“Happiest City. Banyak yang
menjuluki kota Hangzhou sebagai The Happiest City in the world.” Kota yang paling
bahagia di dunia tapi justru bagaikan Neraka bagi Moon Yu Jin. Pantaskah
Hangzhou disebut sebagai the Happiest City? Well, kurasa tidak bagi Moon Yu
Jin...
"Chapter 2 : Goodbye My Love"
“Yu Jin, tunggu!” seru si pria
padanya. Ia berbalik, meninggalkan si wanita yang bersandar pada dinding itu.
“Seung Gi Oppa, teganya kau...”
Yu Jin tak sanggup berkata-kata. Ketika Seung Gi mendekatinya, dia melihat
wajah si wanita. Wajahnya yang bulat, rambutnya yang berwarna coklat sebahu dan
lipstiknya yang merah menyala.
“Hwang Chae Won!” serunya sakit.
Ternyata itu Seung Gi dan Chae Won.
“Yu Jin, dengar...” kata Seung Gi,
napasnya terengah-engah.
“Kenapa? Karena mencium Chae Won
atau karena mengejarku?” Yu Jin hanya menatapnya sinis tanpa bisa mengatakan
apa-apa.
Pria itu menarik napas
dalam-dalam dan mencoba bicara lagi.
“Yu Jin, aku harus
memberitahumu...” ujarnya dengan terengah-engah.
“AKU TAK MAU DENGAR!” ujar Yu Jin
terluka, dia memotong kalimatnya sebelum Seung Gi sanggup berkata banyak, lalu
segera berlari masuk ke dalam kamar dan membanting pintunya keras-keras.
Dia sengaja membiarkan kamar
dalam keadaan gelap. Benar. Malam ini adalah malam paling gelap dalam hidupnya.
Yu Jin serasa memasuki kegelapan yang dingin. Karena selama ini dia percaya
sepenuhnya pada Seung Gi, dia percaya pria itu mencintainya, dan bukan Chae
Won.
“Sekarang apa yang bisa
kupercaya? APA? Bahkan orang yang sudah kuanggap sahabat tega menikamku dari
belakang. INIKAH PENGKHIANATAN? Seperti inikah rasanya di khianati oleh orang
yang kau sayang? Park Seung Gi dan Hwang Chae Won, kenapa mereka berciuman di
balik punggungku sementara aku begitu mempercayai mereka. Apa lagi yang bisa
kupercaya sekarang?” Yu Jin terdiam dan berpikir, sejak kapan mereka mulai
berhubungan.
Otaknya mulai mengingat satu per
satu kenangannya bersama mereka. Akhirnya dia menyadari memang ada beberapa
waktu saat dia melihat Chae Won dan Seung Gi begitu dekat.
Dia ingat saat mereka bertiga
menonton bioskop bersama. Saat itu dia datang agak terlambat, dia segera
mencari Seung Gi dan akhirnya dia melihat Seung Gi berdiri didepan penjual
popcorn. Yu Jin terkejut saat melihat Chae Won berdiri disisi pria itu.
Gadis itu merangkul bahu Seung Gi
dengan santai. Mereka tertawa bersama, mereka bercanda begitu akrab, kepala
mereka hampir beradu.
“Apa-apaan ini?” Yu Jin ingat
berkata begitu dalam hatinya saat melihat kedekatan mereka. Chae Won selalu
menggoda Seung Gi meski Yu Jin ada di sampingnya. Mereka selalu saling
mengganggu dan menggoda. Tapi tak pernah disangkanya gadis itu berani menggoda Seung
Gi saat Yu Jin tak ada disana.
Melihat mereka tertawa berdua,
sementara lengan Chae Won dengan santainya memeluk pundak Seung Gi seolah-olah
ia memilikinya benar-benar membuat Yu Jin muak.
Tapi Chae Won sahabatnya, Yu Jin
tidak mau punya pikiran buruk tentangnya. Akhirnya dia hanya berjalan menerobos
kerumunan dan bergegas mendatangi mereka. Begitu melihat Yu Jin, Chae Won
spontan melepaskan pelukannya dan mundur selangkah. Memandang Yu Jin dengan
tatapan gugup dan berkata pelan “Kau sudah datang?” tanyanya tanpa dosa, walau
tampak kegugupan dalam nada suaranya. Kenangan Yu Jin berputar kembali
ke saat sekarang.
“Mungkinkah sejak itu mereka
sudah berhubungan di belakangku secara diam-diam?” batinnya menjerit
sakit.
Lalu ucapan Seung Gi tadi siang
seketika terulang lagi dalam benak Yu Jin. “Happiest City. Banyak yang
menjuluki kota Hangzhou sebagai The Happiest City in the world. Itu sebabnya
aku mengajakmu kemari. Aku berharap bisa memberikanmu kebahagiaan yang mungkin
setelah ini tak bisa lagi kuberikan. Aku ingin kau mengingat kebahagiaan saat
bersamaku, walau mungkin saat itu kita tak lagi bersama.” Ujarnya dengan
lirih dan tampak keragu-raguan dari caranya bicara.
Yu Jin terhenyak dan diam.
Airmatanya terus mengalir pelan. Dia juga ingat kalimat yang dia ucapkan pada Seung
Gi tadi siang.
“Danau Sihu, The Broken Bridge,
Pagoda Lei Feng, semuanya sangat indah tapi sayang menyimpan banyak sekali
kisah sedih yang membuat siapapun yang mendengarnya ingin menangis. Kenapa dua
orang yang saling mencintai tidak bisa bersama? Bukankah itu sangat tidak
adil?” ujar Yu Jin saat itu.
“Karena takdir tidak mengizinkan
mereka bersama. Karena jodoh mereka sudah selesai dan tidak ada gunanya lagi
diteruskan.” Jawab Seung Gi pelan dan dalam.
Airmata Yu Jin turun semakin deras, saat menyadari kalau saat itu, dia sama
sekali tidak bicara soal legenda siluman ular itu tapi tentang hubungan
mereka.
“Apa karena mereka siluman
dan manusia? Jika memang takdir tidak mengizinkan mereka bersama, kenapa mereka
harus dipertemukan?” Yu Jin ingat bagaimana dengan
naifnya dia masih berpikir bahwa mereka sedang membicarakan tentang legenda.
“Karena cinta tidak
selamanya harus saling memiliki. Kadang kala melepaskan adalah hal yang
terbaik.” Jawab Seung Gi lagi,
menerawang dan baru dia sadari inilah maksud sebenarnya Seung Gi
membawanya kemari.
Yu Jin menghapus airmatanya dan
melangkah kearah lemari pakaian, dia mengambil koper dan mulai mengemasi semua
barang-barangnya. Tapi sebelum pergi, dia ingin memastikan satu hal sekali
lagi. Gadis itu meraih ponselnya dan meminta Seung Gi bertemu dengannya di
Jembatan itu, saat ini juga.
The Broken Bridge, Hangzhou –
China terlihat semakin indah di malam hari. Sinar bulan dan kelap kelip bintang
terpantul dengan sempurna di air danau itu. Di sekeliling gadis itu, daun-daun
maple mulai berjatuhan ke tanah namun ada pula yang tertiup angin dan jatuh di
atas danau dan perlahan bergerak menjauh seiring pergerakan air di danau
itu.
“Apa kau sudah menunggu lama?”
tanya seorang pria dari arah belakang, dengan perlahan Yu Jin menoleh dan
melihat mereka berdua disana, bergandengan tangan.
Dia merasakan hatinya merasakan
sakit sekali lagi, bagaikan ditusuk ribuan pedang. Tapi Yu Jin berusaha
menahannya, walau bulir-bulir air mulai menggenang tapi dia berusaha menahannya
agar tidak jatuh disana. Tidak didepan mereka.
Yu Jin menatap mereka dengan
pandangan dingin. Saat itu dia sadar perasaannya terhadap Seung Gi sudah tak
sama lagi, dia mungkin masih mencintainya tapi dia tak percaya lagi padanya.
“Aku ingin menjelaskan.” Ulang Seung
Gi lirih. Dia mulai melepaskan tangan Chae Won dan melangkah mendekati Yu Jin
tapi gadis itu berjalan mundur, tak ingin pria itu mendekatinya.
“Well, bicaralah!” kata Yu Jin
menantang. Dia ingin terlihat dingin dan kuat tapi suaranya justru terdengar
gemetar.
“Aku dan Chae Won capek
sembunyi-sembunyi. Boleh dibilang, aku senang kau memergoki kami.” kata Seung
Gi, Yu Jin tak percaya kalimat yang tak berperasaan itu muncul dari dalam mulut
Seung Gi sendiri.
“Kau dan Chae Won pacaran
diam-diam di belakangku?” Yu Jin terlihat tidak bisa menyembunyikan perasaan sakit
hatinya. Tapi kata-kata Seung Gi serasa menusuknya, lebih tajam dari hembusan
angin musim gugur yang dingin ini.
Sekilas, dia menangkap senyum
tipis penuh kemenangan dari sudut bibir gadis itu. Hwang Chae Won tersenyum.
Dia tak tampak menyesal sama sekali.
“Apa dia merasa bahagia karena
berhasil mengalahkan aku dan merebut kekasihku di depan mataku?” batin Yu Jin
kesal dan marah, tapi dia berpura-pura seolah baik-baik saja.
“Chae Won dan aku tidak ingin
menyakitimu, Yu Jin. Tapi kami memang pacaran, sudah setahun ini.” Jawab Seung
Gi tanpa merasa bersalah sedikitpun. Yu Jin tidak tahu harus mengatakan apa.
Hatinya merasa sangat sakit. Dan perasaan itu dengan cepat berubah menjadi
kemarahan.
“Pernahkah... sekali saja, kau
mencintaiku?” tanya Yu Jin dengan suara gemetar padanya. Dia ingin mendengarnya
sekali saja dari mulut pria itu.
Lama Seung Gi terdiam dan
akhirnya dia berkata pelan. “Aku minta maaf, Yu Jin. Aku benar-benar menyesal.”
Ujar Seung Gi, tampak menyesal.
“Menyesal karena apa? Menyesal karena
mengkhianatiku atau menyesal karena tak pernah mencintaiku? Jika kau tak
mencintaiku kenapa dulu kau mengejarku?” seru Yu Jin marah, hatinya sangat
terluka. Sebuah luka yang mungkin takkan pernah bisa disembuhkan lagi
selamanya.
“Terima kasih untuk semuanya.
Khususnya padamu, Hwang Chae Won. Kau sudah menunjukkan padaku pria seperti apa
Park Seung Gi itu. Juga sudah menunjukkan padaku wajahmu yang sesungguhnya.
Pengkhianat. Kalian berdua memang pasangan serasi, sama-sama seorang
pengkhianat. Semoga dia tidak pernah mengkhianatimu seperti dia
mengkhianatiku.” Ujar Yu Jin tegas dan dingin, lalu segera melangkah pergi
meninggalkan mereka.
“Musim gugur yang menyakitkan. Aku benci Musim Gugur!” Ujar Yu Jin dalam hati seraya meninggalkan tempat itu dengan
berlinang airmata.
End Of Flashback...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar