So, here is the first one... Cuplikan pertama dari empat cuplikan (teaser) yang akan saya bagikan sebagai tester untuk Anda sekalian. Well, jika tertarik anda bisa menghubungi saya melalui Twitter untuk melakukan pemesanan Novelnya. Kalau pun tidak, terima kasih sudah membuang waktu untuk membaca testernya, semoga kita berjodoh lain kali hehehe =) Happy Reading...
"Chapter 1 : I'm Not Miss Perfect !!"
National Taiwan
University...
Seorang
gadis cantik bertubuh tinggi semampai dan
berambut panjang, hitam dan lurus berdiri termenung
memandang awan hitam yang ada di luar jendela, kearah langit
yang perlahan-lahan menjadi gelap dan tak mampu lagi menahan tetes hujan yang
perlahan turun membasahi bumi.
“Pagi ini, hujan masih menghias kota dimana aku tinggal, Taipei. Banyak
orang bilang hari hujan membuat sedih, seseorang
di suatu tempat mungkin sedang menangis.” gumamnya
lirih sambil terus menatap tetes-tetes air hujan yang menempel di kaca jendela
ruangan itu. Sendiri. Gadis itu hanya berdiri seorang diri didepan jendela ruang seni di National Taiwan University tempat gadis itu
belajar.
Taipei, ibukota Taiwan yang terletak di Taiwan bagian
utara yang merupakan pusat pemerintahan dan ekonomi sejak dulu. Taipei adalah
kota metropolitan yang bersifat international yang berpopulasi sekitar 2,6 juta
penduduk, di mana disini juga terdapat gedung tertinggi kedua di dunia yaitu,
Taipei 101 Tower.
Taipei seperti sebuah mangkok yang di kelilingi
pegunungan, beriklim tropis dengan tingkat kelembaban yang tinggi. Musim panas
di Taipei memang identik dengan hujan, hujan yang turun hampir setiap hari.
Gadis muda itu sedang asyik memandang tetes-tetes
hujan itu saat tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan seorang pria
muda muncul dan mengagetkannya.
“Hujannya
deras sekali.” seorang pria muda bertubuh
tinggi, berambut coklat sedikit panjang dan berwajah tampan
setengah berlari masuk ke dalam ruangan dan dengan cepat menutup pintunya.
Gadis muda itu terlonjak, tidak mengantisipasi kehadiran orang lain disana.
“Apa
yang kau lakukan di ruang seni?” tanya
gadis itu terkejut. Pria muda yang setengah basah kuyup itu terlonjak
kaget saat mengetahui dia tidak sendiri.
“Ah...Maaf.
Kupikir tak ada orang lain disini. Diluar hujan turun sangat deras, payungku ada didalam mobil dan mobilku kuparkirkan jauh dari sini, jadi
terpaksa aku kembali kemari.” Jawabnya canggung, dia
benar-benar tidak enak karena menerobos masuk tanpa permisi.
“Kulihat hanya pintu ruang seni yang
terbuka, kupikir mereka lupa menguncinya jadi aku ingin menumpang berteduh
sejenak. Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?” tanya pria
muda itu pada gadis muda di hadapannya.
Gadis
itu hanya terdiam dan duduk di salah
satu kursi yang kosong yang ada di tengah ruangan, dihadapannya terdapat sebuah
kanvas melukis yang berukuran besar. Tanpa suara gadis itu segera mengambil
sebuah kuas dan mulai melukiskan sesuatu disana.
“Aku
menghabiskan hari-hariku disini sejak semester pertamaku di kampus ini.” jawabnya singkat sambil
mulai melukis sesuatu. Pria muda itu perlahan mendekatinya sambil
menatapnya penasaran dan setelah dia berdiri dibelakang gadis itu dan melihat
lukisannya barulah dia berseru tertahan.
“Kurasa
aku tahu siapa kau. Apa kau Rainy Yang Thien Yu? Si Gadis ‘Hujan’ yang populer itu? Kau gadis berbakat
itu kan? Mahasiswa Fakultas
Seni dan Ketua
Klub Kesenian, benar tidak?” tebaknya saat melihat lukisan
gadis itu.
“Lukisan yang dipajang di kantin kampus
kita, itu lukisanmu kan? Mereka bilang kau
gadis yang sempurna. Tapi kurasa kau biasa saja.” lanjut
pria muda itu dengan polosnya.
“Oh ya, Aku Yin Feng... Lu Yin Feng, Yin (云) yang berarti ‘Awan’ dan Feng (风)
yang berarti
‘Angin’. Ketua Senat. Apa kau tidak mengenalku? Omong-omong, aku
harus memanggilmu siapa? Rainy atau Thien Yu? Bukankah kau lebih populer dengan
nama Rainy Yang?” tanyanya lagi. Dia terlihat seperti berusaha menarik
perhatian gadis itu yang sedari tadi hanya terdiam.
“Hei, bukankah namamu berasal dari kata Langit dan Hujan?
‘Thien (天)’ yang berarti Langit dan ‘Yu (雨)’ yang berarti Hujan.” lanjut pria muda itu memperkenalkan dirinya, tapi Rainy hanya diam saja.
“Terserah kau saja. Yang mana pun tak masalah. jawab Rainy dengan santai.
“Benar. Apalah artinya sebuah nama? Rainy atau Thien Yu,
kau tetaplah kau. Gadis yang sempurna. Kaya, pintar, berbakat dan cantik. Gadis
yang membuat iri semua orang. Bagaimana kalau kupanggil Rainy saja?” ujar Yin
Feng memuji. Gadis
itu hanya tersenyum kecil mendengar semua pujian yang ditujukan untuknya.
“Sempurna?
Andai saja mereka tahu bahwa hidupku tidak sesempurna yang mereka kira.” jawabnya
kecil dengan tersenyum pahit.
Tetes-tetes
air di luar jendela terlihat mulai berkurang, tanda hujan sudah mulai reda.
Gadis itu tersenyum singkat lalu segera membereskan barang-barangnya dan
berlalu pergi. Tapi saat dia berdiri, secarik kertas terjatuh dari dalam
tasnya. Yin Feng spontan memungutnya dan memandangnya
dengan kagum.
“Apa
ini milikmu? Indah sekali. Apa ini?” tanyanya, spontan menghentikan langkah
gadis itu. Dengan perlahan Rainy menoleh dan
tersenyum tipis.
“M-A-R-S.
Mars. Huo Xing (Planet Merah) atau Zhan Shen (Dewa Perang)?” Yin Feng membaca keterangan di sketsa itu dan bertanya
singkat.
“Huo Xing.
Planet Merah. Mars yang membara. Mars yang bersemangat. Mars yang selalu
menimbulkan pertanyaan banyak orang tentang misteri kehidupan di dalamnya.
Mars, sebuah misteri bagi dunia yang sampai sekarang masih belum ditemukan
jawabannya.” jawab Rainy, menjelaskan apa yang dilukisnya.
“Benar. Kenapa sebelumnya
aku tidak menyadarinya? Gunung-gunung ini, lembah-lembah dan sungai-sungai
adalah bentuk permukaan Mars. Persis seperti foto yang bertebaran di dunia
maya. Hanya saja kau melukisnya menjadi benar-benar hidup. Seolah-olah bila
melihat lukisan ini, orang-orang akan merasa memang benar-benar ada kehidupan
di Planet Mars. Sebuah kehidupan yang berbeda dari kehidupan kita di bumi. Tapi
aku masih tak mengerti, kenapa kau memilih tema ini?” tanya
Yin Feng ingin tahu.
“Karena
aku memang berharap ada sebuah kehidupan baru di Planet Mars yang berbeda dari
kehidupan di bumi. Itulah alasannya.” jawab
Rainy dengan pandangan mata menerawang, sorot mata penuh
kesedihan jelas tergambar disana.
To be continued...
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar