Minggu, 25 Desember 2016

Christmas Miracle – Chapter 2 (GOT7 Christmas Edition)



Masih dalam suasana Natal dan masih dengan Fanfiction Special Natal. Wishing you all Merry Christmas and Happy New Year. Merry Christmas for GOT7 member. Merry Christmas Ahgase and all the people who celebrates Christmas like me. Let’s jingle bells rock. Hope all the one who read this will be blessing with a wonderful christmas and new year... Let’s the story continue...

“Christmas Miracle – Chapter 2 (GOT7 Christmas Edition)”



Chapter 2 : Beautiful Beginning or maybe not?

“Oh tidak! JB-ssi, awas!” ujar gadis itu, spontan mendorong JB dengan keras ke arah lain agar tidak tertimpa lampu hias yang ada di atas kepala mereka.

BRAAAKKK...Suara benda terjatuh terdengar keras disertai erangan lirih menahan sakit, “Aaarrrggh!” seorang gadis muda. Lily terjatuh tak jauh dari lampu hias tersebut terjatuh. Dia tidak apa-apa hanya saja tangan kanannya terkena pecahan kaca dari lampu hias tersebut hingga sedikit terluka dan berdarah.

“Kwenchana?” JB spontan berlari ke sisi gadis itu dan menatapnya dengan rasa bersalah. 
“Kau menyelamatkan aku?” ujarnya tak percaya, menatap mata polos Lily dengan ekspresi tak terbaca.
Lily hanya menggeleng pelan seraya berkata, “I’m okay.” Ujarnya lirih dan gugup lalu menarik tangan kanannya dan menyembunyikannya di belakang punggungnya.

“Coba kulihat lukamu.” Pinta JB ingin menarik tangan gadis itu tapi gadis itu bergerak mundur dengan gugup. 

“Tidak perlu. Sungguh! Aku hanya tidak beruntung.” Jawabnya dengan hati berdebar kencang, panik dan gugup. 

“Kau masih gugup melihatku? Kau terluka karena menyelamatkan aku. Coba kulihat lukamu! Jika parah maka kau harus ke Rumah Sakit.” Ujar JB tampak khawatir.

“Lalu aku harus meninggalkan acara ini begitu saja? Aku tidak mau. Kau tahu berapa banyak uang yang kuhabiskan untuk sampai di sini? Tiket pesawat, tiket fanmeeting, hotel dll, aku mengeluarkan uang yang cukup banyak. Aku tak mau pergi sebelum acara berakhir.” Jawab Lily keras kepala.

“Jae Bum-ah, ada apa? Apa yang kau lakukan di sini? Cepat kembali ke tempat acara.” Seru seorang pria di awal tiga puluhan. 
“Manager Hyung, gadis ini terluka karena menyelamatkan aku. Bisa kau tolong aku obati dia dulu?” pinta JB pada Manajernya seraya menunjuk Lily yang masih terduduk di lantai.

“Ya ampun. Lampu hias itu hampir mengenaimu? Apa yang dilakukan pihak penyelenggara? Bagaimana jika seandainya lampu hias ini benar-benar menimpamu tadi? Jadi ini suara keras yang tadi kudengar? Bersyukurlah acara game di atas panggung sangat berisik jadi tak ada orang yang mendengarnya di dalam sana.” Ujar Sang Manajer tampak lega.

“Aku selamat karena dia menolongku. Hyung, aku harus segera kembali ke dalam. Tolong kau bantu aku obati dia, ya.” Ujar JB meminta tolong dengan sopan. Manajernya mengangguk mantap dan menepuk pundaknya menenangkannya.

“Tentu. Dia yang telah menyelamatkan nyawamu. Kita berhutang padanya. Kau masuklah. Aku akan mengantarnya ke Rumah Sakit.” Janji Sang Manajer.

Begitu Lily mendengar soal Rumah Sakit, dia segera berdiri dengan panik. “Aku tidak apa-apa. Kalian tidak perlu khawatir.” Ujarnya gugup lalu segera berlari masuk ke dalam ruangan. 
“Dia bisa bahasa Korea?” tanya Sang Manajer kaget, tak menyangka bila ada fans yang bisa berbahasa Korea di sini. 
“Benar. Dia mendengar dan mengerti semua yang kita bicarakan.” Jawab JB membenarkan. 
“Tangannya terluka. Darahnya bahkan masih tercecer di lantai.” Ujar Sang Manajer khawatir.

“Tolong bantu aku selidiki gadis itu. Aku merasa bersalah telah membuatnya terluka. Setidaknya aku ingin membantu mengobati lukanya. Bisa kau bantu aku cari tahu dia menginap di mana?” Pinta JB sebelum kembali ke dalam ruangan tempat acara diadakan.

Lily mengepalkan tangan kanannya, berusaha menahan rasa sakit di tangan kanannya karena tertimpa lampu hias. Rasanya sakit sekali. Dia tidak tahu sampai kapan dia bisa menahan rasa nyerinya. Dia harus melakukan sesuatu untuk menghentikan pendarahannya.

Jadi sebelum dia kembali ke kursinya, dia kembali ke toilet untuk membersihkan darah yang mengalir di tangan kanannya di wastafel secepat mungkin. Dia mencoba membersihkan darahnya sebersih mungkin tapi sepertinya noda darah itu sudah terlanjur mengenai cardigan putihnya.

Dia kembali mengepalkan tangannya untuk mengurangi rasa sakitnya, tapi dia tahu itu tidak ada gunanya karena luka di tangan kanannya masih terbuka. Dia butuh sesuatu untuk membalut luka itu agar darahnya berhenti keluar.

Membasuh dengan air hanya membersihkan darah yang sebelumnya mengotori tangannya tapi tidak untuk darah yang akan terus keluar bila lukanya tidak segera diobati.

“Kenapa harus tangan kanan? Bagaimana aku akan berjabat tangan dengan mereka? Aku menghabiskan banyak uang bukan untuk berakhir seperti ini. Bodoh kau, Lily!” dia memaki dirinya sendiri kesal. Lalu secepatnya kembali ke tempat duduknya sebelum acara High Five itu dimulai.

“Kau ke mana saja? Kenapa lama sekali? Sesi High Five-nya akan segera dimulai.” Ujar Stephanie khawatir. 
“Aku belum terlambat, kan?” ujar Lily dengan gemetar, dia berusaha keras menahan rasa sakit di tangannya. 

“Oh ya Tuhan, kenapa tangan kananmu? Itu darah, kan? Kau terluka? Bagaimana bisa?” Stephanie terlihat khawatir saat tak sengaja melihat noda darah di cardigan putih temannya. 
“Sssssttt! Jangan berisik, Van!” ujar Lily meminta temannya agar tak berisik.

“Oh lihat! Penonton sudah mulai berdiri. Sekarang saatnya. Let’s go!” Lily segera berdiri tanpa mempedulikan kekhawatiran temannya. Dia segera naik ke atas panggung dan berdiri di barisan penonton untuk menunggu gilirannya ber-High Five dengan para members GOT7.

“Annyeong.” Ujar Jin Young dengan senyum yang ramah saat Lily berdiri di hadapannya. Dia melambaikan tangannya dan mengajak ber-high five tapi Lily hanya terdiam ragu seraya mengangkat tangan kanannya yang terluka dengan gugup.

“Oh...Your hand is injure?” seru JinYoung dalam bahasa inggris yang cute saat melihat tangan kanan Lily terluka. Suara yang lumayan keras sehingga membuat JB menoleh pada mereka. Dia terdiam sesaat ketika melihat gadis yang sudah menyelamatkan nyawanya.

“I’m fine. Really. But is that okay if I’m doing high touch with left hand?” tanya Lily dengan gugup. 
“NO WAY! Just wait a moment.” Ujar Jin Young lalu segera berlari ke belakang panggung.

Tak lama kemudian, seorang wanita setengah tua bertubuh pendek dan sedikit gendut mendadak muncul di belakangnya dan menepuk pundak Lily lembut.

“Maaf Nona. Bisakah kau ikut aku sebentar? Jin Young-ssi memintaku untuk mengobati lukamu sebelum melanjutkan acaranya. Hanya sebentar saja dan kau bisa segera kembali kemari.” Ujar wanita itu dalam bahasa inggris. Lily tampak ragu lalu kemudian menoleh pada Jin Young yang tampak mengangguk riang.

“Tapi nanti aku harus mengantri panjang lagi. Aku tidak mau itu.” protes Lily tampak tak rela bila harus mengantri dari awal lagi. 

“Tentu tidak. Nanti kami akan memberimu ijin untuk langsung menyela dan kembali ke tempatmu berada sekarang, tanpa perlu mengantri dari awal.” Janji staff wanita itu. 
“Tapi ahgase lain yang tidak tahu pasti akan marah padaku.” Lily tampak ragu.

“Mereka bisa apa jika Jin Young sendiri yang menyuruhmu?” jawab si wanita, Lily sekali lagi menoleh pada Jin Young yang mengangguk dengan manis dan memberi tanda segera pergi.

Akhirnya karena merasa tangannya memang sakit, Lily pun mengikuti staff wanita itu dan turun dari atas panggung untuk kembali ke kursi penonton. Di sana staff wanita itu mengobati tangannya dengan sabar. Tanpa mereka sadari, tatapan mata JB mengamati mereka sedari tadi.

“Aaauuhh... Neomu apha.” Lily mengernyit sakit dan mengeluh dalam bahasa korea. 
“You can speaks Korea?” tanya staff wanita itu. Lily mengangguk pelan. 
“Aku pernah menjadi siswa pertukaran pelajar Indonesia-Korea.” Jawab Lily sambil mundur tangannya secara refleks saat merasa sakit. 
“Kau pasti gadis yang pintar. Jangan-jangan kaulah yang dicari oleh Jae Bum.” Ujar wanita itu lagi.

"MWO?” Lily tersentak mendengar JB mencarinya. 
“Kenapa kau bisa terluka? Apa karena melindungi Jae Bum dari lampu hias yang terjatuh? Jae Bum meminta Manajernya untuk mencarimu di antara penonton dan membawamu ke Rumah Sakit. Dia merasa sangat bersalah.” Jawab staff wanita itu menjelaskan. 

“Ohhh...” jawab Lily singkat. 
“Hanya Oh?” tanya si staff wanita itu heran. 
“Lalu?” Lily tampak tak mengerti. 
“Fans yang lain pasti akan ge-er lalu tertawa cekikikan dan berpikiran yang macam-macam.” Jawab staff wanita itu menjelaskan.

“Oh ya? Aku hanyalah seorang Fans dan JB adalah idolaku. Aku tahu di mana tempatku dan di mana tempatnya. Jadi apa gunanya aku berpikir macam-macam? Untuk apa memikirkan sesuatu yang sama sekali tidak benar? Dia hanya berterima kasih karena aku telah menyelamatkan nyawanya. Hanya itu, kan?” jawab Lily santai saat staff wanita itu membalut telapak tangannya.

“Kau adalah contoh Fans yang baik, mengerti posisimu, sopan dan pintar.” Puji wanita itu ramah. 
“Ahhh...Sudah selesai, ya? Boleh aku kembali ke atas panggung? Aku datang mahal-mahal kemari, bukan untuk pulang dengan tangan kosong.” Jawab Lily mengalihkan pembicaraan.

“Tentu. Ayo kita kembali ke tempatmu tadi.” Ujar si staff wanita. 
“Terima kasih sudah mengobati lukaku.” Ujar Lily sopan seraya membungkkukan badannya berterima kasih. 

“Terima kasih juga sudah menyelamatkan Jae Bum kami. JYP seharusnya memberimu penghargaan.” Ujar si staff wanita sementara Lily hanya tertawa. 

“Aku tak minta penghargaan. Cukup ijinkan aku kembali ke tempatku tadi, karena aku tak mau mengantri lagi.” Jawab Lily sambil tersenyum manis. 

“Ayo.” Jawab staff wanita itu lalu memberi tanda pada Fans lainya agar mundur sedikit dan memberikan tempat pada Lily agar bisa segera kembali ke tempat di mana tadi dia berdiri.

“Maaf. Kenapa tiba-tiba kau menyela?” protes Fans yang berdiri di belakang Lily tak terima. 
“Maaf Nona. Nona ini sudah lebih dulu mengantri sebelum kau. Tapi karena tangannya terluka dan Jin Young-ssi menyuruhku untuk mengobati lukanya lebih dulu jadi dia terpaksa pergi meninggalkan barisannya. Sekarang tak adil rasanya jika menyuruhnya mengantri lagi dari awal, benarkan?” ujar staff wanita memberikan penjelasan dalam bahasa inggris.

“Siapa suruh tangannya terluka? Apa sengaja ingin mendapatkan perhatian dari member GOT7?” gadis yang berdiri di belakang Lily masih tampak tak rela dia disela begitu saja.

“Hanya orang bodoh yang akan menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan perhatian artis idolanya. Bagaimana jika seandainya si artis tak peduli? Bukankah itu artinya kau hanya menyakiti dirimu sendiri?” sindir staff wanita tersebut.

“Itu...Aku...” si gadis tersebut tampak bingung harus menjawab apa. 
“Sudahlah tidak apa-apa. Aku akan mengantri dari awal saja. Jangan membuat Ahgase lain menjadi tidak senang. Terima kasih atas bantuan Anda.” Ujar Lily dengan sabar, mengalah. Lalu dia kembali turun dari atas panggung dan mengantri di barisan paling belakang.

Jin Young hanya menatapnya tak enak karena dialah yang bersikeras bahwa Lily harus pergi meninggalkan barisannya agar bisa diobati dan berjanji dia akan bisa kembali ke tempatnya semula tapi nyatanya, gadis itu tetap harus mengantri sejak awal dan membuatnya kini berada di barisan yang paling belakang.

Tanpa LIly sadari, bukan hanya Jin Young yang menatapnya tak enak, tapi juga JB yang sedari tadi hanya terdiam mengamatinya.

“Hei, kau tidak apa-apa harus mengantri dari awal lagi? Mereka yang sudah mendapat tanda tangan diminta segera keluar. Apa kau tidak apa-apa kutinggal sendirian? Aku akan menunggumu di luar.” Ujar Stephanie pada Lily yang hanya mengangguk pelan seraya menarik napas pasrah.

“Kau tunggulah di luar. Antriannya masih sangat panjang. Kau berjalan-jalanlah dulu di Supermarket, belanja atau sekedar melihat-lihat, terserah kau. Yang penting lakukan yang kau sukai agar kau tidak bosan.” Ujar Lily pengertian.

“Baiklah. Aku jalan-jalan dulu di bawah. Jika kau sudah selesai mendapatkan tanda tangan mereka, BBM aku ya.” Ujar Stephanie menyetujui. 
“Aku tahu. Pergilah jalan-jalan. Belilah sesuatu untuk kita makan di hotel, ya.” Ujar Lily lagi. 
“Oke. BBM aku. Aku jalan-jalan dulu.” Ujar gadis berkacamata itu sebelum pergi meninggalkan ruangan acara.

Setelah temannya pergi, Lily hanya berdiri dengan pasrah menunggu gilirannya. Dia menyadari dialah penonton terakhir dan tak ada lagi orang lain di belakangnya. “Sial. Aku benar-benar yang terakhir.” Gumamnya pasrah seraya mengerucutkan bibirnya.

Setelah hampir 1 jam menunggu, akhirnya tiba gilirannya untuk maju ke tempat Jin Young duduk. Jin Young tersenyum lega saat melihat Lily kembali naik ke atas panggung.

“You are the last? Finally, you are here. How was your hand? It so nice to see you again. I am sorry, because of me...” Jin Young merasa bersalah karena Lily harus mengantri sekali lagi dan berdiri di barisan yang paling belakang.

“No need to say sorry, It’s not your fault anyway. And by the way, you can speaks Korean, I understand what you guys says.” Jawab Lily sambil tersenyum malu. 
“Ohhh...You can speaks Korean?” Jin Young terlihat senang. 
“Jinja?” kali ini dalam bahasa Korea, Lily hanya mengangguk membenarkan. 
“Hey guys, dia bisa bahasa Korea jadi kalian tak perlu pakai bahasa inggris atau semacamnya.” Jin Young memberi informasi pada teman-temannya seraya menunjuk ke arah Lily.

JB menoleh ke arahnya, menatapnya lalu tersenyum manis. Senyuman yang membuat Lily gugup lalu segera memalingkan wajahnya menghindari tatapan itu. JB tampak terkejut saat Lily memalingkan wajahnya dan tak mau memandangnya, tapi dia berusaha sebisa mungkin tidak menunjukkannya.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar