Another teaser from My First Novel "Rain and Tears" just like I promised before. Mungkin saya akan membagi sekitar 4 bab teaser saja, yang tentu saja aslinya dalam novel hanya Bab 1 tapi saya bagi menjadi 4 bab dalam blog hehehe =) Ya, ngintip kan gak boleh banyak-banyak, gak ada yang mau beli dong kalau dibongkar semua hehehe =)
"(Teaser) Rain And Tears : Prolog"
“Tanpa
awan dan angin, takkan pernah ada hujan. Tapi jika awan, angin dan hujan
bersama, bukankah akan timbul badai besar?”
Embun pagi yang dingin membasahi
gaun hitamku. Aku tak tahu sejak kapan aku ada di sini. Aku tak tahu untuk apa
aku ada di sini. Aku juga tak tahu kenapa aku bisa memakai pakaian ini. Hitam.
Aku benci warna hitam. Bagiku, hitam identik dengan kematian. Dan sekarang aku
sedang berdiri di tengah upacara kematian seseorang.
Bau tanah lembab area pekuburan
menyengat hidungku. Aku benci bau tanah lembab area pekuburan itu. Dengan
pandangan kosong, aku memandang lurus ke depan, kulihat sedikit demi sedikit
orang-orang itu mulai menurunkan peti matinya ke dalam tanah, setelah Pendeta
itu mengucapkan berbagai doa untuknya.
Lalu sebuah benda menarik
perhatianku. Seorang wanita setengah baya yang berpakaian hitam itu menangis.
Berkali-kali kulihat dia mengusap airmatanya, lalu sebelah tangannya yang
tidak sedang mengusap airmata itu memegang sebuah foto yang berukuran besar.
Kutatap foto itu. Lama sekali. Lalu kemudian aku mulai mengenalinya.
Pandanganku pun beralih pada peti mati itu.
“Benarkah itu kau? Apakah kau
yang berada dalam peti mati itu? Kenapa mereka menguburmu?” bisikku dalam hati,
tiba-tiba aku merasa airmata mengalir pelan di pipiku.
Dengan masih berlinang airmata,
aku menatap hujan yang turun dari langit dengan pandangan hampa. Awan hitam
seolah enggan untuk pergi. Mereka masih setia menemaniku disini. Walaupun sejak
tadi awan mulai menangis, tapi aku masih enggan beranjak dari tempat ini.
“Hujan punya seribu kisah tentang
kita.
Hujan yang mempertemukan kita.
Hujan yang menumbuhkan cinta di
hati kita.
Hujan pulalah yang memisahkan
kita.
Hujan.. Mulai hari ini, hujan
dalam hatiku selamanya takkan reda.” tambahku sedih saat melihat mereka mulai
menutup peti matinya dengan tanah.
“Banyak orang bilang hari hujan
membuat sedih, seseorang di suatu tempat mungkin sedang menangis. Dan akulah
orang itu.”
Menghadapi kisah tragis ini
membuatku hanyut tak berdaya. Kesunyian berteriak, kesendirian mulai terasa.
Tiada hentinya menertawakan aku dan kenangan-kenangan itupun membara. Gambaran
yang dulunya polos berubah jadi kejam. Tapi tiada orang akan berkata, sungguh
aku menderita, saat di balik kesempurnaan terukir rasa kesepian.
Memejamkan mata terbayang lagi
kenangan waktu itu, langit yang samar-samar oleh kabut. Di bawah hembusan angin
yang begitu dingin, menatap senyuman yang begitu samar.
Tiba-tiba aku merasa seluruh
jiwaku juga ikut pergi bersamanya, bersama sang pria ‘angin’, berdua kami akan
mengarungi angkasa yang luas tak terbatas.
To be continued...
Tersedia di : Diandra Creative
Harga : IDR 50.000
To be continued...
Tersedia di : Diandra Creative
Harga : IDR 50.000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar