Seoul University, sebuah kampus elit di wilayah Seoul yang menjadi saksi bisu pembantaian sadis para gadis secara beruntun. Diawali sejak tragedi berdarah seorang gadis yang tewas terjatuh dari atap, teror pun dimulai. Siapakah pelakunya? Dan apa motifnya? Benarkah arwah gadis yang mati itu kembali dan menuntut balas? Well, you will know if you read this book. Selamat membaca teaser pertama ini, dan berhati-hatilah karena siapa tahu, andalah korban berikutnya!
"Chapter 1 : The Promise"
“To-long ba-balas-kan-den-dam-ku. A-ku mo-hon...”
pintanya tersendat-sendat dengan sisa napasnya yang terakhir. Gadis itu
menggenggam tangannya sambil menangis tersedu.
”Tentu. Akan kubuat mereka membayar mahal. Mereka yang
membuatmu menderita, harus merasakan penderitaanmu. Airmata itu, rasa sakit
itu, semuanya akan kubalas impas.” janjinya saat perlahan gadis itu menutup matanya.
=======
Sedikit demi sedikit peti mati itu mulai
diturunkan kedalam tanah, isak tangis mengiringi pemakaman gadis muda
itu seiring dengan tetes hujan yang perlahan membasahi area pemakaman. Sesosok
tubuh berjalan mendekat kearah makam yang masih basah saat perlahan tapi pasti,
semua pelayat mulai meninggalkan area pemakaman.
Dia berlutut di samping makam yang masih basah itu seraya
meletakkan sebuket bunga Lily putih yang perlahan menjadi basah karena
tetesan air hujan.
“Tidak lama lagi. Aku berjanji. Mereka
semua...Orang-orang yang membuatmu terbaring disini, satu per satu akan
menemanimu disini. Kau tak akan sendirian lagi.” sumpahnya dalam hati seraya
membelai lembut nisan itu dengan airmata yang menetes pelan.
Hujan. Cuaca hari ini memang
sangat cocok untuk acara pemakaman. Langit seolah ikut menangis mengiringi
kepergian seorang gadis yang mulai hari ini telah terkubur dalam tanah.
Dengan masih berlinang airmata,
gadis itu menatap hujan yang turun dari langit dengan pandangan hampa. Awan
hitam seolah enggan untuk pergi. Mereka masih setia menemaninya disini.
Walaupun sejak tadi awan mulai menangis, tapi dia masih enggan beranjak dari
tempat ini.
“Aku akan kembali. Aku akan kembali dengan membawa
mereka semua ke hadapanmu.” sumpahnya pahit, lalu perlahan mulai berdiri.
Sambil menggenggam payung hitam
itu dia berjalan perlahan meninggalkan area pemakaman yang kini mulai sepi, sesaat dia terdiam saat berjalan melewati
lampu-lampu penerang jalan yang cahayanya tampak mulai meredup karena siraman
air hujan. Seulas senyuman pahit tersungging di bibirnya.
“Aku berbeda. Hanya kau satu-satunya yang sayang padaku. Hanya kau satu-satunya yang menerimaku apa adanya, tapi mereka mengambilmu
dariku, merenggutmu dengan cara yang begitu kejam. Akan kubuat mereka semua
membayar mahal.” begitu banyak sumpah yang diucapkannya hari ini, sanggupkah
dia memenuhi semua sumpah itu?
===============
Setahun berlalu sejak peristiwa mengerikan itu.
Seorang gadis ditemukan tewas bersimbah darah terjatuh dari atap gedung Fakultas tempat dia belajar.
Berita menyebar dengan cepat. Seluruh Korea Selatan menjadi gempar. Semua orang
ketakutan.
“Ini sangat mengerikan. Ada satu lagi korban yang mati. Nathalie
Jung ditemukan jatuh tertimpa pilar penyangga yang ada di gedung olahraga, bukan hanya itu saja, sebuah pisau perak juga
tertancap di dadanya. Sepertinya sebelum tertimpa pilar penyangga, dia ditusuk lebih dulu.” seseorang berlari memberitahu semua orang yang ada
disana.
“APA?” seru hampir semua orang yang ada disana,
bisik-bisik mulai terdengar dan mereka bergegas untuk melihat.
Beberapa saat sebelumnya...
BRAKKKK...
Pintu kelas mendadak
terbuka dengan keras tepat sebelum Nathalie sempat membuka kotak itu. Semua
orang di kelas itu tampak terkejut dengan kedatangan seorang gadis yang muncul
dengan wajah pucat dan napas tersengal-sengal seraya membanting pintu
kelas dengan keras.
“DIA MATI! Ada yang mati lagi.
Mengerikan sekali. Lehernya terjerat hampir putus, tapi semua pintu dan jendela
terkunci.” ujarnya dengan wajah pucat memberi informasi.
“Siapa yang kau maksud Shin Gin
Rae?” tanya salah seorang anak di kelas itu.
“Gadis itu mati...Ketua Klub
Kesenian yang baru, Ely Kim, mati. Ditangannya tergenggam setangkai bunga Lily
beserta pesan kematian.” jawab gadis yang bernama Shin Gin Rae itu dengan
masih mengatur napasnya.
“Ketua Klub Kesenian yang baru
itu? Benarkan yang kubilang, jabatan Ketua Klub Kesenian itu dikutuk. Tak ada
seorangpun yang bisa memegang jabatan itu lebih dari tiga bulan. Lily Kim tak
rela. Dia tidak rela ada yang menggantikan posisinya.” jawab yang lain
dengan ngeri.
“YAA! Kim Rae Na, apa
hubungan masalah ini dengan Lily Kim?” celetuk yang lain heran.
“Kalian ingat soal gadis yang
mati terjatuh dari atap itu? Dia Lily Kim, Ketua Klub Kesenian. Sejak dia mati
dengan mengenaskan, tak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisinya lebih
dari tiga bulan. Mereka semua bernasib malang. Orang pertama yang
menggantikannya, mengalami kecelakaan dan dia koma hingga sekarang.
Penggantinya juga mengalami nasib yang tak kalah tragisnya. Dia terjatuh
dari tangga dan mengalami kelumpuhan. Dia mengatakan seperti ada seseorang
yang telah mendorongnya. Lalu yang ketiga, meninggal dengan terlilit tali
sepatu skinya sendiri saat dia sedang bermain ski. Dan sekarang, tragedi
terulang lagi. Ketua Klub Kesenian yang baru, Ely Kim, juga mati dengan cara
yang tragis, sama seperti yang lainnya.” jelas gadis yang dipanggil Kim Rae Na
itu menjelaskan analisisnya.
“Ini mengerikan! Jangan bilang
kalau arwah Lily kembali dan menuntut balas?” sergah yang lain tak percaya.
“Lalu apa artinya bunga Lily itu?
Bukankah sebelum mati, setiap korban selalu mendapat kiriman bunga Lily putih?”
jawab Rae Na dengan yakin.
“Kenyataannya Ely Kim mati
padahal pintu dan jendela terkunci. Jika semua pintu dan jendela terkunci
bagaimana pelakunya melarikan diri dari sana? Kecuali jika dia hantu maka lain
ceritanya.” jawab Rae Na, masih meneruskan analisisnya.
“Shin Gin Rae, bagaimana kau tahu
bahwa pintu dan jendela terkunci?” tanya murid yang lain.
“Seorang petugas kebersihan ingin
membersihkan ruang kesenian saat dia menyadari bahwa ruangan itu di kunci dari
dalam, seperti ada sesuatu yang menahan pintu itu sehingga sulit dibuka.
Aku ada di ruang administrasi saat petugas kebersihan itu datang dan meminta
bantuan untuk mendobrak pintu di ruang kesenian yang sangat sulit dibuka.
Karena penasaran aku pun mengikuti mereka, dan setelah pintu dibuka, kami
menemukan Ely Kim, tergeletak bersimbah darah dengan setangkai bunga Lily putih
ditangannya dan sebuah pesan kematian.” jawab Gin Rae menjelaskan apa yang dilihatnya.
“Apa bunyi pesan kematiannya?”
tanya Kim Rae Na penasaran.
“Ambil satu Lily, bunuh kawanku
Ely...” jawabnya mengambang.
“Jangan bilang kalau arwah Lily
kembali dan menuntut balas?” kalimat itu mendadak terngiang di telinga mereka.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar