“PENGKHIANATAN! Tahukah kau bagaimana rasanya? Sakit sekali hingga rasanya aku tak mampu bernapas. Dan semua itu terjadi pada saat Musim Gugur, musim dimana daun-daun jatuh berguguran dan membuat kotor tanah yang dijatuhinya, membuat pohon yang tadinya indah menjadi tak indah lagi.” Well, seburuk itukah Musim Gugur dimata Yu Jin? Apakah Musim Gugur tahun ini akan sama seperti Musim Gugur tahun-tahun sebelumnya, sendirian, kesepian, tanpa teman, sahabat, keluarga, apalagi kekasih? Pepatah mengatakan "There's always rainbow after every storm", apakah Musim Gugur kali ini Yu Jin mampu melihat "Pelangi", ataukah "hujan" akan kembali turun membasahi bumi?
"Chapter 3 : Three
Years Later"
Tiga tahun berlalu sejak hari
itu, dan berarti tiga kali empat musim juga telah dilaluinya. Setelah lulus
SMU, Yu Jin melanjutkan pendidikannya di Seoul University. Selama tiga tahun
ini yang dia lakukan hanya belajar dan bekerja. Tinggal setahun lagi
pendidikannya di kampus ini akan berakhir, dia ingin segera lulus dan
mewujudkan impiannya menjadi seorang Pianis terkenal.
Yu Jin suka musik, dia ingin
sekali bisa membuat konser piano bersama musisi lainnya, sama seperti mendiang
ibunya. Yu Jin berharap dia bisa menggantikan ibunya mewujudkan impiannya
menjadi seorang Musisi kelas dunia. Selama tiga tahun ini tidak ada yang spesial
dalam hidupnya. Semuanya berjalan sama setiap harinya. Paling tidak itulah yang
dia rasakan.
Kesepian, sendirian, tanpa teman,
apalagi sahabat. Yu Jin sengaja tidak ingin terlalu dekat dengan orang-orang di
sekitarnya, dia takut mereka akan kembali menyakitinya. Dia takut pengalaman
menyakitkan itu terjadi lagi. Pengalaman saat sahabat terdekatnya merebut
kekasihnya sendiri.
“PENGKHIANATAN! Tahukah kau
bagaimana rasanya? Sakit sekali hingga rasanya aku tak mampu bernapas. Dan
semua itu terjadi pada saat Musim Gugur, musim dimana daun-daun jatuh
berguguran dan membuat kotor tanah yang dijatuhinya, membuat pohon yang tadinya
indah menjadi tak indah lagi.” Jawab Yu Jin setiap kali adik sepupunya, Park
Jae Shi bertanya kenapa gadis itu sangat membenci Musim Gugur.
“Dan sekarang musim gugur itu
kembali. Selamat datang musim gugur yang menyakitkan, kuharap tahun ini kau tak
lagi membuatku meneteskan airmata.” Lanjut Yu Jin dalam hati sambil berjalan
perlahan di kampusnya, seraya mendekap erat buku-buku kuliah didadanya.
Dukk...
Sebuah bola basket mengenai
kepala gadis itu. Dengan kesal dia mengambil bola itu seraya mengusap-usap
kepalanya yang sakit karena lemparan bola itu. Dia memandang sekeliling,
mencari pemilik bola itu. Saat tiba-tiba seseorang memanggilnya dari
belakang.
“Kembalikan bolaku!” ujar seorang
pria singkat dan dingin. Yu Jin menoleh spontan kearahnya dan dia melihat
seorang pria muda tampan dan bertubuh tinggi tegap memandangnya aneh seraya
mengulurkan tangannya, meminta bolanya kembali.
“Apa ini bolamu?” tanya Yu Jin
kesal karena pria itu meminta dengan tidak sopan. Pria itu mengangguk tanpa
kata.
“Kembalikan!” ujarnya lagi tanpa
basa-basi, membuat Yu Jin kesal sekali dibuatnya.
“Kau sudah melempar kepalaku
dengan bola basket ini tapi bukannya meminta maaf padaku, kau malah bersikap
seperti itu.” Ujar Yu Jin tak terima.
“Pria brengsek ini bahkan tak
meminta maaf telah melempar bola ke kepalaku.” Yu Jin berteriak kesal dalam
hati, seraya memandang pria itu dengan tajam, menantangnya.
“Untuk apa aku minta maaf? Siapa
suruh kepalamu ada disana? Kau berjalan tanpa melihat. Apa kau tidak lihat kau
sedang berjalan melintasi lapangan basket kami. Apa salah kami jika bola itu
mengenaimu?” ujarnya sinis, tak peduli.
Seketika Yu Jin tersadar. Pria
itu benar. Dia memang berjalan sambil melamun hingga tak sadar telah berjalan
melintasi lapangan basket mereka.
Yu Jin menarik napas kesal karena
pria itu benar.
“Tapi walau begitu akulah
korbannya kan? Tidak bisakah kau sedikit lebih lembut pada wanita, apalagi
seorang wanita yang sudah terkena lemparan bola.” Yu Jin berteriak marah,
menatap pria itu dengan kekesalan yang tak bisa dilampiaskan.
“Joo Won Hyung, kau sedang apa?
Mana bolanya?” ujar temannya dari arah belakang. Pria itu menoleh sekilas
sebelum kembali menatap Yu Jin dengan tak sabar.
“Cepatlah! Kembalikan bolaku!”
pintanya lagi. Yu Jin tersenyum sinis pada pria itu dan berkata menantang.
“Kau ingin bolamu kembali?
Baiklah! Ambil ini!” ujar Yu Jin lalu melempar jauh-jauh bola itu ke seberang
lapangan dan mendarat dengan sempurna ke dalam danau yang ada di belakang
lapangan ini.
Byuurr...
Terdengar suara percikan air saat
bola basket itu tercebur ke dalamnya. Pria muda itu memandang Yu Jin dengan tak
percaya tapi gadis itu tak peduli padanya dan segera berbalik pergi.
Saat
tiba-tiba saja pria itu menarik lengannya dan menatapnya tajam “Setelah kau
melemparkan bolaku kau ingin pergi begitu saja?” tanya pria itu kesal,
menatapnya marah.
“Kenapa? Itu imbalan yang
setimpal karena kau sudah melempar kepalaku dengan bola itu dan tidak meminta
maaf.” Tantang Yu Jin dengan berani.
“Kau gadis yang unik. Tak pernah
sebelumnya ada gadis yang berani menantangku seperti ini.” Ujarnya dengan
tersenyum sinis lalu memandang Yu Jin penuh tanya.
“Kau mau apa?” tanya Yu Jin,
sedikit rikuh dengan cara pria itu menatapnya.
“Kenapa sepertinya kau takut
padaku? Lihatlah! Keringat dingin membasahi keningmu. Apa kau kepanasan, Nona?
Bagaimana jika aku membantu mendinginkan tubuhmu?” ujarnya dengan seringai
dingin di wajahnya lalu detik berikutnya, dia sudah membawa Yu Jin dalam
gendongannya.
“TURUNKAN AKU! Apa yang kau
lakukan? Kau mau bawa aku kemana?” teriak Yu Jin ketakutan saat tiba-tiba pria
itu menggendongnya dalam pelukannya dan membawanya entah kemana. Jantung Yu Jin
berdebar kencang.
“Dia gila. Kenapa aku bisa sial
sekali bertemu dengan orang gila seperti dia.” Batin Yu Jin sambil berusaha
melepaskan diri dari gendongan pria muda itu.
“Joo Won Hyung, kau mau bawa dia
kemana?” Yu Jin mendengar teman-temannya berteriak memanggilnya tapi dia
memilih menghiraukan mereka semua.
“LEPASKAN AKU! KAU GILA!” seru Yu
Jin lagi seraya meronta dalam pelukannya.
“YAAA!! Jika kau terus meronta,
jangan salahkan aku jika kita jatuh bersama.” Ancam Joo Won padanya, seketika
membuat gadis itu merinding lalu terdiam. Dia tentu tidak ingin terjatuh lalu
patah tulang kan?
“Jatuh. Yang benar saja? Dia
benar-benar menyebalkan! Walau harus diakui kalau dia cukup tampan.” Batin Yu
Jin kesal.
“Nah sudah sampai.” Ujar pria itu
tiba-tiba membuyarkan lamunan Yu Jin.
“Kau bisa berenang kan?” ujarnya
dengan seringai nakal dan tanpa menunggu jawaban gadis itu, menit berikutnya
dia langsung melemparkan Yu Jin ke dalam danau.
Byuurr...
Tubuh Yu Jin langsung basah kuyup
ditengah air danau di musim gugur yang dingin mencekam.
“Ambil bolanya dan bawa padaku!”
perintahnya dingin, tapi bagaimana Yu Jin bisa membawakan bola itu untuknya
jika dia tak bisa berenang? Sayangnya Joo Won tak tahu hal itu.
“Aku tak bisa berenang. Tolong!”
teriak Yu Jin putus asa saat air danau itu mulai memasuki hidung dan matanya,
membuatnya tak bisa bernapas dan melihat dengan benar. Dadanya mulai terasa
sangat sesak. Pandangan dan pendengarannya mulai kabur, kaki dan tangannya
mulai mati rasa karena kedinginan. Dalam keadaan setengah sadar dia mendengar
pria itu memanggilnya berulang-ulang.
“Nona...Nona. Jangan bercanda!”
teriak Joo Won panik saat melihat Yu Jin perlahan-lahan tenggelam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar