan semburat merah di wajahnya. JB yang berdiri di sudut kamar tampak tersenyum senang mendengar jawaban Lily. Tapi senyumnya langsung memudar begitu mendengar kalimat Lily berikutnya.

“Dia adalah idolaku. Di antara semua member GOT7, dia adalah favoritku.” Jawab Lily dengan ceria, tak menyadari raut kecewa dari wajah JB. 

“Kau hanya menyukainya hanya sebagai seorang artis?” tanya Sang Ibu saat menangkap sekilas raut kecewa di wajah putranya.

“Aku tak berani bermimpi terlalu tinggi. Aku tak berani bermimpi idolaku akan jatuh cinta padaku. Itu terlalu indah untuk jadi nyata. Mungkin hal seperti itu hanya bisa terjadi dalam drama.” Jawab Lily dengan jujur, sadar akan posisinya.

“Dia adalah bintang yang bersinar terang di langit malam, sementara aku hanyalah butiran debu di tanah. Jalan kami tidak seharusnya bersinggungan. Aku menyadari posisiku. Aku tahu bagaimana harus menempatkan diriku.” Lanjut Lily dengan rendah hati.

“Tapi putraku bilang dia menyukaimu, sayang.” Ujar Sang Ibu berusaha meyakinkan Lily. 

Lily menggeleng sedih, “Tidak. Kurasa JB salah paham terhadap perasaannya sendiri. Itu bukan suka, dia hanya merasa berterima kasih padaku karena aku telah menyelamatkan nyawanya. Itu saja.” Jawab Lily sedih.

“Kenapa kau tidak memberinya kesempatan untuk membuktikan?” Sang Ibu terlihat ingin meminta kesempatan untuk putranya. 
“Aku takut.” Jawab Lily singkat seraya menundukkan wajahnya sedih. 
“Apa yang kau takutkan?” Sang Ibu terus menuntut sebuah jawaban. 

“Aku takut jika aku terlalu dekat dengannya, maka aku akan menyukainya lebih dari seorang Fans. Aku takut jika aku terlanjur jatuh cinta padanya, suatu saat dia akan mencampakkan aku jika dia sudah merasa bosan.” Jawab Lily jujur.

“Dan jika dia benar-benar mencampakkan aku, saat itu aku tidak akan bisa menuntut keadilan untuk diriku. Kenapa? Karena dia adalah seorang Superstar, sedang aku hanyalah seorang Fans. Aku takut aku akan dicampakkan. Itu saja,” lanjut Lily dengan lirih.

“Kenapa kau berpikir suatu saat nanti dia akan mencampakkanmu?” tanya Sang Ibu ingin tahu. 

“Karena dia seorang Idola, seorang Superstar. Dia lebih pantas bersanding dengan sesama idol atau setidaknya sosialita, mungkin paling tidak seorang putri Chaebol Korea, bukan gadis biasa yang tak punya apa-apa sepertiku.” Jawab Lily dengan jujur dengan raut wajah yang sedih.

“Jae Bum bukan orang seperti itu. Dia bukan type orang yang akan menyukai seorang gadis berdasarkan status, kecantikan atau kedudukan sosial mereka. Karena cinta sejati datang dari dalam hati, bukan dari kekayaan atau dari yang lain.” Jawab Sang Ibu lembut.

“Kukatakan padamu sebuah rahasia. Ini pertama kalinya Jae Bum memberitahuku dengan terang-terangan bahwa dia menyukai seorang wanita. Kaulah wanita pertama yang dia ceritakan padaku. Tak ada yang lain sebelum kau.” Ujar Ibu JB membuat Lily tersipu malu.

“Kenapa Anda menjelaskan semua ini padaku, Nyonya? Apa Jae Bum yang meminta Anda mengatakannya?” tanya Lily dengan senyum geli di wajahnya. 

“Nyonya? Jangan panggil aku Nyonya. Itu tidak enak didengar. Kau bisa memanggilku Ibu jika tidak keberatan. Eomoni bukankah lebih nyaman didengar?” ujar Ibu JB tampak tak nyaman dengan panggilan Nyonya yang diberikan Lily padanya.

“Eomoni?” ulang Lily tampak canggung. 
“Benar. Kurasa itu lebih nyaman daripada panggilan Nyonya. Lagipula, kau sudah kuanggap sebagai putriku sendiri. Putri yang tak pernah kumiliki.” Jawab Ibu JB dengan sabar dan penuh senyuman hangat.

“Anda sudah memiliki putra yang hebat, kurasa Anda tidak membutuhkan putri lagi.” Sahut Lily merendah. 

“Tapi aku ingin kau jadi putriku. Aku selalu menginginkan anak perempuan tapi Tuhan tak pernah memberikannya padaku.” Ibu JB tampak benar-benar menyukai Lily yang rendah hati. 
“Apa Anda melakukan ini karena aku telah menyelamatkan nyawa Anda?” tanya Lily ingin tahu. 

“Tidak perlu seperti itu. Aku melakukannya secara spontan. Karena rasa kemanusiaan, bukan untuk meminta imbalan.” Jawab Lily rendah hati.

“Itu adalah salah satu alasannya. Tapi terlepas dari kau menyelamatkan aku, aku juga sangat menyukaimu. Kau gadis yang baik dan rendah hati, tak salah jika putraku Jae Bum jatuh hati padamu. Itu sebabnya aku ingin kau jadi putriku.” Jawab Ibu JB menjelaskan alasannya.

“Ibu, aku tak sengaja Lily jadi putrimu.” JB mendadak memprotes keinginan ibunya. 
“Ah ya...benar. Kau ingin dia jadi menantu Ibu, kan?” goda Ibunya mengerti, membuat sepasang muda mudi itu menjadi malu.

“Itu...Maksudku. Iya. Tapi dia...” JB bingung bagaimana harus menjelaskannya. 
“Dasar anak bodoh! Kau bisa memimpin sebuah grup, masak merebut hati seorang wanita saja kau tak sanggup? Tidak berguna!” omel Ibunya seraya menggelengkan kepalanya pasrah. Lily tersenyum melihatnya, baginya ini sangat lucu melihat JB yang terlihat cool di hadapan orang lain tapi menjadi anak yang penurut di depan ibunya.

“Kau lihat, kan? Aku punya putra yang tidak berguna.” Canda sang Ibu sambil tersenyum lembut pada Lily.

Lily baru saja akan mengatakan sesuatu saat tba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Kepala Sekolah Kim masuk dengan cemas.

“Oh Lily sayang, kau tidak apa-apa, kan? Maafkan aku terlambat menjengukmu. Sebenarnya aku sudah datang sejak tadi hanya saja aku bicara dulu dengan Dokter yang menanganimu.” Ujar Kepala Sekolah Kim lalu duduk di samping Lily yang lain.

“Tidak apa-apa, Kepala Sekolah. Selain tangan kananku yang masih sakit, aku baik-baik saja.” jawab Lily sambil tersenyum menenangkan. 
“Oh syukurlah kalau begitu.” Jawab Kepala Sekolah Kim terdengar lega.

“Tapi, bisakah aku keluar dari Rumah Sakit sekarang? Hari ini adalah hari Natal. Aku ingin pergi ke gereja lalu merayakan Natal di sekolah. Bukankah aku datang kemari untuk menghadiri undangan Perayaan Natal SMU Ewha? Sangat tidak lucu jika ternyata aku harus berada di sini hari ini.” pinta Lily dengan memohon.

“Jika kau merasa tidak apa-apa...” Kepala Sekolah masih tampak khawatir. 
“Aku baik-baik saja.” Potong Lily dengan cepat. Wanita setengah baya itu tampak berpikir lalu kemudian mengangguk menyetujui. 
“Baiklah. Kalau begitu, aku akan mengurus biaya administrasinya.” Ujar Kepala Sekolah Kim. 

“Oh tidak tidak. Lily seperti ini demi menyelamatkan aku, jadi akulah yang harus menanggung biaya perawatannya. Jae Bum-ah, tolong kau bantu Ibu mengurus masalah ini.” perintah sang Ibu pada putranya.

“Ne, Eomma...” jawab JB dengan patuh dan segera membuka pintu untuk pergi mengurus masalah ini, tapi ternyata Kepala Sekolah Kim menghentikannya. 

“Oh tidak perlu, anak muda. Lily adalah tamu istimewaku, aku yang bertanggung jawab padanya selama dia tinggal di sini. Ini tanggung jawabku.” Ujar Kepala Sekolah Kim. 

“Jae Bum-ah, tunggu apalagi? Kau urus semuanya untuk ibu.” Lagi, sang Ibu memberi perintah. JB mengangguk lalu segera bergegas keluar, tapi Kepala Sekolah Kim berlari mengejarnya.

“Anda tidak perlu repot-repot melakukan ini, Nyonya.” Ujar Lily sungkan. 
“Eomoni.” Potong wanita itu mengingatkan. 
“Ah iya...Eomoni.” jawab Lily pasrah.  
“Aku benar-benar ingin kau jadi putriku. Sungguh. Kau gadis yang baik hati dan lembut, kau adalah kandidat yang tepat untuk calon istri putraku.” Ujar sang Ibu memohon. 
“Tapi...” Lily tak tahu harus menjawab apa.

“Apa? Kau takut Jae Bum akan mencampakkanmu setelah dia bosan denganmu, kan? Aku pastikan dia bukan orang seperti itu. Aku sangat mengenal putraku. Jae Bum tak mudah jatuh cinta, jika dia mencintai seseorang, dia akan memberikan seluruh hatinya.” Ujar Sang Ibu, mencoba membuat Lily percaya.

“Setidaknya berikan dia kesempatan.” Lanjutnya lagi. 
“Tapi aku tak ingin merusak karirnya. GOT7 sedang ada di puncak tangga. Semua mata memandang ke arah mereka. Aku tak ingin merusak masa depan JB yang cerah.” Jawab Lily pengertian.

“Siapa bilang kau merusak masa depan GOT7? TIDAK, sayang. Mungkin justru kaulah yang nantinya akan membuatnya menjadi lebih bersemangat.” Jawab Sang Ibu dengan sabar. 

“Atau kau takut jangan-jangan JB tak punya waktu untukmu mengingat jadwalnya yang begitu padat?” tebak sang Ibu.

Lily hanya tersenyum manis dan menggeleng pelan, “Aku tahu GOT7 sangat sibuk. Aku tahu dia takkan punya waktu untukku. Aku juga tak meminta dia menyisakan waktu untukku. Aku sudah cukup bahagia bisa melihatnya bernyanyi di atas panggung. Hanya hal sederhana itu.” jawab Lily dengan rendah hati.

“Kau benar-benar sangat manis. Jae Bum tidak salah memberikan hatinya padamu.” Puji Ibu JB yang hanya membuat Lily semakin malu. 
“Apa kau tidak ingin bekerja di sini dan tinggal bersamaku, sayang?” lagi, Ibu JB mencoba membujuk Lily.

“Sebenarnya Kepala Sekolah Kim sudah menawariku untuk bekerja dengannya. Hanya saja aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku takut keluargaku tidak setuju dan aku juga tidak enak hati pada Kepala Sekolah Maria.” Jawab Lily jujur.

Dia sudah mulai menyukai wanita ini. Tidak seperti putranya yang selalu membuat Lily gugup, wanita ini membuatnya merasa hangat dan nyaman, bagaikan bersama seorang Ibu.

“Benarkah? Itu bagus sekali. Kau bisa bekerja di sekolah dan tinggal bersamaku di rumahku. Jangan khawatirkan soal Jae Bum. Jika dia yang selalu membuatmu gugup, maka kau tak perlu khawatir karena dia jarang pulang ke rumah. Kau tahu jadwal GOT7 sangat padat, Jae Bum tinggal di asrama bersama teman-temannya dan dia hanya pulang ke rumah mungkin hanya sekali dalam setahun.” Ujar Sang Ibu.

“Aku dan suamiku sangat kesepian. Jadi aku sangat berharap kau bisa menemani wanita tua yang malang ini saat putraku tak bisa melakukannya.” Lanjut Ibu JB, mencoba mengambil simpati Lily.

Lagi-lagi saat Lily ingin mengatakan sesuatu, pintu kamar itu kembali terbuka. JB dan Kepala Sekolah Kim melangkah masuk ke dalam kamar. 

“Harusnya kau tidak perlu melakukan itu, anak muda.” Ujar Kepala Sekolah Kim yang mengindikasikan bahwa JB-lah yang membayar biaya Rumah Sakitnya, lagi, seperti waktu itu.

“Jadi, kau yang membayarnya, Jae Bumie?” tanya Lily pada JB. JB mengangguk sambil tersenyum manis. 
“Terima kasih banyak.” Jawab Lily dengan sopan. 
“Aku hanya ingin kau cepat sembuh.” Ujar JB malu-malu.

“Kepala Sekolah Kim, bolehkah aku mengundang Lily ke rumahku setelah acara di sekolah berakhir? Kami akan mengadakan pesta Natal kecil-kecilan di rumah dan aku ingin mengundang Lily sebagai ucapan terima kasihku. Kuharap kau tidak keberatan.” Pinta Ibu JB pada Kepala Sekolah Kim.

“Jika Lily tidak keberatan, aku tidak punya hak untuk melarang.” Jawab sang Kepala Sekolah. 
“Terima kasih sudah mengundangku, Eomoni. Aku akan datang jika itu tidak merepotkan Anda.” Jawab Lily malu-malu, sementara JB tersenyum senang dari ujung sana.

“Baguslah kalau begitu. Kepala Sekolah Kim, bolehkah aku bicara sebentar dengan Anda?” pinta Ibu JB pada Kepala Sekolah Kim.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar