Selasa, 23 Desember 2014

(Teaser) Rain And Tears : Prolog

Another teaser from My First Novel "Rain and Tears" just like I promised before. Mungkin saya akan membagi sekitar 4 bab teaser saja, yang tentu saja aslinya dalam novel hanya Bab 1 tapi saya bagi menjadi 4 bab dalam blog hehehe =) Ya, ngintip kan gak boleh banyak-banyak, gak ada yang mau beli dong kalau dibongkar semua hehehe =)

"(Teaser) Rain And Tears : Prolog"


“Tanpa awan dan angin, takkan pernah ada hujan. Tapi jika awan, angin dan hujan bersama, bukankah akan timbul badai besar?”

Embun pagi yang dingin membasahi gaun hitamku. Aku tak tahu sejak kapan aku ada di sini. Aku tak tahu untuk apa aku ada di sini. Aku juga tak tahu kenapa aku bisa memakai pakaian ini. Hitam. Aku benci warna hitam. Bagiku, hitam identik dengan kematian. Dan sekarang aku sedang berdiri di tengah upacara kematian seseorang.

Bau tanah lembab area pekuburan menyengat hidungku. Aku benci bau tanah lembab area pekuburan itu. Dengan pandangan kosong, aku memandang lurus ke depan, kulihat sedikit demi sedikit orang-orang itu mulai menurunkan peti matinya ke dalam tanah, setelah Pendeta itu mengucapkan berbagai doa untuknya.

Lalu sebuah benda menarik perhatianku. Seorang wanita setengah baya yang berpakaian hitam itu menangis. Berkali-kali  kulihat dia mengusap airmatanya, lalu sebelah tangannya yang tidak sedang mengusap airmata itu memegang sebuah foto yang berukuran besar. Kutatap foto itu. Lama sekali. Lalu kemudian aku mulai mengenalinya. Pandanganku pun beralih pada peti mati itu. 

“Benarkah itu kau? Apakah kau yang berada dalam peti mati itu? Kenapa mereka menguburmu?” bisikku dalam hati, tiba-tiba aku merasa airmata mengalir pelan di pipiku.

Dengan masih berlinang airmata, aku menatap hujan yang turun dari langit dengan pandangan hampa. Awan hitam seolah enggan untuk pergi. Mereka masih setia menemaniku disini. Walaupun sejak tadi awan mulai menangis, tapi aku masih enggan beranjak dari tempat ini.

“Hujan punya seribu kisah tentang kita.
Hujan yang mempertemukan kita.
Hujan yang menumbuhkan cinta di hati kita.
Hujan pulalah yang memisahkan kita.
Hujan.. Mulai hari ini, hujan dalam hatiku selamanya takkan reda.” tambahku sedih saat melihat mereka mulai menutup peti matinya dengan tanah.

“Banyak orang bilang hari hujan membuat sedih, seseorang di suatu tempat mungkin sedang menangis. Dan akulah orang itu.”

Menghadapi kisah tragis ini membuatku hanyut tak berdaya. Kesunyian berteriak, kesendirian mulai terasa. Tiada hentinya menertawakan aku dan kenangan-kenangan itupun membara. Gambaran yang dulunya polos berubah jadi kejam. Tapi tiada orang akan berkata, sungguh aku menderita, saat di balik kesempurnaan terukir rasa kesepian.   

Memejamkan mata terbayang lagi kenangan waktu itu, langit yang samar-samar oleh kabut. Di bawah hembusan angin yang begitu dingin, menatap senyuman yang begitu samar.

Tiba-tiba aku merasa seluruh jiwaku juga ikut pergi bersamanya, bersama sang pria ‘angin’, berdua kami akan mengarungi angkasa yang luas tak terbatas.

To be continued...

Tersedia di : Diandra Creative
Harga : IDR 50.000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar