Minggu, 25 Desember 2016

Christmas Miracle – Chapter 3 (GOT7 Christmas Edition)



Singapore Fanmeeting. Well, berhubung penulis merasa bahwa Jakarta tak aman, jadinya milih Singapore Fanmeeting aja deh hehehe =) GOT7 bakal datang ke Indo loh bulan Februari 2017, siapa nih yang pengen dateng? Semoga sukses dan lancar acaranya ya. Trust me, they all so handsome and nice. Well, this is my story when I meet them in Singapore. But I’m not lucky enough to get picked by them on the game session. Nevermind. Seeing JB in person is already a Christmas Miracle to me. So, let’s the story continues... Untuk kalian yang gak punya wattpad, penulis share ulang di blog...

“Christmas Miracle – Chapter 3 (GOT7 Christmas Edition)”



Chapter 3 : Singapore Fanmeeting 11.12.2016

“Wah, itu bagus sekali, khususnya bagi Jae Bum Hyung yang tidak bisa bahasa inggris.” Gurau Bambam dari sudut meja, sementara Lily hanya tersenyum.

Barisan fans yang terakhir tampak mulai meninggalkan panggung setelah mendapatkan tanda tangannya dan berjalan pergi. Hanya tinggal Lily dan para member GOT7 di sini.

“Berhubung kau adalah yang terakhir, jadi kita santai saja. Tidak perlu buru-buru, okay?” ujar Jin Young pada Lily sambil tersenyum manis. 
“Dari mana asalmu?” Jin Young tampak tertarik. 
“Indonesia.” Jawab Lily singkat. 
“Dan kau bisa bahasa Korea dan inggris. Kau memang unik.” Ujar Jin Young kagum.

“Eemmm...Bukankah kalian sudah memiliki jadwal sampai jam berapa berada di tempat ini? Dan bukankah jika FM sudah berakhir, maka kita semua, termasuk kalian sudah harus pergi?” Lily balik bertanya dengan logis. 

“Wah, kau bukan hanya baik tapi juga sangat pintar. Kau bahkan berpikir jauh sampai ke sana.” Puji Jin Young kagum. 
“Itu hanya terlintas begitu saja.” Jawab Lily merendah. 
“Dan kau juga rendah hati.” Puji Jin Young lagi yang membuat Lily memerah malu.

“Jin Young Hyung, apa kau menyukainya? Kenapa dari tadi kau tampak asyik mengobrol dengannya?” goda Yugyeom dari ujung meja. 

“Itu karena dia bisa bahasa Korea, jadi sangat menyenangkan mengobrol dengannya. Fans yang lain terkendala oleh bahasa.” Jin Young berdalih.

“Bahasa apalagi yang kau kuasai selain Korea dan inggris?” tanya Jackson dari kursi di sebelah JB. 
“Aku keturunan China jadi sejak kecil papaku sudah mengajariku bahasa Mandarin.” Jawab Lily malu-malu. 

“Bravo! Kita punya banyak kemiripan. Aku juga menguasai banyak bahasa : Korea, Inggris, Mandarin, Kanton dan Perancis. Kita bisa mengobrol dalam bahasa mandarin juga jika kau mau. Kau bisa kanton?” tanya Jackson tampak senang karena bertemu seseorang yang selevel dengannya, yaitu ahli bahasa.

“Tidak. Aku hanya menguasai 4 itu saja.” Jawab Lily malu-malu. 
“Kau bilang kau keturunan China? Berarti kau sama sepertiku dan Jackson. Ini menyenangkan. Gadis asal Indonesia tapi keturunan China dan menguasai 3 bahasa asing. Kau memang istimewa.” Ujar Mark, menunjukkan ketertarikan yang sama.

“Ah...Lupakan soal bahasa. Kalian ingin menyombongkan diri karena menguasai banyak bahasa asing?” gurau Jin Young dengan sinis. 

“Oh ya, ada apa dengan tanganmu? Di mana kau mendapatkan luka itu?” tanya Jin Young lagi, mengalihkan pembicaraan seraya menunjuk perban di telapak tangan kanan Lily. 

“Tidakkah sebaiknya kau segera menandatanganinya Jin Young-ssi?” Lily menolak menjawab dan mengalihkan pembicaraan.

“Kau tak suka bicara denganku? Kupikir kau datang kemari karena kau adalah fans kami. Fans yang lain pasti akan bersorak girang jika kami mengajak mereka mengobrol seperti ini.” ujar Jin Young tampak tak percaya.

“Tentu aku Fans kalian. Hanya saja, aku tak mau pihak panitia mengusirku di saat aku belum mendapatkan tanda tangan kalian semua. Aku datang ke Singapore mahal-mahal bukan untuk pulang dengan tangan kosong.” Jawab Lily, lagi-lagi terdengar logis.

“Ah, kau benar. Tidak adil untukmu, kan? Baiklah. Aku akan menandatanganinya untukmu. Dan kau juga bisa minta tanda tangan mereka semua. Tapi jika semuanya sudah selesai dan kita masih punya waktu, kau kembali ke tempatku, ya?” ujar Jin Young lalu meraih Album di tangan Lily dan menandatanganinya dengan senang hati.

“Hyung, kau benar-benar menyukainya?” sindir Young Jae yang duduk tepat di samping Jin Young, menggodanya.

“Kurasa Jin Young-ssi tahu bagaimana melakukan Fans Service.” Jawab Lily sambil tersenyum. 
“Ini.” ujar Jin Young seraya mengembalikan album itu. 
“Kamsahamnida, Jin Young-ssi.” Ujar Lily sambil membungkuk sopan. 
“Fans lain tidak bersikap sesopan itu.” puji Jin Young lagi.

Lily tersenyum lagi dan saat akan melangkah menuju Young Jae, sekali lagi Jin Young menghentikannya. 
“Hei, kita kan belum High Five?” ujarnya mengingatkan.

Lily berbalik dan menjawab ringan, “Ah iya, benar.” Ujarnya seraya mengangkat tangan kanannya, tapi bukannya melakukan High Five, Jin Young justru menarik tangan Lily dan menjabat tangannya. 
“Senang berkenalan denganmu, Nona...” Jin Young terdiam menunggu jawaban. 

“Lily...” jawab Lily gugup saat Jin Young menggenggam tangannya, terlalu erat hingga membuat luka di tangan kanannya menjadi sakit. 

“Oowwwhhh...” ujar Lily seraya menarik tangannya spontan dan membuat album yang digenggamnya di tangan kiri terjatuh.

“Maaf. Aku tidak bermaksud tidak sopan, tapi kurasa kau lupa kalau tanganku terluka.” Ujar Lily panik, jantungnya mendadak berdebar kencang saat Jin Young menggenggam tangannya erat.

Dia segera berlutut mengambil albumnya yang terjatuh dan membungkuk sekali lagi, “Maafkan aku.” Ujarnya lalu segera menuju ke arah Young Jae dengan gugup.

“Jin Young Hyung, kau membuatnya gugup.” Goda Young Jae saat Lily berdiri di depannya. Sementara JB hanya menatap dengan pandangan tak suka. 

“Noona, apa tanganmu tidak apa-apa?” tanya Young Jae kaget saat melihat warna merah merembes di perban gadis itu.

“YYAAAAA! Jin Young Hyung, kau menggenggam tangannya terlalu kuat. Lukanya terbuka lagi. Tunggu sebentar. Aku akan panggil staff kami.” Ujar Young Jae lalu segera berdiri dari kursinya dan berlari ke belakang panggung.

“Tidak perlu. Sungguh! Young Jae-ssi.” Panggil Lily sungkan tapi Young Jae sudah terlanjur pergi. 
“Maafkan aku. Sepertinya aku memang menggenggam tanganmu terlalu kuat.” Ujar Jin Young seraya berjalan mendekat ke arah gadis itu. 
“Bukan salah siapa pun. Sungguh!” ujar Lily tampak tak nyaman, lalu berjalan mundur dengan gugup saat Jin Young berjalan mendekatinya. 
“Kau takut padaku?” tanya Jin Young clueless.

“Mark-ssi, bisakah kau menandatanganinya lebih dulu hingga Young Jae-ssi kembali? Maaf jika aku memakai tangan kiri.” pinta Lily pada Mark yang duduk di sebelah Young Jae seraya menyerahkan albumnya dengan tangan kiri. 
“Tentu.” jawab Mark ramah sambil melirik telapak tangan kanan Lily yang tampak gemetar.

“Tapi apa tanganmu tidak apa-apa? Kau gemetar. Apa kau sedang menahan sakit sekarang?” tanya Mark tampak khawatir juga. Lily semakin gugup dibuatnya. Dia menggeleng cepat dan segera meraih album yang telah ditandatangani Mark.

“Aku tidak apa-apa.” Jawab Lily gugup seraya mengepalkan tangan kanannya mencoba mengabaikan rasa nyerinya. 

“Tidak bisa. Kau adalah Fans kami dan kau terluka saat acara kami. Kami harus bertanggung jawab. Tunggu sebentar. Aku akan menyusul Young Jae. Kenapa dia lama sekali? Lukamu harus segera diobati.” Ujar Mark lalu segera berdiri dan berlari ke belakang panggung.

“Sungguh. Ini salahku. Biar aku lihat tanganmu.” Ujar Jin Young yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya. Lily tampak terkejut lalu menggeleng kuat.

“Sepertinya aku harus segera pergi dari sini agar bisa segera ke Rumah Sakit. Jadi bisakah tolong aku menandatanganinya dengan cepat? Terima kasih.” Jawab Lily. Dia gugup, sangat gugup.

Mereka adalah idolanya, harusnya dia senang bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama mereka dibandingkan fans lainnya, tapi entah kenapa dia merasa sangat gugup dan panik.

Bertemu dengan idola, rasanya bagaikan mimpi yang jadi nyata, tapi jantungnya berdebar tak karuan dan tangannya terus gemetar. Mungkin jika lebih lama lagi di sini, dia bisa saja pingsan, pingsan karena terlalu gugup, panik dan bahagia.

“JB-ssi, bisakah kau menandatanganinya dengan cepat?” pinta Lily dengan gugup pada JB, yang entah kenapa merasa kesal melihat ketiga membernya memberikan perhatian pada gadis ini, khususnya Jin Young.

JB benar-benar tak suka melihat mereka semua memperhatikan gadis ini, khususnya saat gadis ini tampak mengobrol dengan asyik bersama Jin Young. 
“Kau sedang memerintahku?” Tanya JB sinis, membuat Lily tersentak. 
“MWO?” tanyanya kaget. 

“Hyung, dia seorang gadis dan tangannya terluka. Tidak bisakah kau ramah sedikit?” ujar Jackson yang duduk di sampingnya. 
“Baiklah. Jika kau tidak mau…” Lily baru akan meraih kembali albumnya dari atas meja JB saat JB kembali menarik albumnya. 

“Aku tidak bilang tidak mau menandatanganinya, karena bagaimanapun juga kau adalah fans kami, benarkan?” jawab JB, berusaha tampak sewajar mungkin walau dia sendiri merasa sikapnya sangat aneh.

“Hyung, sebenarnya kau mau menandatanganinya tidak? Kau membuatnya ketakutan.” Protes Jin Young yang sekarang berdiri di samping Lily. 

“Aaaiissshh…Kau terlalu lama. Berikan padaku dulu.” Ujar Jackson lalu merebut album itu dari atas meja JB dan menggesernya ke mejanya sendiri.

“YYYYAAA!” JB memprotes tapi Jackson tampak tak peduli. Jackson segera menandatanganinya dengan cepat lalu memberikannya pada duo Maknae yang juga langsung menandatanganinya tanpa banyak bicara.

Lily tersenyum senang melihat semua member sudah memberikan tanda tangannya kecuali Young Jae yang belum kembali dari belakang panggung dan JB yang entah kenapa mendadak jadi bersikap aneh. JB melihat senyum itu dan kembali menjadi kesal.

“Noona, ini sudah selesai. Hanya tinggal Jae Bum Hyung dan Young Jae Hyung yang belum.” Ujar Bambam seraya mengembalikan album itu kepada pemiliknya.

Lily tersenyum senang lalu kemudian melirik JB dengan gugup, tampak tak yakin meminta tanda tangannya. Bambam yang melihatnya segera meraih album itu dan meletakkannya di meja Leadernya. 
“Hyung, tanda tangan.” Ujarnya seraya menyodorkan spidolnya. 
“Kau pikir kau siapa berani memerintahku?” ujar JB pada Bambam. 
“Aku bukan memerintah tapi meminta tolong.” Bambam berdalih.

“Jae Bum Hyung, kau ini kenapa? Bukankah ini memang acara tanda tangan? Kau tak punya alasan untuk tidak mau memberikan tanda tangan.” Ujar Jackson, masuk akal.
“Aku tidak bilang tidak mau menandatanganinya.” JB berdalih. 

“Lalu, apalagi yang kau tunggu? Berikan tanda tanganmu lalu dia bisa segera pergi ke Rumah Sakit. Apa kau tidak lihat darah di telapak tangannya terus menetes?” Tanya Jackson tak sabar.

JB terdiam, dia sendiri tidak tahu kenapa dia sulit sekali memberikan tanda tangannya. Apa karena dia tidak ingin gadis itu pergi? Melihat membernya terus mendesak, akhirnya JB mengambil spidol yang disodorkan Bambam dan menandatanganinya dengan enggan.

“Bagus. Sekarang tinggal Young Jae. Ayo. Aku temani ke belakang panggung mencari Young Jae.” Tawar Jin Young dengan ramah, membuat JB semakin tak suka. Apalagi saat Jin Young menggandeng tangan kiri gadis itu.

“Aku tahu kau sedang melakukan Fans Service, tapi tidakkah menurutmu ini sudah berlebihan?” entah kenapa JB mendadak menjadi galak.

Lily semakin tersentak, dia menundukkan wajahnya gugup lalu berkata pelan, “Jin Young-ssi, Leadermu benar. Aku akan menunggu Young Jae-ssi di sini.” Jawab Lily lirih.

“Maafkan Leader kami, ya. Tolong jangan sampai hal ini tersebar keluar. Biasanya dia tidak seperti itu. Biasanya dia sangat ramah pada Fans. Tolong jangan salah paham. Mungkin Jae Bum Hyung sedang lelah.” Ujar Jin Young memberikan pengertian.

Dia mengajak Lily duduk di kursi Young Jae dan dia duduk di kursinya sendiri. Hanya terpisah satu kursi kosong dari tempat JB duduk saat ini.Lily mengangguk mengerti.

“Tidak apa-apa. Aku mengerti. Bisa bertemu langsung dengan kalian saja, aku sudah sangat bahagia. Terima kasih. AKu tidak akan mengatakan apa-apa. Jangan khawatir.” Janji Lily sambil tersenyum manis.

“Siapa namamu tadi? Lily? Seperti nama bunga Lily?” Jin Young masih mengajaknya mengobrol agar gadis itu merasa tak takut lagi. 
“Nama yang indah. Bunga Lily.” Puji Jin Young sambil tersenyum.

“Hei, kalian berdua tampak seperti orang pacaran.” Ledek Jackson lalu segera mendekati mereka berdua dan duduk di kursi Mark.

“Kami sudah kembali. Maafkan aku. Staff kami bilang perban dan obatnya habis jadi dia harus membelinya dulu di Supermarket bawah.” Ujar Young Jae setengah berlari. 
“Terima kasih banyak.” Ujar Lily, dia bangkit dari kursinya dan membungkuk berterima kasih. 
“Young Jae-ssi, bukan aku bermaksud tidak sopan. Tapi bisakah kau segera menandatanganinya agar aku bisa segera pergi?” pinta Lily seraya menyodorkan albumnya. 
“Ah iya, aku belum tanda tangan ya?” ujar Young Jae ingat lalu mulai meraih album tersebut dan mulai menandatanganinya dengan senang hati. 
“Ini.” Ujarnya kemudian.

“Nomu kamsahamnida. Terima kasih atas hari yang menyenangkan ini. AKu takkan melupakannya. Kalian semua sangat baik.” Ujar Lily dengan senang saat tanda tangan ketujuh member sudah terkumpul.

Dia segera memasukkan album tersebut ke dalam tasnya lalu berniat pergi dari sana tapi tiba-tiba sebuah tangan menariknya berhenti. 
“Aku tidak bilang kau boleh pergi.” Ujar seorang pria seraya menarik Lily dan mendorongnya kembali ke kursi.

Dia kemudian mengambil perban dan obat lalu mulai mengobati telapak tangan kanan Lily sementara gadis itu hanya terdiam shock dan gugup.

“Tidak perlu, JB-ssi. Aku baik-baik saja. Terima kasih.” Ujar Lily gugup seraya menarik tangannya yang ada dalam genggaman JB. 
“Apa kau begitu tidak suka ada di dekatku?” Tanya JB dengan nada mengintimidasi. 

“Itu karena kau begitu galak pada wanita, Hyung. Pantas saja Somi-ssi takut padamu.” Celetuk Maknae yang sukses mendapat tatapan tajam dari Leadernya.

“Bukankah kau bilang kau suka padaku? Kau bilang aku yang paling kau sukai di antara mereka semua.” JB tersenyum manis seraya membungkukkan sedikit tubuhnya dengan gaya mengintimidasi, membuat gadis malang itu semakin gugup dan hanya mampu menundukkan kepalanya gugup.

“APA? KAU? Dia bilang kau biasnya?” Jin Young tampak tak percaya.

“Yeah, itu sebelum aku bertemu langsung dengan kalian. Tapi mungkin setelah aku bertemu langsung dengan kalian, aku akan memikirkannya.” Jawab Lily dengan canggung, mungkin maksudnya hanya bercanda, tapi JB tampak benar-benar tak suka mendengarnya. 

“Kau ingin menggantiku? Dengan siapa? Jin Young?” sindir JB, lebih mirip seorang pacar yang cemburu.

“Denganku saja. Aku tidak galak seperti Jae Bum Hyung. Aku sangat manis, kan?” ujar Bambam dengan tersenyum ceria. Lily hanya menoleh ke arah Bambam sekilas dan tersenyum canggung. 

“Noona, do you like me? who is your bias?” tanya Bambam sekali lagi dengan manisnya. 
“I’m sorry Bambam. But I like your Leader, JB.” Jawab Lily malu-malu seraya tersenyum canggung. 
“Oh...That’s hurt! You hurt my feeling. Why dont you like me?” lagi, Bambam bertanya cute seraya mengerecutkan bibirnya manis.

“I’m more handsome than Jae Bum, but she doesn’t like me too...” protes Mark dari kusrinya dengan santai. 

“Tapi Jae Bum Hyung sangat galak. Aku lebih manis darinya. Bagaimana jika mulai sekarang kau ganti biasmu.” Bambam tersenyum semanis mungkin membuat Lily tersenyum juga melihat kepolosan anak ini.

“Jangan harap! Dia milikku! Aku takkan biarkan kau merebut Fansku.” Ujar JB galak pada Bambam. 
“Tuh kan? Jae Bum Hyung galak padamu.” Ujar Bambam seraya menjulurkan lidahnya pada JB, menggodanya.

“YYAAA! Jae Bum-ah, kau kenapa? Sikapmu sangat aneh. Kau seperti seorang pacar yang cemburu. Apa kau menyukainya?” gurau Mark sambil mengambil lollipop dari kantong jaketnya dan memakannya dengan santai.

“JINJA? Pada gadis yang baru ditemuinya sekali?” Yugyeom yang polos tampak sangat terkejut. 
“Bukankah Jae Bum percaya pada cinta pandangan pertama?” ujar Mark santai, itu pertanyaan tapi lebih mirip pernyataan. 
“Aku hanya merasa bersalah karena dia terluka demi melindungiku. Itu saja!” sangkal JB dengan gugup.

Lily hanya tersenyum pahit. Dia tahu itu, tapi entah kenapa hatinya tetap merasa sedih. 
“Apa maksudnya dia terluka karenamu?” Tanya Jin Young penasaran.

“Sebuah lampu hias hampir jatuh menimpaku tapi dia mendorongku menjauh hingga dialah yang terluka. Tangan kanannya terluka karena mengenai pecahan kaca lampu tersebut.” Jawab JB, kali ini lebih lembut.

“MAAFKAN AKU! Aku benar-benar merasa bersalah.” Lanjutnya seraya menatap Lily dengan pandangan bersalah.

Lily terkejut lagi, tiba-tiba JB yang sejak tadi bersikap galak mendadak jadi lembut. 
“Apa Leader GOT7 punya kepribadian ganda?” ujar Lily dalam hati. 

“Kemarikan tanganmu.” Ujar JB lagi lalu kembali menarik tangan Lily dan membuka perbannya. JB terdiam sesaat ketika melihat luka di telapak tangan kanannya yang berdarah. 
“Aauuuww…” ujar Lily tersentak, saat JB mulai mengusap lukanya dengan tissue untuk membersihkan darahnya. 
“Mianhe…” ujar JB tanpa sadar.

“Mianhe? Itu kan kalimat yang kita ucapkan pada orang yang sudah akrab?” ujar Bambam bingung. 
“Sudah kuduga.” Ujar Mark santai sambil memeluk sebuah boneka Pikachu dengan santai. 
“Apanya?” Tanya Jackson bingung. 
“Kau lihat sikapnya. Apa menurutmu itu Fans Service?” Tanya Mark menunjuk pada JB yang sedang mengobati tangan Lily dengan hati-hati. 
“Mungkin ucapan terima kasih.” Jawab Jackson. 
“Dia menyukainya.” Jawab Mark lagi. 
“Ini tidak masuk akal. Kita tak boleh pacaran.” Ujar Young Jae yang mendadak ikut nimbrung. 
“Tak boleh pacaran bukan berarti tak boleh menyukai seseorang, kan?” jawab Mark. 
“Tapi mereka idola dan Fans?” ujar Yugyeom yang juga ikut nimbrung. 
“Bukankah di Dream High 2 juga begitu?” jawab Mark lagi. 
“Tapi ini bukan drama Korea, Hyung.” Protes Bambam. 
“Mereka berbeda Negara.” Ujar Jackson. 
“Bukankah kita bertiga dan member GOT7 juga berbeda Negara? Tapi kita bisa berteman, kan?” jawab Mark pada Jackson. 
“Kau benar, Hyung. Hanya saja ini terlihat tidak masuk akal.” Ujar Young Jae sambil tertawa aneh. 
“Bagiku yang lebih aneh adalah melihat Jin Young memandang kedua orang itu dengan tatapan yang aneh. Itu yang benar-benar aneh.” Lanjut Mark, masih menganalisis. 
“Lalu bagaimana sekarang?” Tanya Jackson. 
“Apanya yang bagaimana? Kita tunggu dan lihat saja perkembangannya. Tidak perlu ikut campur. Cukup lihat saja!” jawab Mark masih sambil memeluk boneka Pikachunya.

“Lukamu cukup dalam. Apa tidak sebaiknya kita ke Rumah Sakit saja? Ini pasti sangat sakit. Kau cukup kuat bisa menahannya selama ini. Aku benar-benar minta maaf.” JB tampak sangat merasa bersalah dan menyesal setelah melihat luka di telapak tangan kanan gadis itu.

Lily terdiam, kepalanya mendadak pusing. Mungkin karena sudah terlalu lama menahan sakit di tangannya atau karena sudah terlalu banyak darah yang menetes sedari tadi.

“Darahnya tak mau berhenti. Tidak peduli aku sudah membasuhnya berulang kali. Bukankah tadi masih bisa berhenti? Bagaimana cara staff kami mengobatimu tadi?” JB tampak panik saat menyadari darah Lily masih terus mengalir keluar dari lukanya yang terbuka.

“Kita harus membawamu ke Rumah Sakit. Setidaknya lukamu harus dijahit.” Lagi, JB bicara sendiri, karena Lily hanya terdiam menahan rasa pusing di kepalanya.

“Hei, kenapa kau tidak bicara sama sekali? Apa kau tidak merasa sakit?” JB tampak tak nyaman melihat gadis di depannya hanya terdiam tanpa suara. Dan tak lama kemudian, Lily mendadak terjatuh dari kursi yang didudukinya, membuat JB shock saat tangan Lily yang tadi berada dalam genggamannya mendadak meluncur jatuh.

BRAAAAKKKK…Tubuh Lily yang jatuh menghantam tanah menimbulkan suara yang lumayan keras. 
“OH MY GOD!” Mark segera berdiri dari kursinya dan menghampiri Lily yang terjatuh pingsan. 

“Kurasa ini karena dia terlalu lama menahan sakit di tangannya.” Ujar Mark seraya menatap JB yang shock. Dia mengenggam pergelangan tangan Lily yang terkulai lemas sementara darah tak berhenti mengucur dari telapak tangannya.

“Jackson, panggil Manajer Hyung, kita perlu mobil mengantarnya ke Rumah Sakit.” Perintah JB lalu segera berlutut dan menggendong gadis itu. 

“Ada apa?” Tanya seorang pria muda berusia tiga puluh tahunan yang lumayan tampan. Belum sempat Jackson memanggilnya, dia sudah muncul dari belakang panggung karena mendengar sesuatu terjatuh dengan keras.

“Oh ya ampun, bukankah itu gadis yang tadi menyelamatkanmu, Jae Bum?” Tanya Sang Manajer. 
“Benar. Dan kita harus segera membawanya ke Rumah Sakit. Mungkin dia pingsan karena terlalu banyak mengeluarkan darah.” Jawab JB panik. 
“Baik. Akan kusiapkan mobilnya. Ayo!” ujar Manajer Hyung. 

“Cukup Jae Bum saja. Kalian semua kembali ke hotel.” Lanjut Manajer Hyung setelah beberapa langkah berjalan. 
“Hyung, Rumah Sakit mana yang terdekat dari sini?” Tanya JB panik. 

“Kudengar ada sebuah Rumah Sakit di daerah Orchard yang cukup bagus, namanya Mount Elizabeth Hospital Orchard.” Jawab Sang Manajer sambil berlari menuju mobil, diikuti JB yang berlari di belakangnya seraya menggendong Lily.

To be continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar