Masih dalam
suasana Natal dan masih dengan Fanfiction Special Natal. Wishing you all Merry
Christmas and Happy New Year. Merry Christmas for GOT7 member. Merry Christmas
Ahgase and all the people who celebrates Christmas like me. Let’s jingle bells
rock. Hope all the one who read this will be blessing with a wonderful
christmas and new year... Let’s the story continue...
“Christmas Miracle – Chapter 2 (GOT7 Christmas Edition)”
Chapter 2 : Beautiful Beginning or maybe not?
“Oh tidak! JB-ssi,
awas!” ujar gadis itu, spontan mendorong JB dengan keras ke arah lain agar
tidak tertimpa lampu hias yang ada di atas
kepala mereka.
BRAAAKKK...Suara
benda terjatuh terdengar keras disertai erangan lirih menahan sakit,
“Aaarrrggh!” seorang gadis muda. Lily terjatuh tak jauh dari lampu
hias tersebut terjatuh. Dia tidak apa-apa hanya saja tangan
kanannya terkena
pecahan kaca dari lampu hias tersebut hingga sedikit
terluka dan berdarah.
“Kwenchana?” JB
spontan berlari ke sisi gadis itu dan menatapnya dengan rasa bersalah.
“Kau menyelamatkan
aku?” ujarnya tak percaya, menatap mata polos Lily dengan
ekspresi tak terbaca.
Lily hanya
menggeleng pelan seraya berkata, “I’m okay.” Ujarnya lirih dan gugup lalu
menarik tangan kanannya dan menyembunyikannya di belakang punggungnya.
“Coba kulihat
lukamu.” Pinta JB ingin menarik tangan gadis itu tapi gadis itu bergerak mundur
dengan gugup.
“Tidak perlu.
Sungguh! Aku hanya tidak beruntung.” Jawabnya dengan hati berdebar kencang,
panik dan gugup.
“Kau masih gugup
melihatku? Kau terluka karena menyelamatkan aku. Coba kulihat lukamu! Jika
parah maka kau harus ke Rumah Sakit.” Ujar JB tampak khawatir.
“Lalu aku harus
meninggalkan acara ini begitu saja? Aku tidak mau. Kau tahu berapa banyak uang
yang kuhabiskan untuk sampai di sini? Tiket pesawat, tiket fanmeeting, hotel
dll, aku mengeluarkan uang yang cukup banyak. Aku tak mau pergi sebelum acara
berakhir.” Jawab Lily keras kepala.
“Jae Bum-ah, ada
apa? Apa yang kau lakukan di sini? Cepat kembali ke tempat acara.” Seru seorang
pria di awal tiga puluhan.
“Manager Hyung,
gadis ini terluka karena menyelamatkan aku. Bisa kau tolong aku obati dia
dulu?” pinta JB pada Manajernya seraya menunjuk Lily yang masih terduduk di
lantai.
“Ya ampun. Lampu
hias itu hampir mengenaimu? Apa yang dilakukan pihak
penyelenggara? Bagaimana jika seandainya lampu hias ini benar-benar menimpamu tadi? Jadi ini suara keras yang tadi kudengar?
Bersyukurlah acara game di atas panggung sangat berisik jadi tak ada orang yang
mendengarnya di dalam sana.” Ujar Sang Manajer tampak lega.
“Aku selamat
karena dia menolongku. Hyung, aku harus segera kembali ke dalam. Tolong kau
bantu aku obati dia, ya.” Ujar JB meminta tolong dengan sopan. Manajernya
mengangguk mantap dan menepuk pundaknya menenangkannya.
“Tentu. Dia yang
telah menyelamatkan nyawamu. Kita berhutang padanya. Kau masuklah. Aku akan
mengantarnya ke Rumah Sakit.” Janji Sang Manajer.
Begitu Lily
mendengar soal Rumah Sakit, dia segera berdiri dengan panik. “Aku tidak
apa-apa. Kalian tidak perlu khawatir.” Ujarnya gugup lalu segera berlari masuk
ke dalam ruangan.
“Dia bisa bahasa
Korea?” tanya Sang Manajer kaget, tak menyangka bila ada fans yang bisa
berbahasa Korea di sini.
“Benar. Dia mendengar
dan mengerti semua yang kita bicarakan.” Jawab JB membenarkan.
“Tangannya
terluka. Darahnya bahkan masih tercecer di lantai.” Ujar Sang Manajer khawatir.
“Tolong bantu aku
selidiki gadis itu. Aku merasa bersalah telah membuatnya terluka. Setidaknya
aku ingin membantu mengobati lukanya. Bisa kau bantu aku cari tahu dia menginap
di mana?” Pinta JB sebelum kembali ke dalam ruangan tempat acara diadakan.
Lily mengepalkan
tangan kanannya, berusaha menahan rasa sakit di tangan kanannya karena tertimpa
lampu
hias. Rasanya sakit sekali. Dia tidak tahu sampai kapan dia
bisa menahan rasa nyerinya. Dia harus melakukan sesuatu untuk menghentikan
pendarahannya.
Jadi sebelum dia
kembali ke kursinya, dia kembali ke toilet untuk membersihkan darah yang
mengalir di tangan kanannya di wastafel secepat mungkin. Dia mencoba
membersihkan darahnya sebersih mungkin tapi sepertinya noda darah itu sudah
terlanjur mengenai cardigan putihnya.
Dia kembali
mengepalkan tangannya untuk mengurangi rasa sakitnya, tapi dia tahu itu tidak
ada gunanya karena luka di tangan kanannya masih terbuka. Dia butuh sesuatu
untuk membalut luka itu agar darahnya berhenti keluar.
Membasuh dengan
air hanya membersihkan darah yang sebelumnya mengotori tangannya tapi tidak
untuk darah yang akan terus keluar bila lukanya tidak segera diobati.
“Kenapa harus
tangan kanan? Bagaimana aku akan berjabat tangan dengan mereka? Aku
menghabiskan banyak uang bukan untuk berakhir seperti ini. Bodoh kau, Lily!”
dia memaki dirinya sendiri kesal. Lalu secepatnya kembali ke tempat duduknya
sebelum acara High Five itu dimulai.
“Kau ke mana saja?
Kenapa lama sekali? Sesi High Five-nya akan segera dimulai.” Ujar Stephanie
khawatir.
“Aku belum
terlambat, kan?” ujar Lily dengan gemetar, dia berusaha keras menahan rasa
sakit di tangannya.
“Oh ya Tuhan,
kenapa tangan kananmu? Itu darah, kan? Kau terluka? Bagaimana bisa?” Stephanie
terlihat khawatir saat tak sengaja melihat noda darah di cardigan putih
temannya.
“Sssssttt! Jangan
berisik, Van!” ujar Lily meminta temannya agar tak berisik.
“Oh lihat!
Penonton sudah mulai berdiri. Sekarang saatnya. Let’s go!” Lily segera berdiri
tanpa mempedulikan kekhawatiran temannya. Dia segera naik ke atas panggung dan
berdiri di barisan penonton untuk menunggu gilirannya ber-High Five dengan para
members GOT7.
“Annyeong.” Ujar
Jin Young dengan senyum yang ramah saat Lily berdiri di hadapannya. Dia
melambaikan tangannya dan mengajak ber-high five tapi Lily hanya terdiam ragu
seraya mengangkat tangan kanannya yang terluka dengan gugup.
“Oh...Your hand is
injure?” seru JinYoung dalam bahasa inggris yang cute saat melihat tangan kanan
Lily terluka. Suara yang lumayan keras sehingga membuat JB menoleh pada mereka.
Dia terdiam sesaat ketika melihat gadis yang sudah menyelamatkan nyawanya.
“I’m fine. Really.
But is that okay if I’m doing high touch with left hand?” tanya Lily dengan
gugup.
“NO WAY! Just wait
a moment.” Ujar Jin Young lalu segera berlari ke belakang panggung.
Tak lama kemudian,
seorang wanita setengah tua bertubuh pendek dan sedikit gendut mendadak muncul
di belakangnya dan menepuk pundak Lily lembut.
“Maaf Nona.
Bisakah kau ikut aku sebentar? Jin Young-ssi memintaku untuk mengobati lukamu
sebelum melanjutkan acaranya. Hanya sebentar saja dan kau bisa segera kembali
kemari.” Ujar wanita itu dalam bahasa inggris. Lily tampak ragu lalu kemudian
menoleh pada Jin Young yang tampak mengangguk riang.
“Tapi nanti aku
harus mengantri panjang lagi. Aku tidak mau itu.” protes Lily tampak tak rela
bila harus mengantri dari awal lagi.
“Tentu tidak.
Nanti kami akan memberimu ijin untuk langsung menyela dan kembali ke tempatmu
berada sekarang, tanpa perlu mengantri dari awal.” Janji staff wanita itu.
“Tapi ahgase lain
yang tidak tahu pasti akan marah padaku.” Lily tampak ragu.
“Mereka bisa apa
jika Jin Young sendiri yang menyuruhmu?” jawab si wanita, Lily sekali lagi
menoleh pada Jin Young yang mengangguk dengan manis dan memberi tanda segera
pergi.
Akhirnya karena
merasa tangannya memang sakit, Lily pun mengikuti staff wanita itu dan turun
dari atas panggung untuk kembali ke kursi penonton. Di sana staff wanita itu
mengobati tangannya dengan sabar. Tanpa mereka sadari, tatapan mata JB
mengamati mereka sedari tadi.
“Aaauuhh... Neomu
apha.” Lily mengernyit sakit dan mengeluh dalam bahasa korea.
“You can speaks
Korea?” tanya staff wanita itu. Lily mengangguk pelan.
“Aku pernah
menjadi siswa pertukaran pelajar Indonesia-Korea.” Jawab Lily sambil mundur
tangannya secara refleks saat merasa sakit.
“Kau pasti gadis
yang pintar. Jangan-jangan kaulah yang dicari oleh Jae Bum.” Ujar wanita itu
lagi.
"MWO?” Lily
tersentak mendengar JB mencarinya.
“Kenapa kau bisa terluka? Apa karena melindungi Jae Bum dari lampu
hias yang terjatuh? Jae Bum meminta Manajernya untuk
mencarimu di antara penonton dan membawamu ke Rumah Sakit. Dia merasa sangat
bersalah.” Jawab staff wanita itu menjelaskan.
“Ohhh...” jawab
Lily singkat.
“Hanya Oh?” tanya
si staff wanita itu heran.
“Lalu?” Lily
tampak tak mengerti.
“Fans yang lain
pasti akan ge-er lalu tertawa cekikikan dan berpikiran yang macam-macam.” Jawab
staff wanita itu menjelaskan.
“Oh ya? Aku
hanyalah seorang Fans dan JB adalah idolaku. Aku tahu di mana tempatku dan di
mana tempatnya. Jadi apa gunanya aku berpikir macam-macam? Untuk apa memikirkan
sesuatu yang sama sekali tidak benar? Dia hanya berterima kasih karena aku
telah menyelamatkan nyawanya. Hanya itu, kan?” jawab Lily santai saat staff wanita itu membalut telapak tangannya.
“Kau adalah contoh
Fans yang baik, mengerti posisimu, sopan dan pintar.” Puji wanita itu ramah.
“Ahhh...Sudah
selesai, ya? Boleh aku kembali ke atas panggung? Aku datang mahal-mahal kemari,
bukan untuk pulang dengan tangan kosong.” Jawab Lily mengalihkan pembicaraan.
“Tentu. Ayo kita
kembali ke tempatmu tadi.” Ujar si staff wanita.
“Terima kasih
sudah mengobati lukaku.” Ujar Lily sopan seraya membungkkukan badannya
berterima kasih.
“Terima kasih juga
sudah menyelamatkan Jae Bum kami. JYP seharusnya memberimu penghargaan.” Ujar
si staff wanita sementara Lily hanya tertawa.
“Aku tak minta penghargaan. Cukup ijinkan aku kembali ke tempatku tadi, karena
aku tak mau mengantri lagi.” Jawab Lily sambil tersenyum manis.
“Ayo.” Jawab staff
wanita itu lalu memberi tanda pada Fans lainya agar mundur sedikit dan
memberikan tempat pada Lily agar bisa segera kembali ke tempat di mana tadi dia
berdiri.
“Maaf. Kenapa
tiba-tiba kau menyela?” protes Fans yang berdiri di belakang Lily tak terima.
“Maaf Nona. Nona
ini sudah lebih dulu mengantri sebelum kau. Tapi karena tangannya terluka dan
Jin Young-ssi menyuruhku untuk mengobati lukanya lebih dulu jadi dia terpaksa
pergi meninggalkan barisannya. Sekarang tak adil rasanya jika menyuruhnya
mengantri lagi dari awal, benarkan?” ujar staff wanita memberikan penjelasan
dalam bahasa inggris.
“Siapa suruh tangannya
terluka? Apa sengaja ingin mendapatkan perhatian dari member GOT7?” gadis yang
berdiri di belakang Lily masih tampak tak rela dia disela begitu saja.
“Hanya orang bodoh
yang akan menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan perhatian artis idolanya.
Bagaimana jika seandainya si artis tak peduli? Bukankah itu artinya kau hanya
menyakiti dirimu sendiri?” sindir staff wanita tersebut.
“Itu...Aku...” si
gadis tersebut tampak bingung harus menjawab apa.
“Sudahlah tidak
apa-apa. Aku akan mengantri dari awal saja. Jangan membuat Ahgase lain menjadi
tidak senang. Terima kasih atas bantuan Anda.” Ujar Lily dengan sabar,
mengalah. Lalu dia kembali turun dari atas panggung dan mengantri di barisan
paling belakang.
Jin Young hanya
menatapnya tak enak karena dialah yang bersikeras bahwa Lily harus pergi
meninggalkan barisannya agar bisa diobati dan berjanji dia akan bisa kembali ke
tempatnya semula tapi nyatanya, gadis itu tetap harus mengantri sejak awal dan
membuatnya kini berada di barisan yang paling belakang.
Tanpa LIly sadari,
bukan hanya Jin Young yang menatapnya tak enak, tapi juga JB yang sedari tadi
hanya terdiam mengamatinya.
“Hei, kau tidak
apa-apa harus mengantri dari awal lagi? Mereka yang sudah mendapat tanda tangan
diminta segera keluar. Apa kau tidak apa-apa kutinggal sendirian? Aku akan
menunggumu di luar.” Ujar Stephanie pada Lily yang hanya mengangguk pelan
seraya menarik napas pasrah.
“Kau tunggulah di
luar. Antriannya masih sangat panjang. Kau berjalan-jalanlah dulu di
Supermarket, belanja atau sekedar melihat-lihat, terserah kau. Yang penting
lakukan yang kau sukai agar kau tidak bosan.” Ujar Lily pengertian.
“Baiklah. Aku
jalan-jalan dulu di bawah. Jika kau sudah selesai mendapatkan tanda tangan
mereka, BBM aku ya.” Ujar Stephanie menyetujui.
“Aku tahu.
Pergilah jalan-jalan. Belilah sesuatu untuk kita makan di hotel, ya.” Ujar Lily
lagi.
“Oke. BBM aku. Aku
jalan-jalan dulu.” Ujar gadis berkacamata itu sebelum pergi meninggalkan
ruangan acara.
Setelah temannya
pergi, Lily hanya berdiri dengan pasrah menunggu gilirannya. Dia menyadari
dialah penonton terakhir dan tak ada lagi orang lain di belakangnya. “Sial. Aku
benar-benar yang terakhir.” Gumamnya pasrah seraya mengerucutkan bibirnya.
Setelah hampir 1
jam menunggu, akhirnya tiba gilirannya untuk maju ke tempat Jin Young duduk.
Jin Young tersenyum lega saat melihat Lily kembali naik ke atas panggung.
“You are the last?
Finally, you are here. How was your hand? It so nice to see you again. I am
sorry, because of me...” Jin Young merasa bersalah karena Lily harus mengantri
sekali lagi dan berdiri di barisan yang paling belakang.
“No need to say
sorry, It’s not your fault anyway. And by the way, you can speaks Korean, I
understand what you guys says.” Jawab Lily sambil tersenyum malu.
“Ohhh...You can
speaks Korean?” Jin Young terlihat senang.
“Jinja?” kali ini
dalam bahasa Korea, Lily hanya mengangguk membenarkan.
“Hey guys, dia
bisa bahasa Korea jadi kalian tak perlu pakai bahasa inggris atau semacamnya.”
Jin Young memberi informasi pada teman-temannya seraya menunjuk ke arah Lily.
JB menoleh ke
arahnya, menatapnya lalu tersenyum manis. Senyuman yang membuat Lily gugup lalu
segera memalingkan wajahnya menghindari tatapan itu. JB tampak terkejut saat
Lily memalingkan wajahnya dan tak mau memandangnya, tapi dia berusaha sebisa
mungkin tidak menunjukkannya.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar