Selasa, 23 Desember 2014

(Teaser) I Cook The Haters For You : Chapter 1

Seoul University, sebuah kampus elit di wilayah Seoul yang menjadi saksi bisu pembantaian sadis para gadis secara beruntun. Diawali sejak tragedi berdarah seorang gadis yang tewas terjatuh dari atap, teror pun dimulai. Siapakah pelakunya? Dan apa motifnya? Benarkah arwah gadis yang mati itu kembali dan menuntut balas? Well, you will know if you read this book. Selamat membaca teaser pertama ini, dan berhati-hatilah karena siapa tahu, andalah korban berikutnya!

"Chapter 1 : The Promise"



“To-long ba-balas-kan-den-dam-ku. A-ku mo-hon...” pintanya tersendat-sendat dengan sisa napasnya yang terakhir. Gadis itu menggenggam tangannya sambil menangis tersedu.

”Tentu. Akan kubuat mereka membayar mahal. Mereka yang membuatmu menderita, harus merasakan penderitaanmu. Airmata itu, rasa sakit itu, semuanya akan kubalas impas.” janjinya saat perlahan gadis itu menutup matanya.

======= 

Sedikit demi sedikit peti  mati itu mulai diturunkan kedalam tanah, isak tangis mengiringi  pemakaman gadis muda itu seiring dengan tetes hujan yang perlahan membasahi area pemakaman. Sesosok tubuh berjalan mendekat kearah makam yang masih basah saat perlahan tapi pasti, semua pelayat mulai  meninggalkan area pemakaman.

Dia berlutut di samping makam yang masih basah itu seraya meletakkan sebuket bunga Lily putih yang perlahan menjadi basah karena tetesan  air hujan. 

“Tidak lama lagi. Aku berjanji. Mereka semua...Orang-orang yang membuatmu terbaring disini, satu per satu akan menemanimu disini. Kau tak akan sendirian lagi.” sumpahnya dalam hati seraya membelai lembut nisan itu dengan  airmata yang menetes pelan.

Hujan. Cuaca hari ini memang sangat cocok untuk acara pemakaman. Langit seolah ikut menangis mengiringi kepergian seorang gadis yang mulai hari ini telah terkubur dalam tanah. 

Dengan masih berlinang airmata, gadis itu menatap hujan yang turun dari langit dengan pandangan hampa. Awan hitam seolah enggan untuk pergi. Mereka masih setia menemaninya disini. Walaupun sejak tadi awan mulai menangis, tapi dia masih enggan beranjak dari tempat ini.

“Aku akan kembali. Aku akan kembali dengan membawa mereka semua ke hadapanmu.” sumpahnya pahit, lalu perlahan mulai berdiri.

Sambil menggenggam payung hitam itu dia berjalan perlahan meninggalkan area pemakaman yang kini mulai sepi, sesaat dia terdiam saat berjalan melewati lampu-lampu penerang jalan yang cahayanya tampak mulai meredup karena siraman air hujan. Seulas senyuman pahit tersungging di bibirnya. 

“Aku berbeda. Hanya kau satu-satunya yang sayang padaku. Hanya kau satu-satunya yang menerimaku apa adanya, tapi mereka mengambilmu dariku, merenggutmu dengan cara yang begitu kejam. Akan kubuat mereka semua membayar mahal.” begitu banyak sumpah yang diucapkannya hari ini, sanggupkah dia memenuhi semua sumpah itu?

===============

Setahun berlalu sejak peristiwa mengerikan itu. Seorang gadis ditemukan tewas bersimbah darah terjatuh dari atap gedung Fakultas tempat dia belajar. Berita menyebar dengan cepat. Seluruh Korea Selatan menjadi gempar. Semua orang ketakutan. 

“Ini sangat mengerikan. Ada satu lagi korban yang mati. Nathalie Jung ditemukan jatuh tertimpa pilar penyangga yang ada di gedung olahraga, bukan hanya itu saja, sebuah pisau perak juga tertancap di dadanya. Sepertinya sebelum tertimpa pilar penyangga, dia ditusuk lebih dulu.” seseorang berlari memberitahu semua orang yang ada disana. 

“APA?” seru hampir semua orang yang ada disana, bisik-bisik mulai terdengar dan mereka bergegas untuk melihat.

Beberapa saat sebelumnya...
BRAKKKK... 
Pintu kelas mendadak terbuka dengan keras tepat sebelum Nathalie sempat membuka kotak itu. Semua orang di kelas itu tampak terkejut dengan kedatangan seorang gadis yang muncul dengan wajah pucat dan napas tersengal-sengal seraya membanting  pintu kelas dengan keras. 

“DIA MATI! Ada yang mati lagi. Mengerikan sekali. Lehernya terjerat hampir putus, tapi semua pintu dan jendela terkunci.” ujarnya dengan wajah pucat memberi informasi.

“Siapa yang kau maksud Shin Gin Rae?” tanya salah seorang anak di kelas itu. 

“Gadis itu mati...Ketua Klub Kesenian yang baru, Ely Kim, mati. Ditangannya tergenggam setangkai bunga Lily beserta pesan kematian.” jawab gadis yang  bernama Shin Gin Rae itu dengan masih mengatur napasnya.

“Ketua Klub Kesenian yang baru itu? Benarkan yang kubilang, jabatan Ketua Klub Kesenian itu dikutuk. Tak ada seorangpun yang bisa memegang jabatan itu lebih dari tiga bulan. Lily Kim tak rela. Dia tidak rela ada yang menggantikan posisinya.” jawab yang lain  dengan ngeri. 

“YAA! Kim Rae Na, apa hubungan  masalah ini dengan Lily Kim?” celetuk yang lain heran.

“Kalian ingat soal gadis yang mati terjatuh dari atap itu? Dia Lily Kim, Ketua Klub Kesenian. Sejak dia mati dengan mengenaskan, tak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisinya lebih dari tiga bulan. Mereka semua bernasib malang. Orang pertama yang menggantikannya, mengalami kecelakaan dan dia koma hingga sekarang. Penggantinya juga mengalami nasib yang tak kalah tragisnya. Dia terjatuh dari  tangga dan mengalami  kelumpuhan. Dia mengatakan seperti ada seseorang yang telah mendorongnya. Lalu yang ketiga, meninggal  dengan terlilit tali sepatu skinya sendiri  saat dia sedang bermain ski. Dan sekarang, tragedi terulang lagi. Ketua Klub Kesenian yang baru, Ely Kim, juga mati dengan cara yang tragis, sama seperti yang lainnya.” jelas gadis yang dipanggil Kim Rae Na itu menjelaskan  analisisnya. 

“Ini mengerikan! Jangan bilang kalau arwah Lily kembali dan menuntut balas?” sergah yang lain tak percaya.

“Lalu apa artinya bunga Lily itu? Bukankah sebelum mati, setiap korban selalu mendapat kiriman bunga Lily putih?” jawab  Rae Na dengan yakin. 

“Kenyataannya Ely Kim mati padahal pintu dan jendela terkunci. Jika semua pintu dan jendela terkunci bagaimana pelakunya melarikan diri dari sana? Kecuali jika dia hantu maka lain ceritanya.” jawab Rae Na, masih meneruskan analisisnya.

“Shin Gin Rae, bagaimana kau tahu bahwa pintu dan jendela terkunci?” tanya murid yang lain. 

“Seorang petugas kebersihan ingin membersihkan ruang kesenian saat dia menyadari bahwa ruangan itu di kunci dari dalam, seperti ada sesuatu yang menahan  pintu itu sehingga sulit dibuka. Aku ada di ruang administrasi saat petugas kebersihan itu datang dan meminta bantuan untuk mendobrak pintu di ruang kesenian yang sangat sulit dibuka. Karena penasaran aku pun mengikuti mereka, dan setelah pintu dibuka, kami menemukan Ely Kim, tergeletak bersimbah darah dengan setangkai bunga Lily putih ditangannya dan sebuah pesan kematian.” jawab Gin Rae menjelaskan apa yang dilihatnya.

“Apa bunyi pesan kematiannya?” tanya Kim Rae Na penasaran. 
“Ambil satu Lily, bunuh kawanku Ely...” jawabnya mengambang.
“Jangan bilang kalau arwah Lily kembali dan menuntut balas?” kalimat itu mendadak terngiang di telinga mereka.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar