Singapore Fanmeeting.
Well, berhubung penulis merasa bahwa Jakarta tak aman, jadinya milih Singapore
Fanmeeting aja deh hehehe =) GOT7 bakal datang ke Indo loh bulan Februari 2017,
siapa nih yang pengen dateng? Semoga sukses dan lancar acaranya ya. Trust me,
they all so handsome and nice. Well, this is my story when I meet them in
Singapore. But I’m not lucky enough to get picked by them on the game session.
Nevermind. Seeing JB in person is already a Christmas Miracle to me. So, let’s
the story continues... Untuk kalian yang gak punya wattpad, penulis share ulang
di blog...
“Christmas Miracle – Chapter 3 (GOT7 Christmas Edition)”
Chapter 3 : Singapore Fanmeeting 11.12.2016
“Wah, itu bagus
sekali, khususnya bagi Jae Bum Hyung yang tidak bisa bahasa inggris.” Gurau
Bambam dari sudut meja, sementara Lily hanya tersenyum.
Barisan fans yang
terakhir tampak mulai meninggalkan panggung setelah mendapatkan tanda tangannya
dan berjalan pergi. Hanya tinggal Lily dan para member GOT7 di sini.
“Berhubung kau
adalah yang terakhir, jadi kita santai saja. Tidak perlu buru-buru, okay?” ujar
Jin Young pada Lily sambil tersenyum manis.
“Dari mana
asalmu?” Jin Young tampak tertarik.
“Indonesia.” Jawab
Lily singkat.
“Dan kau bisa
bahasa Korea dan inggris. Kau memang unik.” Ujar Jin Young kagum.
“Eemmm...Bukankah
kalian sudah memiliki jadwal sampai jam berapa berada di tempat ini? Dan
bukankah jika FM sudah berakhir, maka kita semua, termasuk kalian sudah harus
pergi?” Lily balik bertanya dengan logis.
“Wah, kau bukan
hanya baik tapi juga sangat pintar. Kau bahkan berpikir jauh sampai ke sana.”
Puji Jin Young kagum.
“Itu hanya terlintas
begitu saja.” Jawab Lily merendah.
“Dan kau juga
rendah hati.” Puji Jin Young lagi yang membuat Lily memerah malu.
“Jin Young Hyung,
apa kau menyukainya? Kenapa dari tadi kau tampak asyik mengobrol dengannya?”
goda Yugyeom dari ujung meja.
“Itu karena dia
bisa bahasa Korea, jadi sangat menyenangkan mengobrol dengannya. Fans yang lain
terkendala oleh bahasa.” Jin Young berdalih.
“Bahasa apalagi
yang kau kuasai selain Korea dan inggris?” tanya Jackson dari kursi di sebelah
JB.
“Aku keturunan
China jadi sejak kecil papaku sudah mengajariku bahasa Mandarin.” Jawab Lily
malu-malu.
“Bravo! Kita punya banyak kemiripan. Aku juga menguasai banyak bahasa : Korea,
Inggris, Mandarin, Kanton dan Perancis. Kita bisa mengobrol dalam bahasa
mandarin juga jika kau mau. Kau bisa kanton?” tanya Jackson tampak senang
karena bertemu seseorang yang selevel dengannya, yaitu ahli bahasa.
“Tidak. Aku hanya
menguasai 4 itu saja.” Jawab Lily malu-malu.
“Kau bilang kau
keturunan China? Berarti kau sama sepertiku dan Jackson. Ini menyenangkan.
Gadis asal Indonesia tapi keturunan China dan menguasai 3 bahasa asing. Kau
memang istimewa.” Ujar Mark, menunjukkan ketertarikan yang sama.
“Ah...Lupakan soal
bahasa. Kalian ingin menyombongkan diri karena menguasai banyak bahasa asing?”
gurau Jin Young dengan sinis.
“Oh ya, ada apa
dengan tanganmu? Di mana kau mendapatkan luka itu?” tanya Jin Young lagi,
mengalihkan pembicaraan seraya menunjuk perban di telapak tangan kanan Lily.
“Tidakkah
sebaiknya kau segera menandatanganinya Jin Young-ssi?” Lily menolak menjawab
dan mengalihkan pembicaraan.
“Kau tak suka
bicara denganku? Kupikir kau datang kemari karena kau adalah fans kami. Fans
yang lain pasti akan bersorak girang jika kami mengajak mereka mengobrol
seperti ini.” ujar Jin Young tampak tak percaya.
“Tentu aku Fans
kalian. Hanya saja, aku tak mau pihak panitia mengusirku di saat aku belum
mendapatkan tanda tangan kalian semua. Aku datang ke Singapore mahal-mahal
bukan untuk pulang dengan tangan kosong.” Jawab Lily, lagi-lagi terdengar
logis.
“Ah, kau benar.
Tidak adil untukmu, kan? Baiklah. Aku akan menandatanganinya untukmu. Dan kau
juga bisa minta tanda tangan mereka semua. Tapi jika semuanya sudah selesai dan
kita masih punya waktu, kau kembali ke tempatku, ya?” ujar Jin Young lalu
meraih Album di tangan Lily dan menandatanganinya dengan senang hati.
“Hyung, kau
benar-benar menyukainya?” sindir Young Jae yang duduk tepat di samping Jin
Young, menggodanya.
“Kurasa Jin
Young-ssi tahu bagaimana melakukan Fans Service.” Jawab Lily sambil tersenyum.
“Ini.” ujar Jin
Young seraya mengembalikan album itu.
“Kamsahamnida, Jin
Young-ssi.” Ujar Lily sambil membungkuk sopan.
“Fans lain tidak
bersikap sesopan itu.” puji Jin Young lagi.
Lily tersenyum
lagi dan saat akan melangkah menuju Young Jae, sekali lagi Jin Young
menghentikannya.
“Hei, kita kan
belum High Five?” ujarnya mengingatkan.
Lily berbalik dan
menjawab ringan, “Ah iya, benar.” Ujarnya seraya mengangkat tangan kanannya,
tapi bukannya melakukan High Five, Jin Young justru menarik tangan Lily dan
menjabat tangannya.
“Senang berkenalan
denganmu, Nona...” Jin Young terdiam menunggu jawaban.
“Lily...” jawab
Lily gugup saat Jin Young menggenggam tangannya, terlalu erat hingga membuat
luka di tangan kanannya menjadi sakit.
“Oowwwhhh...” ujar
Lily seraya menarik tangannya spontan dan membuat album yang digenggamnya di
tangan kiri terjatuh.
“Maaf. Aku tidak
bermaksud tidak sopan, tapi kurasa kau lupa kalau tanganku terluka.” Ujar Lily
panik, jantungnya mendadak berdebar kencang saat Jin Young menggenggam
tangannya erat.
Dia segera
berlutut mengambil albumnya yang terjatuh dan membungkuk sekali lagi, “Maafkan
aku.” Ujarnya lalu segera menuju ke arah Young Jae dengan gugup.
“Jin Young Hyung,
kau membuatnya gugup.” Goda Young Jae saat Lily berdiri di depannya. Sementara
JB hanya menatap dengan pandangan tak suka.
“Noona, apa
tanganmu tidak apa-apa?” tanya Young Jae kaget saat melihat warna merah
merembes di perban gadis itu.
“YYAAAAA! Jin
Young Hyung, kau menggenggam tangannya terlalu kuat. Lukanya terbuka lagi.
Tunggu sebentar. Aku akan panggil staff kami.” Ujar Young Jae lalu segera
berdiri dari kursinya dan berlari ke belakang panggung.
“Tidak perlu.
Sungguh! Young Jae-ssi.” Panggil Lily sungkan tapi Young Jae sudah terlanjur
pergi.
“Maafkan aku.
Sepertinya aku memang menggenggam tanganmu terlalu kuat.” Ujar Jin Young seraya
berjalan mendekat ke arah gadis itu.
“Bukan salah siapa
pun. Sungguh!” ujar Lily tampak tak nyaman, lalu berjalan mundur dengan gugup
saat Jin Young berjalan mendekatinya.
“Kau takut
padaku?” tanya Jin Young clueless.
“Mark-ssi, bisakah
kau menandatanganinya lebih dulu hingga Young Jae-ssi kembali? Maaf jika aku
memakai tangan kiri.” pinta Lily pada Mark yang duduk di sebelah Young Jae
seraya menyerahkan albumnya dengan tangan kiri.
“Tentu.” jawab
Mark ramah sambil melirik telapak tangan kanan Lily yang tampak gemetar.
“Tapi apa tanganmu
tidak apa-apa? Kau gemetar. Apa kau sedang menahan sakit sekarang?” tanya Mark
tampak khawatir juga. Lily semakin gugup dibuatnya. Dia menggeleng cepat dan
segera meraih album yang telah ditandatangani Mark.
“Aku tidak
apa-apa.” Jawab Lily gugup seraya mengepalkan tangan kanannya mencoba
mengabaikan rasa nyerinya.
“Tidak bisa. Kau
adalah Fans kami dan kau terluka saat acara kami. Kami harus bertanggung jawab.
Tunggu sebentar. Aku akan menyusul Young Jae. Kenapa dia lama sekali?
Lukamu harus segera diobati.” Ujar Mark lalu segera berdiri dan berlari ke
belakang panggung.
“Sungguh. Ini
salahku. Biar aku lihat tanganmu.” Ujar Jin Young yang entah sejak kapan sudah
berdiri di belakangnya. Lily tampak terkejut lalu menggeleng kuat.
“Sepertinya aku
harus segera pergi dari sini agar bisa segera ke Rumah Sakit. Jadi bisakah
tolong aku menandatanganinya dengan cepat? Terima kasih.” Jawab Lily. Dia
gugup, sangat gugup.
Mereka adalah
idolanya, harusnya dia senang bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama mereka
dibandingkan fans lainnya, tapi entah kenapa dia merasa sangat gugup dan panik.
Bertemu dengan
idola, rasanya bagaikan mimpi yang jadi nyata, tapi jantungnya berdebar tak
karuan dan tangannya terus gemetar. Mungkin jika lebih lama lagi di sini, dia
bisa saja pingsan, pingsan karena terlalu gugup, panik dan bahagia.
“JB-ssi,
bisakah kau menandatanganinya dengan cepat?” pinta Lily dengan gugup pada JB,
yang entah kenapa merasa kesal melihat ketiga membernya memberikan perhatian
pada gadis ini, khususnya Jin Young.
JB benar-benar
tak suka melihat mereka semua memperhatikan gadis ini, khususnya saat gadis ini
tampak mengobrol dengan asyik bersama Jin Young.
“Kau sedang
memerintahku?” Tanya JB sinis, membuat Lily tersentak.
“MWO?” tanyanya
kaget.
“Hyung, dia
seorang gadis dan tangannya terluka. Tidak bisakah kau ramah sedikit?” ujar
Jackson yang duduk di sampingnya.
“Baiklah. Jika
kau tidak mau…” Lily baru akan meraih kembali albumnya dari atas meja JB saat
JB kembali menarik albumnya.
“Aku tidak
bilang tidak mau menandatanganinya, karena bagaimanapun juga kau adalah fans
kami, benarkan?” jawab JB, berusaha tampak sewajar mungkin walau dia sendiri
merasa sikapnya sangat aneh.
“Hyung,
sebenarnya kau mau menandatanganinya tidak? Kau membuatnya ketakutan.” Protes
Jin Young yang sekarang berdiri di samping Lily.
“Aaaiissshh…Kau
terlalu lama. Berikan padaku dulu.” Ujar Jackson lalu merebut album itu dari
atas meja JB dan menggesernya ke mejanya sendiri.
“YYYYAAA!” JB
memprotes tapi Jackson tampak tak peduli. Jackson segera menandatanganinya
dengan cepat lalu memberikannya pada duo Maknae yang juga langsung
menandatanganinya tanpa banyak bicara.
Lily tersenyum
senang melihat semua member sudah memberikan tanda tangannya kecuali Young Jae
yang belum kembali dari belakang panggung dan JB yang entah kenapa mendadak
jadi bersikap aneh. JB melihat senyum itu dan kembali menjadi kesal.
“Noona, ini sudah
selesai. Hanya tinggal Jae Bum Hyung dan Young Jae Hyung yang belum.” Ujar
Bambam seraya mengembalikan album itu kepada pemiliknya.
Lily tersenyum
senang lalu kemudian melirik JB dengan gugup, tampak tak yakin meminta tanda
tangannya. Bambam yang melihatnya segera meraih album itu dan meletakkannya di
meja Leadernya.
“Hyung, tanda
tangan.” Ujarnya seraya menyodorkan spidolnya.
“Kau pikir kau
siapa berani memerintahku?” ujar JB pada Bambam.
“Aku bukan
memerintah tapi meminta tolong.” Bambam berdalih.
“Jae Bum Hyung,
kau ini kenapa? Bukankah ini memang acara tanda tangan? Kau tak punya alasan
untuk tidak mau memberikan tanda tangan.” Ujar Jackson, masuk akal.
“Aku tidak
bilang tidak mau menandatanganinya.” JB berdalih.
“Lalu, apalagi
yang kau tunggu? Berikan tanda tanganmu lalu dia bisa segera pergi ke Rumah
Sakit. Apa kau tidak lihat darah di telapak tangannya terus menetes?” Tanya
Jackson tak sabar.
JB terdiam, dia
sendiri tidak tahu kenapa dia sulit sekali memberikan tanda tangannya. Apa
karena dia tidak ingin gadis itu pergi? Melihat membernya terus mendesak,
akhirnya JB mengambil spidol yang disodorkan Bambam dan menandatanganinya
dengan enggan.
“Bagus.
Sekarang tinggal Young Jae. Ayo. Aku temani ke belakang panggung mencari Young
Jae.” Tawar Jin Young dengan ramah, membuat JB semakin tak suka. Apalagi saat
Jin Young menggandeng tangan kiri gadis itu.
“Aku tahu kau
sedang melakukan Fans Service, tapi tidakkah menurutmu ini sudah berlebihan?”
entah kenapa JB mendadak menjadi galak.
Lily semakin
tersentak, dia menundukkan wajahnya gugup lalu berkata pelan, “Jin Young-ssi,
Leadermu benar. Aku akan menunggu Young Jae-ssi di sini.” Jawab Lily lirih.
“Maafkan Leader
kami, ya. Tolong jangan sampai hal ini tersebar keluar. Biasanya dia tidak
seperti itu. Biasanya dia sangat ramah pada Fans. Tolong jangan salah paham.
Mungkin Jae Bum Hyung sedang lelah.” Ujar Jin Young memberikan pengertian.
Dia mengajak
Lily duduk di kursi Young Jae dan dia duduk di kursinya sendiri. Hanya terpisah
satu kursi kosong dari tempat JB duduk saat ini.Lily mengangguk mengerti.
“Tidak apa-apa.
Aku mengerti. Bisa bertemu langsung dengan kalian saja, aku sudah sangat
bahagia. Terima kasih. AKu tidak akan mengatakan apa-apa. Jangan khawatir.”
Janji Lily sambil tersenyum manis.
“Siapa namamu
tadi? Lily? Seperti nama bunga Lily?” Jin Young masih mengajaknya mengobrol
agar gadis itu merasa tak takut lagi.
“Nama yang
indah. Bunga Lily.” Puji Jin Young sambil tersenyum.
“Hei, kalian
berdua tampak seperti orang pacaran.” Ledek Jackson lalu segera mendekati
mereka berdua dan duduk di kursi Mark.
“Kami sudah
kembali. Maafkan aku. Staff kami bilang perban dan obatnya habis jadi dia harus
membelinya dulu di Supermarket bawah.” Ujar Young Jae setengah berlari.
“Terima kasih
banyak.” Ujar Lily, dia bangkit dari kursinya dan membungkuk berterima kasih.
“Young Jae-ssi,
bukan aku bermaksud tidak sopan. Tapi bisakah kau segera menandatanganinya agar
aku bisa segera pergi?” pinta Lily seraya menyodorkan albumnya.
“Ah iya, aku
belum tanda tangan ya?” ujar Young Jae ingat lalu mulai meraih album tersebut
dan mulai menandatanganinya dengan senang hati.
“Ini.” Ujarnya
kemudian.
“Nomu
kamsahamnida. Terima kasih atas hari yang menyenangkan ini. AKu takkan
melupakannya. Kalian semua sangat baik.” Ujar Lily dengan senang saat tanda
tangan ketujuh member sudah terkumpul.
Dia segera
memasukkan album tersebut ke dalam tasnya lalu berniat pergi dari sana tapi
tiba-tiba sebuah tangan menariknya berhenti.
“Aku tidak
bilang kau boleh pergi.” Ujar seorang pria seraya menarik Lily dan mendorongnya
kembali ke kursi.
Dia kemudian
mengambil perban dan obat lalu mulai mengobati telapak tangan kanan Lily
sementara gadis itu hanya terdiam shock dan gugup.
“Tidak perlu,
JB-ssi. Aku baik-baik saja. Terima kasih.” Ujar Lily gugup seraya menarik
tangannya yang ada dalam genggaman JB.
“Apa kau begitu
tidak suka ada di dekatku?” Tanya JB dengan nada mengintimidasi.
“Itu karena kau
begitu galak pada wanita, Hyung. Pantas saja Somi-ssi takut padamu.” Celetuk
Maknae yang sukses mendapat tatapan tajam dari Leadernya.
“Bukankah kau
bilang kau suka padaku? Kau bilang aku yang paling kau sukai di antara mereka
semua.” JB tersenyum manis seraya membungkukkan sedikit tubuhnya dengan gaya
mengintimidasi, membuat gadis malang itu semakin gugup dan hanya mampu
menundukkan kepalanya gugup.
“APA? KAU? Dia
bilang kau biasnya?” Jin Young tampak tak percaya.
“Yeah, itu
sebelum aku bertemu langsung dengan kalian. Tapi mungkin setelah aku bertemu
langsung dengan kalian, aku akan memikirkannya.” Jawab Lily dengan canggung,
mungkin maksudnya hanya bercanda, tapi JB tampak benar-benar tak suka
mendengarnya.
“Kau ingin
menggantiku? Dengan siapa? Jin Young?” sindir JB, lebih mirip seorang pacar
yang cemburu.
“Denganku saja.
Aku tidak galak seperti Jae Bum Hyung. Aku sangat manis, kan?” ujar Bambam
dengan tersenyum ceria. Lily hanya menoleh ke arah Bambam sekilas dan tersenyum
canggung.
“Noona, do you
like me? who is your bias?” tanya Bambam sekali lagi dengan manisnya.
“I’m sorry Bambam.
But I like your Leader, JB.” Jawab Lily malu-malu seraya tersenyum canggung.
“Oh...That’s hurt!
You hurt my feeling. Why dont you like me?” lagi, Bambam bertanya cute seraya
mengerecutkan bibirnya manis.
“I’m more handsome
than Jae Bum, but she doesn’t like me too...” protes Mark dari kusrinya dengan
santai.
“Tapi Jae Bum
Hyung sangat galak. Aku lebih manis darinya. Bagaimana jika mulai sekarang kau
ganti biasmu.” Bambam tersenyum semanis mungkin membuat Lily tersenyum juga
melihat kepolosan anak ini.
“Jangan harap!
Dia milikku! Aku takkan biarkan kau merebut Fansku.” Ujar JB galak pada Bambam.
“Tuh kan? Jae Bum
Hyung galak padamu.” Ujar Bambam seraya menjulurkan lidahnya pada JB,
menggodanya.
“YYAAA! Jae
Bum-ah, kau kenapa? Sikapmu sangat aneh. Kau seperti seorang pacar yang
cemburu. Apa kau menyukainya?” gurau Mark sambil mengambil lollipop dari
kantong jaketnya dan memakannya dengan santai.
“JINJA? Pada
gadis yang baru ditemuinya sekali?” Yugyeom yang polos tampak sangat terkejut.
“Bukankah Jae
Bum percaya pada cinta pandangan pertama?” ujar Mark santai, itu pertanyaan
tapi lebih mirip pernyataan.
“Aku hanya
merasa bersalah karena dia terluka demi melindungiku. Itu saja!” sangkal JB
dengan gugup.
Lily hanya
tersenyum pahit. Dia tahu itu, tapi entah kenapa hatinya tetap merasa sedih.
“Apa maksudnya
dia terluka karenamu?” Tanya Jin Young penasaran.
“Sebuah lampu
hias hampir jatuh menimpaku tapi dia mendorongku menjauh hingga dialah yang
terluka. Tangan kanannya terluka karena mengenai pecahan kaca lampu tersebut.”
Jawab JB, kali ini lebih lembut.
“MAAFKAN AKU!
Aku benar-benar merasa bersalah.” Lanjutnya seraya menatap Lily dengan
pandangan bersalah.
Lily terkejut
lagi, tiba-tiba JB yang sejak tadi bersikap galak mendadak jadi lembut.
“Apa Leader
GOT7 punya kepribadian ganda?” ujar Lily dalam hati.
“Kemarikan
tanganmu.” Ujar JB lagi lalu kembali menarik tangan Lily dan membuka perbannya.
JB terdiam sesaat ketika melihat luka di
telapak tangan kanannya yang berdarah.
“Aauuuww…” ujar
Lily tersentak, saat JB mulai mengusap lukanya dengan tissue untuk membersihkan
darahnya.
“Mianhe…” ujar
JB tanpa sadar.
“Mianhe? Itu
kan kalimat yang kita ucapkan pada orang yang sudah akrab?” ujar Bambam
bingung.
“Sudah kuduga.”
Ujar Mark santai sambil memeluk sebuah boneka Pikachu dengan santai.
“Apanya?” Tanya
Jackson bingung.
“Kau lihat
sikapnya. Apa menurutmu itu Fans Service?” Tanya Mark menunjuk pada JB yang
sedang mengobati tangan Lily dengan hati-hati.
“Mungkin ucapan
terima kasih.” Jawab Jackson.
“Dia
menyukainya.” Jawab Mark lagi.
“Ini tidak
masuk akal. Kita tak boleh pacaran.” Ujar Young Jae yang mendadak ikut
nimbrung.
“Tak boleh
pacaran bukan berarti tak boleh menyukai seseorang, kan?” jawab Mark.
“Tapi mereka
idola dan Fans?” ujar Yugyeom yang juga ikut nimbrung.
“Bukankah di
Dream High 2 juga begitu?” jawab Mark lagi.
“Tapi ini bukan
drama Korea, Hyung.” Protes Bambam.
“Mereka berbeda
Negara.” Ujar Jackson.
“Bukankah kita
bertiga dan member GOT7 juga berbeda Negara? Tapi kita bisa berteman, kan?”
jawab Mark pada Jackson.
“Kau benar,
Hyung. Hanya saja ini terlihat tidak masuk akal.” Ujar Young Jae sambil tertawa
aneh.
“Bagiku yang
lebih aneh adalah melihat Jin Young memandang kedua orang itu dengan tatapan
yang aneh. Itu yang benar-benar aneh.” Lanjut Mark, masih menganalisis.
“Lalu bagaimana
sekarang?” Tanya Jackson.
“Apanya yang
bagaimana? Kita tunggu dan lihat saja perkembangannya. Tidak perlu ikut campur.
Cukup lihat saja!” jawab Mark masih sambil memeluk boneka Pikachunya.
“Lukamu cukup
dalam. Apa tidak sebaiknya kita ke Rumah Sakit saja? Ini pasti sangat sakit.
Kau cukup kuat bisa menahannya selama ini. Aku benar-benar minta maaf.” JB
tampak sangat merasa bersalah dan menyesal setelah melihat luka di telapak
tangan kanan gadis itu.
Lily terdiam,
kepalanya mendadak pusing. Mungkin karena sudah terlalu lama menahan sakit di
tangannya atau karena sudah terlalu banyak darah yang menetes sedari tadi.
“Darahnya tak
mau berhenti. Tidak peduli aku sudah membasuhnya berulang kali. Bukankah tadi
masih bisa berhenti? Bagaimana cara staff kami mengobatimu tadi?” JB tampak
panik saat menyadari darah Lily masih terus mengalir keluar dari lukanya yang
terbuka.
“Kita harus
membawamu ke Rumah Sakit. Setidaknya lukamu harus dijahit.” Lagi, JB bicara
sendiri, karena Lily hanya terdiam menahan rasa pusing di kepalanya.
“Hei, kenapa
kau tidak bicara sama sekali? Apa kau tidak merasa sakit?” JB tampak tak nyaman
melihat gadis di depannya hanya terdiam tanpa suara. Dan tak lama kemudian,
Lily mendadak terjatuh dari kursi yang didudukinya, membuat JB shock saat
tangan Lily yang tadi berada dalam genggamannya mendadak meluncur jatuh.
BRAAAAKKKK…Tubuh
Lily yang jatuh menghantam tanah menimbulkan suara yang lumayan keras.
“OH MY GOD!”
Mark segera berdiri dari kursinya dan menghampiri Lily yang terjatuh pingsan.
“Kurasa ini
karena dia terlalu lama menahan sakit di tangannya.” Ujar Mark seraya menatap
JB yang shock. Dia mengenggam pergelangan tangan Lily yang terkulai lemas
sementara darah tak berhenti mengucur dari telapak tangannya.
“Jackson,
panggil Manajer Hyung, kita perlu mobil mengantarnya ke Rumah Sakit.” Perintah
JB lalu segera berlutut dan menggendong gadis itu.
“Ada apa?”
Tanya seorang pria muda berusia tiga puluh tahunan yang lumayan tampan. Belum sempat Jackson memanggilnya, dia sudah muncul dari belakang panggung
karena mendengar sesuatu terjatuh dengan keras.
“Oh ya ampun,
bukankah itu gadis yang tadi menyelamatkanmu, Jae Bum?” Tanya Sang Manajer.
“Benar. Dan
kita harus segera membawanya ke Rumah Sakit. Mungkin dia pingsan karena terlalu
banyak mengeluarkan darah.” Jawab JB panik.
“Baik. Akan
kusiapkan mobilnya. Ayo!” ujar Manajer Hyung.
“Cukup Jae Bum
saja. Kalian semua kembali ke hotel.” Lanjut Manajer Hyung setelah beberapa
langkah berjalan.
“Hyung, Rumah
Sakit mana yang terdekat dari sini?” Tanya JB panik.
“Kudengar ada
sebuah Rumah Sakit di daerah Orchard yang cukup bagus, namanya Mount Elizabeth
Hospital Orchard.” Jawab Sang Manajer sambil berlari menuju mobil, diikuti JB yang berlari di belakangnya seraya menggendong Lily.
To be
continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar